Sutra Ksitigarbha
(( Bab I ))
Istana Trayastrimsa Rddhidhi Jnanam
Demikianlah yang telah kudengar.
Pada suatu hari, Sang Buddha berada di surga Trayastrimsa (surga dengan kebahagiaan tingkat kedua) untuk membabarkan Dhamma kepada ibuNya. Pada saat itu dari dunia di 10 penjuru yang tak terbatas, semua Buddha dan Bodhisattva Mahasattva yang jumlahnya sukar dihitung datang berkumpul. Mereka menjunjung dan memuji Sakyamuni Buddha karena di dunia 5 Macam Kemerosotan** (Panca Kasayah) dapat menampilkan Kekuatan Gaib Yang Tak Terpikirkan (Maha Prajna Rddhiabhijanabala), untuk menundukkan umat yang keras kepala, agar mereka sadar dan mengerti jalan yang menuju ke kebahagiaan dan yang menuju ke penderitaan. Masing-masing mengirimkan utusan untuk memberi penghormatan kepada Sang Buddha.
5 Macam Kemerosotan : kemerosotan pandangan, kemerosotan hawa nafsu, kemerosotan kondisi manusia, kemerosotan usia kehidupan, dan kemerosotan zaman.
Saat itu, Sang Buddha tersenyum dan dari tubuhNya keluar ratusan ribu koti awan bercahaya Maha Rasmihprabha Megha, seperti Maha Pari Purna Megha, Maha Metha Megha, Maha Jhana Megha, Maha Prajna Megha, Maha Punya Megha, Maha Guna Megha, Maha Sarana Megha, Maha Strotra Megha.
Setelah awan-awan bercahaya itu berhenti keluar, terdengarlah beragam suara merdu, seperti Dana Paramita Ghosa, Sila Paramita Ghosa, Ksanti Paramita Ghosa, Virya Paramita Ghosa, Dhyana Paramita Ghosa, Prajna Paramita Ghosa, Metha Ghosa, Karuna Ghosa, Upeksa Ghosa, Maha Simhanada Ghosa, Garjita Ghosa, Maha Garjita Ghosa.
Setelah suara-suara merdu itu berhenti berkumandang, datang dan berkumpullah di surga Trayastrimsa para dewa, naga, setan, dan makhluk-makhluk suci yang tak terhitung jumlahnya yang datang dari dunia penderitaan (Saha) dan dunia lainnya. Seperti dari alam surga Maha Raja Kajika, surga Trayastrimsa, surga Yama, surga Tusita, surga Nimanarati, surga Paranirmita Vasavartin, surga Brahma Kajika, surga Brahmaparsadya, surga Brahmapuronita, surga Abhasvara, surga Parittasubbha, surga Apramanasubha, surga Subhakrtana, surga Anabharaka, surga Punyapravaka, surga Brhatphala, surga Avrha, surga Atapa, surga Sudrsa, surga Sudarsana, surga Akanistha, surga Maha Mahesvara, dan surga Naivasamjnanasamjnayatana.
Ada lagi dari dunia lain dan dunia Saha, seperti Dewa Laut, Dewa Sungai, Dewa Pohon, Dewa Gunung, Dewa Bumi, Dewa Danau, Dewa Petanian, Dewa Siang, Dewa Malam, Dewa Angkasa, Dewa Langit, Dewa Minuman dan Makanan, Dewa Tumbuh-Tumbuhan, dan para makhluk suci lainnya semuanya datang berkumpul.
Ada lagi dari dunia lain dan dunia Saha, para raja setan, seperti raja Setan Bermata Sadis, raja Setan Penghisap Darah, raja Setan Penghisap Sari Mani, raja Setan Pemakan Janin dan Telur, raja Setan Penyebar Penyakit, raja Setan Penolak Tuba, raja Setan Pengasih Penyayang, raja Setan Pemberi Sejahtera, raja Setan Berbudi Luhur, dan para raja setan lainnya semuanya datang berkumpul.
Pada saat itu, Sang Buddha berkata kepada Pangeran Dhamma, Manjusri Bodhisattva Mahasattva;
Yang Arya Manjustri. Engkau melihat semua Buddha, Bodhisattva, dewa, naga, setan, dan makhluk suci dari dunia ini, dari dunia lain, dari bumi ini, dari bumi lain, kini semuanya datang berkumpul di Surga Trayastrimsa. Dapatkah kau menghitung jumlahnya?
Manjusri Bodhisattva menjawab;
Sang Bhagava, dengan kekuatan gaibku, sekalipun ribuan kalpa (1 kalpa = 4,32 miliar tahun) menghitungnya, hamba tak akan dapat mengetahui secara pasti berapa jumlah yang hadir.
Sang Buddha lalu berkata kepada Manjusri Bodhisattva;
Dengan Mata Buddha-Ku (Buddhacaksu) Aku menghitung, tetapi masih juga tidak dapat mengetahui jumlah yang pasti. Ini semua berkat penjelmaan Kstigarbha Bodhisattva sejak berkalpa-kalpa lamanya, baik yang sudah ditolong, yang sedang ditolong, dan yang belum ditolong. Yang sudah tercerahkan, yang sedang tercerahkan, dan yang belum tercerahkan.
Manjusri Bodhisattva berkata;
Sang Bhagava, sejak masa silam hamba telah banyak melakukan perbuatan baik (Kusala-Kamma) dan telah memperoleh kebijaksanaan tanpa halangan. Mendengar ucapan Sang Bhagava hamba percaya sepenuhnya. Tetapi para sravaka yang berpahala kecil, dewa, naga, 8 Kelompok Makhluk (Atta Gatyah), serta para umat masa mendatang, walaupun mendengar sabda Tathagata yang jujur, mereka akan merasa ragu. Jika kita paksakan Dhamma ini mereka akan melakukan fitnahan.
Oleh karena itu, kami mohon dengan hormat agar Sang Bhagava sudi menguraikan prestasi yang dicapai Ksitigarbha Bodhisattva. Sebab utama apa, melakukan upacara apa, tekad apa, sehingga beliau dapat mencapai keberhasilan yang tidak terpikirkan hebatnya.
Sang Buddha berkata kepada Manjusri Bodhisattva;
Seumpamanya, semua tumbuh-tumbuhan, batu, gunung, debu halus yang berada di alam trisahasra mahasahasra**, masing-masing dijadikan sungai Gangga.
Trisahasra Mahasahasra Loka Dhatu adalah ungkapan untuk menujukkan alam yang tak terhitung banyaknya. Secara harafiah artinya 3.000 x 3.000 x 3.000 = 27 miliar alam.
Lalu butiran pasir yang ada di setiap sungai Gangga itu, setiap butir pasirnya, dijadikan alam trisahasra mahasahasra. Dan setiap butir debu yang berada di trisahasra mahasahasra melambangkan satu kalpa, lalu tumpukan debu selama satu kalpa. Maka jumlah kalpa tersebut tidak akan dapat dihitung.
Itulah masa di mana Ksitigarbha Bodhisattva mencapai Dasa Bhumayah hingga sekarang. Lamanya sudah mencapai ribuan kali lipat dari perumpamaan kita tadi. Apalagi Ksitigarbha Bodhisattva pernah berada di Sravaka Bhumi dan Pratyekabuddha Bhumi, lamanya pun tak terhitungkan.
Manjusri, kewibawaan serta keagungan tekad suci Ksitigarbha Bodhisattva sungguh tak terlukiskan. Apabila terdapat pria atau wanita budiman di masa mendatang, setelah mendengar nama agung Ksitigarbha Bodhisattva walau hanya memberi hormat atau memuji jasa-jasa kebajikannya, atau memuliakan namanya, atau mengadakan puja bakti, atau membuat rupangnya baik dari gambar berwarna ataupun dari ukiran, pahatan dan lainnya, maka pria atau wanita budiman itu akan dianugerahi kesempatan terlahir di surga Trayastrimsa hingga ratusan kali dan takkan terjerumus ke alam sengsara.
Manjusri, Ksitigarbha Bodhisattva pada masa lampau yang tak terhitung jumlah kalpanya, pernah terlahir sebagai seorang putra dari pasangan yang amat berjasa dan kaya raya (Maha Grhapati). Waktu itu terdapat seorang Buddha yang bernama Simha Vikridita Paripurna Carya Buddha.
Pada suatu hari pria itu melihat rupa Buddha tersebut sedemikian anggun, lalu ia bertanya kepada Simha Vikridita Paripurna Carya Buddha, ikrar dan perbuatan apa yang pernah dilakukannya sehingga beliau memiliki paras wajah yang demikian bagus dan anggun.
Saat itu, Simha Vikridita Paripurna Carya Buddha memberitahukan pria itu bahwa jika ingin memiliki tampilan yang sedemikian rupa, harus banyak-banyak menolong makhluk hidup dari kesengsaraan secara terus menerus dan tanpa henti.
Manjusri, setelah mendengar ajaran Buddha tersebut, pria itu berikrar di depan Simha Vikridita Paripurna Carya Buddha, bahwa sejak waktu itu hingga masa mendatang, selama berkalpa-kalpa yang tak terhitung jumlahnya, ia akan menyelamatkan semua makhluk hidup dalam 6 Kelompok Alam Kehidupan** (Sad Gatyah) agar terbebas dari penderitaan dengan berbagai cara yang mudah, kemudian ia baru akan mencapai kesadaran sempurna yang agung (bodhi). Demikianlah ia menyampaikan tekad sucinya di depan Simha Vikridita Paripurna Carya Buddha.
6 Kelompok Alam Kelahiran : alam dewa, alam manusia, alam asura, alam binatang, alam setan kelaparan, dan alam neraka.
Hingga sekarang walaupun telah ratusan ribu koti (1 koti = 10 juta) nayuta kalpa yang tak terhitung jumlahnya Ksitigarbha Bodhisattva masih tetap menjalankan tekadnya sebagai Bodhisattva untuk menolong makhluk hidup.
Lalu, pada masa lampau, pada beberapa asamkheya kalpa yang tak terhitung, ketika itu terdapat seorang Buddha yang bernama Padma Samadhi Svararaja Buddha. Usianya mencapai 4 juta koti asamkheya kalpa.
Pada masa Sad Dhamma Pratirupaka itu terdapat seorang putri dari keluarga brahmana, yang banyak menanam benih kebajikan pada masa kehidupan yang lampau, sehingga kini ia selalu mendapat pujian dari orang-orang di sekitarnya. Di mana pun ia berada, apa pun yang dilakukannya selalu mendapatkan perlindungan para dewa.
Tetapi, ibu putri budiman itu menganut ajaran sesat, selalu memfitnah Triratna. Sementara itu putri budiman itu dengan berbagai cara menasihati ibunya agar mendapatkan pandangan benar. Akan tetapi pada saat ibu putri budiman itu masih penuh keraguan, ia telah keburu meninggal dunia. Arwahnya jatuh ke dalam alam neraka Avici.
Putri brahmana itu tahu benar bahwa mendiang ibunya semasa hidup tidak percaya pada hukum sebab akibat, diperkirakan ibunya akan mengikuti karmanya, kemungkinan besar terjatuh ke dalam alam sengsara.
Demi menyelamatkan ibunya yang malang itu secepat mungkin, putri brahmana itu menjual rumah kediamannya, kemudian hasil penjual itu ia tukarkan dengan dupa dan bermacam-macam bunga segar serta berbagai alat persembahan lainnya. Lalu benda-benda itu dipersembahkan ke vihara-vihara untuk melakukan puja bakti secara khidmat kepada Buddha masa lampau.
Pada saat itu, putri brahmana itu melihat rupang Padma Samadhi Svararaja Buddha yang begitu agung di sebuah vihara, hal itu membuatnya lebih menghormati dan menggaguminya. Seraya berkata di dalam hati, bahwa Buddha ini memiliki gelar yang Maha Sadar, memiliki Kebajikan Luhur (Sarvajna). Jika saja beliau masih berada di dunia ini maka ia akan memohon beliau untuk menunjukkan di alam mana ibunya berada. Pastilah beliau mau memberitahu.
Pada saat putri brahmana itu sedang bersedih dan lama sekali berdiri di depan rupang Padma Samadhi Svararaja Buddha, tiba-tiba terdengar suara dari langit;
"Putri budiman, janganlah terlalu bersedih hati. Aku akan menunjukkan tempat ibumu berada."
Mendengar suara tersebut segeralah putri brahmana itu beranjali dan menatap langit seraya berkata;
"Dewa budiman manakah yang menghibur hatiku yang sedang berduka? Sejak ditinggalkan ibu tersayang, siang dan malam aku selalu merindukannya. Entah kepada siapa aku harus bertanya, di alam manakah ibuku berada."
Kemudian datang lagi suara dari langit;
"Aku adalah Padma Samadhi Svararaja Buddha, Buddha masa lampau yang sedang engkau puja. Melihat engkau merindukan ibumu melebihi kesedihan umat-umat lain, maka aku datang untuk memberitahumu."
Putri brahmana itu sangat terharu mendengar ucapan Padma Samadhi Svararaja Buddha, lalu ia menyembah dengan sekuat tenaga, sekujur tubuhnya mendekap tanah sehingga anggota tubuhnya terluka dan ia pun tak sadarkan diri.
Setelah ditolong orang yang berada di sekitar vihara, lama kemudian barulah ia siuman kembali. Lalu ia mengadah ke langit sambil berdoa dan berkata;
"Kasihanilah aku, Buddha yang mulia, katakanlah di alam mana ibuku berada. Sebab jiwa ragaku tak lama lagi akan mati."
Padma Samadhi Svararaja Buddha berkata kepada putri brahmana;
"Putri budiman, setelah puja baktimu ini selesai, bergegaslah kembali ke rumahmu. Kemudian duduk bersila di dalam ruang yang bersih dan pusatkanlah pikiranmu, lalu renungkan namaku terus menerus, maka engkau dapat mengetahui di alam mana ibumu berada."
Setelah mendengar ucapan itu putri brahmana itu merasa amat gembira dan lega, bergegas ia memberi hormat kepada Padma Samadhi Svararaja Buddha lalu pergi. Setibanya di rumah putri brahmana itu duduk bersila dan dengan sepenuh hati merenungkan nama Padma Samadhi Svararaja Buddha dengan cara meditasi selama satu hari satu malam.
Di dalam meditasinya, putri brahmana itu merasa dirinya berada di sebuah pantai. Air laut tampak mendidih. Banyak binatang buas bertubuh besi berkejar-kejaran di tengah laut. Di sana juga terdapat ratusan ribu orang, pria dan wanita. Mereka timbul tenggelam di dalam air laut itu, sebagian dimangsa binatang buas yang ada di sana.
Tak berapa lama kemudian, datanglah bermacam yaksa, ada yang bertangan banyak, yang bermata banyak, yang berkaki banyak, yang berkepala banyak, atau yang taringnya setajam pedang. Mereka beramai-ramai mengusir orang-orang hukuman itu menuju ke kelompok binatang buas di sana. Sebagian yaksa menangkapi orang-orang itu, lalu menekuk kepala dan kaki mereka, lalu menggulungnya menjadi gumpalan, atau menarik tubuh orang itu hingga panjang sekali, atau mematahkan seluruh tulangnya, atau merobek-robek daging mereka hingga mati, lalu mayatnya dibuang ke dalam laut.
Kelakuan mereka sangat sadis sehingga tak ada seorang pun yang sanggup memandangnya lama-lama. Namun putri brahmana itu tidak takut sedikit pun, karena ia telah memuliakan nama Padma Samadhi Svararaja Buddha.
Saat itu datang seorang raja setan yang bernama Amagadha menyambut putri brahmana itu dengan penuh hormat sambil berkata;
"Sadhu, Bodhisattva yang mulia, ada apa gerangan datang ke alam ini?"
Putri brahmana itu bertanya kepada raja setan;
"Apakah nama alam ini?"
"Ini adalah Maha Cakravada, lapisan laut pertama di sebelah barat," jawab raja setan.
Putri brahmana itu lalu bertanya;
"Apakah betul di tengah-tengah Maha Cakravada terdapat alam neraka?"
"Betul. Alam neraka tepat berada di tengah-tengahnya," jawab raja setan.
"Raja Setan yang budiman, katakanlah, mengapa aku dapat mengunjungi alam neraka ini?" Tanya sang putri brahmana.
Raja Setan Amagadha menjawab;
"Engkau datang ke alam neraka ini jika bukan karena kekuatan gaib, pastilah karena karma buruk. Tanpa salah satu sebab itu sulit datang berkunjung ke alam neraka ini."
Putri brahmana itu kembali bertanya;
"Mengapa air laut itu mendidih dan di dalamnya banyak orang yang berdosa dan binatang buas?"
Raja Setan Amagadha menjelaskan;
"Orang-orang itu datang dari dunia jambudvipa (alam hidup dan mati), mereka mempunyai banyak karma buruk dan baru meninggal dunia. Tetapi selama 49 hari ini tiada seorang pun yang membuat jasa-jasa kebajikan untuk disalurkan kepada mereka agar mereka terselamatkan. Sewaktu mereka berada di dunia, mereka enggan menanam benih karma baik. Maka tanpa membawa apapun kecuali karma buruknya, kini mereka harus menanggung hasil perbuatannya dan sesuai dengan Hukum Karma, mereka terjerumus ke alam penderitaan. Sebelumnya mereka harus menyeberangi lautan yang mendidih ini."
"Di sebelah timur, kurang lebih 10 yojana (1 yojana = 15 mil) dari lautan pertama ini terdapat satu lautan lagi dan keadaannya lebih menyedihkan dibandingkan lautan pertama ini."
"Lalu di sebelah timur lautan kedua terdapat satu lautan yang beberapa kali lipat lebih menyedihkan dibandingkan dengan lautan kedua."
"Barang siapa yang telah melanggar 3 jenis karma (Trikarma), mereka langsung menyeberangi lautan ke alam neraka setelah kehidupan mereka berakhir. Ketiga lautan ini dinamakan Karmasagara," jelas raja setan.
Selanjutnya putri brahmana itu bertanya;
"Di mana letaknya neraka itu?"
Raja Setan Amagadha menjawab;
"Di bawah ketiga lautan ini adalah neraka besar, jumlahnya ratusan ribu dan jenisnya amat beragam. Neraka terbesar berjumlah 18 buah. Yang sedang 500 buah, hukumannya berat sekali. Dan yang kecil ribuan banyaknya, juga berat hukumannya."
Putri brahmana bertanya;
"Ibuku juga baru saja meninggal dunia, entah di mana arwahnya berada."
Raja setan bertanya;
"Pada saat ibumu masih hidup di dunia apa pekerjaannya?"
Putri brahmana itu menjawab;
"Ibuku berpandangan sesat, suka memfitnah Triratna. Jika dinasihati ia hanya percaya sebentar, kemudian tidak menghormati Triratna lagi. Ibuku meninggal belum lama. Entah di mana ia kini berada."
"Siapa nama ibumu dan dari suku apa?" Tanya raja setan.
"Orang tuaku adalah keturunan brahmana. Ayahku bernama Silasudharsana dan ibuku bernama Vatri," jawab sang putri brahmana.
Setelah mendengar nama ibunya, Raja Setan Amagadha segera beranjali dan berkata;
"Pulanglah sekarang, Bodhisattva yang mulia. Tinggalkan alam yang menyedihkan ini, kembalilah ke tempat asalmu dan mulai sekarang tidak perlu cemas dan sedih lagi. Sebab tiga hari yang lalu, seorang terhukum di neraka Avici bernama Vatri telah terlahir di alam surga. Dan menurut kabar, Vatri diberkahi oleh putrinya yang amat menyayanginya, yang pernah mengadakan puja bakti di vihara dan di depan rupang Padma Samadhi Svararaja Buddha. Maka kali ini bukan hanya ibunya yang terbebaskan dari neraka Avici, akan tetapi penghuni neraka Avici lainnya mendapat kebebasan dan dilahirkan di surga."
Setelah Raja Setan Amagadha selesai memberi penjelasan, ia pun memberi hormat lalu pergi.
Putri Brahmana itu merasa dirinya bagaikan orang yang baru sadar dari mimpi. Setelah mengakhiri meditasinya, ia merasa sangat bahagia, karena ia telah mengetahui asal-usul dan sebab-akibat itu.
Kemudian ia kembali ke vihara dan berikrar di depan rupang Padma Samadhi Svararaja Buddha;
"Aku berjanji, bahwa selama berkalpa-kalpa yang akan datang aku bertekad akan memberikan kemudahan-kemudahan untuk menyelamatkan segala makhluk yang berdosa agar semua dapat membebaskan dirinya dari belenggu kesengsaraan."
Sakyamuni Buddha berkata kepada Manjusri Bodhisattva;
Ketahuilah, bahwa yang dulunya adalah Raja Setan Amagadha itu kini beliau adalah Dravyasri Bodhisattva. Dan putri brahmana itu sekarang adalah Kstigarbha Bodhisattva.
(( Bab 2 ))
Pertemuan Badan-Badan Jelmaan Kstigarbha Bodhisattva
Dalam persamuan di istana Trayastrimsa itu datang berkumpul tubuh-tubuh jelmaan dari Ksitigarbha Bodhisattva yang selama ini bertugas di neraka di berbagai dunia yang banyaknya mencapai ratusan ribu koti asamkheya yang tak terhingga.
Kini mereka dengan diberkahi kekuatan gaib dari Sakyamuni Buddha, dan tak kurang dari jutaan koti nayuta umat suci yang telah terbebaskan dari keduniawi dan berbagai alam sengsara, semua membawa bunga-bunga harum sebagai persembahan kepada Sang Buddha beserta para hadirin yang datang bersama-sama dengan Ksitigarbha Bodhisattva, yang selama ini telah mendapat bimbingannya untuk mencapai anuttara samyak sambodhi tanpa ada kemunduran batin.
Sebelumnya, para umat suci itu selama berkalpa-kalpa terombang-ombing dalam kelahiran-kematian dalam 6 Kelompok Alam Kehidupan tanpa berhenti sesaat pun. Berkat semangat Ksitigarbha Bodhisattva yang maha pengasih serta ikrar sucinya yang mendalam, mereka semua telah mencapai kebodhian. Setibanya mereka di istana Trayastrimsa semua merasa amat gembira memandangi wajah Sang Buddha tanpa berkedip.
Ketika itu Sang Buddha menggulurkan lenganNya yang berkeemas-emasan menyentuh ubun-ubun setiap jelmaan Ksitigarbha Bodhisattva yang banyaknya mencapai ratusan ribu koti asamkheya itu sambil bersabda;
Aku di alam 5 Kemerosotan mengajarkan kepada para umat yang keras kepala, agar mereka sadar dan kembali ke jalan yang benar. Walaupun demikian masih saja ada satu-dua orang dari sepuluh orang yang berbuat kejahatan.
Aku pun menjelmakan diriKu hingga ratusan ribu koti jelmaan, dengan berbagai cara menyelamatkan para umat. Umat yang cerdas menerima ajaranKu hanya dengan mendengar saja. Umat yang banyak menanam kebajikan pada masa lampau berhasil berkat nasihat-nasihatKu. Umat yang lemah melewati masa yang lama sekali baru tersadarkan. Umat yang berkarma buruk berat dan tidak menghormati Buddha-Dhamma sukar disadarkan.
Walaupun umat demikian berdeba-beda adanya tetap perlu ditolong dengan jelmaan yang beragam pula. Menjelma sebagai laki-laki, menjelma sebagai wanita, atau sebagai dewa, naga, makhluk suci, setan. Bahkan Aku pernah menjelmakan diriKu menjadi gunung, hutan, sungai, padang, sungai kecil, kolam sumber air, sumur, dan sebagainya, agar dapat menolong makhluk yang menderita.
Terkadang Aku menjelmakan diriKu menjadi seorang Raja Indra, Raja Brahmana, raja dunia (Cakravartin), atau seorang kulapati, atau seorang raja, menteri, pejabat, atau seorang biksu, biksuni, upasaka, upasika, sravaka, Pratyekabuddha, Arahat, atau Bodhisattva, dan lainnya, guna menyelamatkan para makhluk menderita di alam semesta. Maka Buddha tidak hanya menjelma sebagai tubuh Buddha saja.
Dapat kau lihat, Aku selama berkalpa-kalpa dengan susah payah menolong berbagai makhluk hidup yang keras kepala dan menderita. Mereka yang belum tersadarkan, menerima karmanya sesuai dengan perbuatannya. Bila mereka tergelincir ke dalam alam sengsara dan menderita, kau semua harus ingat nasihatKu saat-saat kita berada di surga Trayastrimsa ini, supaya makhluk hidup yang berada di dunia Saha, hingga pada masa Maitreya Bodhisattva lahir, semuanya dibebaskan dari penderitaan. Bebas dari segala macam penderitaan selama-lamanya dan akan bertemu Buddha serta akhirnya mendapat Vyakarana.
Pada saat itu, semua jelmaan Ksitigarbha Bodhisattva dari berbagai dunia dan sejak berkalpa-kalpa yang lalu bersatu kembali menjadi tubuh asalnya. Lalu memberi hormat dengan perasaan haru serta bercerita dengan air mata berlinang kepada Sang Buddha;
Semenjak berkalpa-kalpa yang lalu hamba telah mendapat bimbingan Sang Buddha sehingga hamba mendapatkan kekuatan gaib dan kebijaksanaan.
Berkat Buddha, jelmaan hamba telah dapat memenuhi dunia yang banyaknya hingga ratusan ribu koti. Mengajari mereka meyakini Triratna agar mereka terbebaskan dari kelahiran-kematian serta melaksanakan Dhamma Luhur hingga mencapai nibbana.
Barang siapa dapat mengamalkan Buddha-Dhamma, walaupun jasa kebajikannya hanya sehelai rambut, setetes air, sebutir pasir, atau sebutir debu, aku bertekad menolong mereka agar terbebas dari penderitaan dan mendapatkan manfaat yang besar dari Buddha-Dhamma.
Dengan ini hamba memohon dengan tulus iklas, agar Sang Buddha tidak khawatir akan keadaan para umat yang melakukan karma buruk berat di masa mendatang.
Ksitigarbha Bodhisattva mengulangi perkataannya itu sebanyak tiga kali di hadapan Sakyamuni Buddha.
Ketika itu Sang Buddha menjawab Ksitigarbha Bodhisattva;
Sadhu. Sadhu. Sadhu. Aku gembira dan akan membantumu agar kau mencapai hasil yang maksimal. Apabila kau telah berhasil melaksanakan ikrar masa silammu itu dan usaha agungmu telah selesai, ketika itu jugalah kau akan mencapai anuttara samyak sambodhi."
(( Bab 3 ))
Pengamatan Atas Karma Makhluk Hidup Serta Sebab Akibatnya
Ketika itu ratu Mahamaya beranjali memberi hormat kepada Ksitigarbha Bodhisattva seraya bertanya;
Yang Arya, bagaimanakah Hukum Karma yang berlaku bagi para makhluk dari dunia jambudvipa yang pernah berbuat bermacam-macam karma buruk itu?
Ksitigarbha Bodhisattva menerangkan;
Dunia serta tanah suci Buddha banyak sekali hingga berjuta-juta. Di dunia Saha terdapat neraka, di alam lain tidak terdapat wanita, dunia yang tidak terdapat Buddha-Dhamma adalah dunia yang miskin merana. Ada dunia yang terdapat Bodhisattva, tiada sravaka, dan Pratyekabuddha. Sebaliknya ada dunia yang hanya terdapat sravaka dan Pratyekabuddha saja, tanpa Bodhisattva. Jadi tidak terbatas pada makhluk hidup di alam neraka saja yang mendapat siksaan karena karma buruk.
Ratu Mahamaya menjelaskan kembali maksud pertanyaannya, bahwa ia ingin mengetahui akibat karma yang dilakukan oleh makhluk hidup di dunia jambudvipa. Maka Ksitigarbha Bodhisattva menerangkan kepada ratu Mahamaya;
Dengarkanlah baik-baik, aku akan menguraikannya dengan singkat.
Ratu Mahamaya berkata;
Sudilah kiranya menerangkan, kami semua telah siap mendengarkan.
Ksitigarbha Bodhisattva lalu menguraikannya kepada ratu Mahamaya;
Hukuman terberat dari neraka yang berlaku di dunia jambudvipa adalah sebagai berikut;
Apabila seorang anak durhaka dan tak mematuhi orang tuanya, bahkan ia berani membunuh orang tuanya. Maka orang yang berkelakuan seperti itu akan masuk ke dalam alam neraka Avici setelah ia meninggal dunia, dan harus menjalankan masa hukuman hingga jutaan koti kalpa. Sulit memperoleh kesempatan untuk keluar dari situ.
Apabila seseorang berani melukai tubuh seorang Buddha, atau berani memfitnah Triratna, tidak menghormati kitab suci. Maka ia akan masuk ke dalam neraka Avici, dan harus menjalankan masa hukuman hingga jutaan koti kalpa. Sulit memperoleh kesempatan untuk keluar dari situ.
Apabila seseorang berani menyakiti biksu, berani menodai biksuni, atau berani berbuat asusila di vihara, atau berani membunuh makhluk bernyawa di dalam vihara. Maka ia akan masuk ke dalam neraka Avici, dan harus menjalankan masa hukuman hingga jutaan koti kalpa. Sulit memperoleh kesempatan untuk keluar dari situ.
Apabila seseorang berani menyamar sebagai sramana, akan tetapi sebenarnya hatinya tidak suci, dan ia memboroskan harta benda milik Sangha, menipu kulapati, melanggar vinaya, dan melakukan bermacam-macam karma buruk. Maka ia akan masuk ke dalam neraka Avici, dan harus menjalankan hukuman hingga jutaan koti kalpa. Sulit memperoleh kesempatan untuk keluar dari situ.
Apabila seseorang berani mencuri harta benda milik Sangha, seperti keperluan sehari-hari, beras, atau palawija, makanan dan minuman, jubah atau pakaian lain, termasuk barang apapun yang diambil bukan atas pemberian. Maka ia akan masuk ke dalam neraka Avici, dan harus menjalankan hukuman hingga jutaan koti kalpa. Sulit memperoleh kesempatan untuk keluar dari situ.
Ksitigarbha Bodhisattva menjelaskan lebih lanjut;
Ibu Mahamaya, jika terdapat umat berbuat karma buruk yang sedemikian berat itu maka akan terjerumus ke dalam neraka Avici dan tidak dapat mendapat istirahat sesaatpun, menderita terus tak berkesudahan.
Ratu Mahamaya bertanya kepada Ksitigarbha Bodhisattva;
Yang Arya, mengapa neraka itu dinamakan Avici?
Ksitigarbha Bodhisattva menjelaskan;
Ratu Mahamaya yang budiman, semua neraka berada di dalam gunung Maha Cakravada. Neraka yang besar terdapat 18 buah, yang berukuran sedang terdapat 500 buah. Setiap neraka mempunyai namanya sendiri. Sedangkan yang kecil jumlahnya banyak sekali, hingga jutaan buah dan namanya juga banyak sekali.
Neraka Avici luasnya kurang lebih 8 juta yojana, semua dilengkapi dengan tembok besi. Tinggi besi itu mencapai 10.000 yojana. Di dalam neraka itu tidak ada tempat kosong, semuanya dipenuhi kobaran api yang dasyat. Neraka-neraka itu bersebelahan satu sama lain. Kelilingnya 18.000 yojana, temboknya juga terbuat dari besi dengan ketinggian 1.000 yojana. Kobaran api yang membara menyala-nyala dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Di samping itu terdapat ular-ular berbisa dan anjing-anjing buas yang tubuhnya terbuat dari besi, dari mulutnya menyembur api yang dasyat.
Di atas tembok neraka terdapat ranjang besi tersebar seluas 10 ribu yojana. Apabila terdapat seorang terhukum berbaring di atas ranjang besi itu, ia akan melihat dirinya telah berada di setiap ranjang besi yang banyaknya ribuan itu. Demikian juga bila terdapat jutaan orang terhukum berbaring di atasnya, maka mereka akan melihat tubuh mereka berada di setiap ranjang itu. Demikianlah buah dari karma buruk yang mereka perbuat. Dan semua terhukum menerima semua siksaan dan penderitaan.
Kemudian, datanglah ribuan yaksa dan setan. Giginya runcing bagaikan belati, sinar matanya bagaikan kilat, kukunya tajam terbuat dari tembaga. Mereka menyeret orang-orang berdosa itu sesuka hatinya. Ada juga yaksa yang memegang toya runcing, menusuk-nusukkannya ke dalam tubuh orang-orang yang berdosa itu, atau menusuk ke dalam mulut atau hidung atau perut atau punggungnya. Kemudian orang yang ditusuk itu dilempar ke atas lalu disambut kembali dan diletakkan di atas ranjang yang panas membara.
Ada juga segerombolan garuda besi, datang mematuki mata orang-orang berdosa, atau datang ular berbadan baja melilit leher terhukum, atau seluruh sendi tulangnya dipaku dengan paku panjang, atau lidahnya dicabut lalu digiling dengan bajak tajam, atau ususnya dikeluarkan lalu diiris-iris menjadi potongan kecil, atau mulutnya dituangi cairan tembaga panas, atau seluruh tubuhnya dililit besi panas. Hidup-mati berulang-ulang ribuan kali, demikianlah buah dari karma jahat. Demikian hingga jutaan kalpa lamanya, ia akan sulit mendapat peluang untuk keluar.
Jika dunia itu menuju kepunahan, sedangkan masa hukuman bagi para umat yang berdosa tersebut masih belum habis, maka mereka akan dipindahkan ke alam dunia lain untuk menerima hukuman lanjutan. Jika alam dunia lain mengalami kepunahan, maka mereka akan dipindahkan lagi ke alam lainnya untuk menerima hukuman selanjutnya, dan jika alam yang lainnya mengalami kepunahan juga, maka mereka akan dipindahkan lagi ke alam lainnya. Demikian seterusnya, hingga dunia ini terbentuk kembali dan mereka akan kembali ke dunia asal mereka. Hukuman karma yang tak terputus-putus ini demikianlah adanya.
Masih terdapat 5 hal mengenai hukum karma yang berkaitan dengan neraka Avici. Maka disebut Anantarya. Kelima hal itu adalah;
1. Yang terhukum mendapat penderitaan siang dan malam tanpa henti selama berkalpa-kalpa, waktunya tiada terputus. Makanya disebut anantarya.
2. Di neraka tersebut berapa pun jumlah orang hukuman, satu atau jutaan, di setiap ruangan akan tetap terasa sesak padat. Makanya disebut anantarya.
3. Tidak ada satu terhukum pun yang dapat menghindar dari suatu hukuman, baik itu dari siksaan garpu tajam, tongkat berat, binatang-binatang berbadan besi seperti garuda, ular, serigala, anjing, dan lainnya. Atau dari siksaan lesung serta alu besi yang terbakar panas menumbuk tubuh orang yang jahat, atau tubuhnya digiling, digergaji, dipahat, dikikir, atau diiris-iris menjadi berkeping-keping, atau dimasukkan ke dalam periuk besar berisi air mendidih, atau tubuhnya dibalut dengan jaringan baja yang panas, atau diikat dengan tali baja yang telah terbakar, atau dipaksa menaiki keledai besi panas atau kuda besi panas, lalu dibakar, dikupas kulitnya, atau dibawa keledai atau kuda tersebut yang berlari kencang, kemudian disirami cairan besi yang sedang melebur.
Apabila orang yang berdosa itu lapar, ia akan diberi makan peluru besi untuk ditelah dan yang haus diberi minuman cairan besi. Dan hukuman itu akan dijalaninya selama berkalpa-kalpa. Penderitaan itu sambung menyambung tiada putus-putusnya. Makanya disebut anantarya.
4. Di neraka tersebut tak ada alasan untuk meringankan hukumannya, baik itu pria maupun wanita, suku bangsa minoritas maupun mayoritas, atau telah lanjut usia, atau muda belia, atau bangsawan, atau kaum hina, naga atau makhluk suci, dewa atau setan, dan lainnya. Siapa saja yang mempunyai karma buruk berat, ia harus menanggung hukumannya tanpa pandang bulu. Makanya disebut anantarya.
5. Selama hukumannya belum habis, terhukum akan berulang kali mati dan hidup kembali. Siang malam mereka akan menerima penderitaan ini. Sekejap pun tak akan berhenti. Apabila telah habis masa hukumannya, barulah ia dilahirkan di alam lain. Makanya disebut anantarya.
Ksitigarbha Bodhisattva melanjutkan penjelasannya;
Keadaan neraka Avici sungguh rumit sekali atau sulit diterangkan. Aku hanya dapat menguraikannya secara singkat, jika meliputi semua alat-alat hukuman serta rupa-rupa penderitaannya secara lengkap, mungkin hingga 1 kalpa pun uraianku belum selesai.
Setelah mendengar penjelasan itu, ratu Mahamaya merasa sedih karena merasa tak dapat menolong para penghuni alam neraka. Lalu beliau beranjali kepada Ksitigarbha Bodhisattva dan kembali ke tempat duduknya.
(( Bab 4 ))
Hukum Karma Makhluk-Makhluk Jambudvipa
Ketika itu Ksitigarbha Bodhisattva Mahasattva berkata kepada Sang Buddha;
Sang Bhagava, atas berkah kekuatan gaib dari Tathagata, maka aku dapat menjelajahi ratusan ribu koti dunia dengan menjelmakan tubuhku dengan demikian banyak untuk menyelamatkan segala makhluk yang terlibat hukum karma.
Apabila tidak dianugerahi maha kewelas-asihan Sang Buddha, aku takkan dapat berbuat sedemikian rupa. Kini aku mendapat pesan dari Sang Buddha, agar semua makhluk yang berada di 6 Kelompok Alam Kehidupan ditolong agar bebas dari penderitaan hingga Maitreya Bodhisattva menjadi Buddha. Sang Bhagava, tak perlu khawatir, aku akan mewujudkannya hingga sempurna.
Sang Buddha berkata kepada Ksitigarbha Bodhisattva;
Yang Arya Ksitigarbha, semua makhluk yang belum terbebaskan dari penderitaan itu memiliki tabiat dan pikiran yang tidak menentu. Mereka terkadang melakukan perbuatan jahat yang merupakan karma berat, terkadang pula mereka melakukan perbuatan yang baik yang menjadikan kebajikan. Mereka semua mudah sekali terpengaruh oleh lingkungan. Itulah sebabnya mereka selalu berputar-putar di dalam 5 Kelompok Makhluk**. Tanpa henti sedetik pun. Berkalpa-kalpa tersesat dan terbelenggu. Bagaikan ikan yang berenang terjaring sepanjang sungai, walaupun terkadang lolos dari jaring untuk sementara, pada akhirnya tetap terjaring tak terbebaskan.
5 Kelompok Makhluk : dewa, manusia, binatang, hantu kelaparan, dan makhluk neraka.
Makhluk semacam itulah yang membuatKu gelisah dan khawatir. Kini kau telah sanggup menyambung tugasKu dengan tekad yang pernah kau ikrarkan pada masa yang silam untuk menolong umat yang mempunyai karma buruk berat di alam semesta. Apalagi yang perlu Aku khawatirkan.
Setelah Sang Buddha berkata demikian, seorang Bodhisattva Mahasattva yang bernama Dhyana Svararaja, tampil ke depan, memberi hormat seraya bertanya;
Sang Bhagava. Sudilah kiranya menerangkan secara ringkas, mengapa Sang Bhagava terus menerus memuji jasa-jasa dan kebajikan Ksitigarbha? Apakah ikrar beliau di masa silam?
Sang Buddha berkata kepada Dhyana Svararaja Bodhisattva;
Dengarkanlah baik-baik dan perhatikan uraianKu ini, Yang Arya Dhyanasvararaja. Aku akan mengisahkan secara singkat satu per satu.
Pada masa asamkyeya nayuta kalpa yang tak terhitung yang silam, terdapat seorang Buddha yang bernama Sarvajnasiddha yang telah memiliki 10 gelar, yaitu; Tathagata, Arahat, Samyak Sambuddha, Vidyacarana Sampanna, Sugata, Lokavit, Anuttara, Purusadamyasarathi, Sasta, Lokajyestha. Usianya 60 ribu kalpa.
Sebelum meninggalkan rumah menjadi sramana, beliau adalah seorang raja dan beliau sangat akrab dengan seorang raja dari negeri tetangga. Namun rakyat negeri tetangganya itu banyak yang berbuat kejahatan. Lalu kedua raja itu berdamai untuk mencari jalan dan cara-cara untuk menyelamatkan rakyatnya.
Salah seorang raja berikrar, bahwa ia akan secepatnya mencapai kebuddhaan agar dapat menyelamatkan rakyat jelata hingga habis tiada sisa. Raja lainnya berikrar, bahwa beliau akan menyelamatkan terlebih dahulu umat yang menderita agar mencapai penerangan sempurna, baru beliau menjadi Buddha.
Sang Buddha berkata kepada Dhyana Svararaja Bodhisattva;
Yang Arya Dhyana Svararaja, raja yang pertama itu kini telah mencapai penerangan sempurna dan menjadi Buddha. Beliau adalah Sarvajnasiddha Tathagata. Sedangkan raja yang berikrar ingin menyelamatkan dulu umat hingga selesai baru menjadi Buddha, beliau adalah Ksitigarbha Bodhisattva Mahasattva.
Lagi, Yang Arya Dhyana Svararaja, pada masa dahulu kala, beberapa asamkyeya kalpa yang tidak terhitung, terdapat seorang Buddha yang bernama Suddha Padma Netra Tathagata. Usianya 40 kalpa. Setelah memasuki periode Sad Dhamma Pratirupaka, terdapatlah seorang arahat. Beliau dengan kebajikannya menyelamatkan umat yang menderita dan mengajarkan Dhamma.
Pada suatu hari, beliau bertemu dengan seorang putri yang bernama Jyotinetra. Ia menyediakan makanan untuk memuja arahat itu. Selesai makan dan minum, sang arahat bertanya kepada putri itu;
"Putri yang budiman, kepada siapakah jasa-jasa yang kau perbuat ini ingin kau salurkan?"
Putri Jyotinetra menjawab;
"Ketika ibu hamba meninggal dunia, hamba telah banyak berdana untuk menyelamatkan beliau. Hingga kini hamba belum tahu, di alam mana beliau dilahirkan."
Mendengar hal itu, sang arahat merasa iba, lalu beliau pun bersamadhi. Dalam samadhi itu terlihatlah oleh sang arahat bahwa ibu putri itu terjerumus ke dalam alam sengsara dan sangat menderita. Sang arahat lalu bertanya;
"Ketika ibumu masih berada di dunia, pekerjaan apa yang dilakukannya sehingga ia terjerumus ke alam sengsara dan sangat menderita?"
Putri Jyotinetra menjawab;
"Ibu hamba terlalu gemar makan anak ikan dan labi-labi, digoreng atau dimasak dengan sayur lain, banyaknya tidak kurang dari 10 juta nyawanya, dimakan dengan lahapnya. Kasihanilah, bhante. Harus dengan cara apa agar ibu hamba dapat terselamatkan?"
Sang arahat dengan perasaan welas asih memberitahukan putri itu sebuah cara yang mudah;
"Engkau bisa melafal nama buddha, yaitu Namo Suddha Padma Netra Buddhaya, dengan sepenuh hati. Dan di samping itu engkau boleh membuat rupang untuk mengadakan puja bakti di rumahmu. Dengan demikian baik yang telah meninggal maupun yang masih hidup akan mendapatkan perlindungan dari Suddha Padma Netra Buddha."
Segera setelah putri Jyotinetra mendengar saran sang arahat, ia menjual semua barang kesayangannya untuk mendapatkan uang untuk membuat gambar Suddha Padman Nerta Buddha. Kemudian dipujanya dengan khidmat serta memuliakan nama Buddha itu. Karena terharu ia pun menangis sambil memikirkan jasa-jasa kebajikan Buddha yang demikian besarnya sedangkan umat masih banyak kekurangan-kekurangannya.
Lantas, pada saat ia sedang tidur, ia bermimpi melihat seorang Buddha yang amat besar bagaikan gunung Semeru dan memancarkan cahaya keemas-emasan yang terang menderang seraya bersabda;
"Putri budiman, janganlah kau bersedih. Tak lama lagi ibumu akan terbebaskan dari alam sengsara dan lahir di rumahmu. Ketika bayi itu dapat merasakan lapar dan dingin, ia akan bercerita tentang asal usulnya."
Tak selang berapa lama, seorang pelayannya melahirkan seorang bayi laki-laki. Belum genap 3 hari, karena merasa dingin dan lapar, ketika bayi itu melihat putri Jyotinetra, iapun segera menangis seraya berkata;
"Anakku tersayang, aku adalah ibumu. Karma yang dibuat diri sendiri semasa hidup dan mati, akibatnya akan diterima sendiri juga. Aku telah lama terjerumus ke dalam alam sengsara. Semenjak aku meninggal dunia hingga akhir-akhir ini, aku terus-menerus keluar masuk berbagai neraka tanpa henti-hentinya. Kini diberkahi jasa-jasa kebajikanmu aku dapat memperoleh kesempatan terlahir kembali di alam manusia yang hina dan usiaku juga pendek. Umur 13 tahun harus kembali ke alam sengsara. Anakku tersayang, apakah engkau dapat menyelamatkan aku supaya terbebas dari penderitaan ini?"
Setelah putri Jyotinetra mendengar kata-kata yang diucakpan bayi itu, ia menjadi yakin, bahwa bayi itu dulunya adalah ibunya. Putri Jyotinetra merasa sangat sedih dan terisak-isak lalu bertanya;
"Ibunda tercinta, katakanlah, karma apa yang menjerumuskan ibu ke alam sengsara?"
Bayi pelayan tersebut menjawab;
"Anakku tersayang, sewaktu masih berada di dunia aku melakukan dua macam karma buruk berat, yaitu pembunuhan dan ucapan kotor serta fitnah. Kalau saja tanpa jasa-jasa kebajikanmu, pastilah aku takkan mendapat kesempatan keluar dari kesengsaraan."
"Hukuman apa yang pernah ibu terima di neraka itu?" Tanya sang putri.
"Anakku tersayang, hukuman neraka dan kesengsaraannya amat menyedihkan dan sulit untuk diceritakan. Apabila diceritakan secara luas hingga ratusan ribu tahun pun takkan habis." Jawab ibunya.
Setelah putri Jyotinetra mendengar ucapan bayi itu, ia menangis terseduh-sedu. Lalu ia menengadah seraya berkata;
"Yang Maha Kuasa, lindungilah ibuku, agar ibuku terbebaskan dari alam kesedihan untuk selama-lamanya. Bila usia bayi ini telah genap 13 tahun, semoga karma buruknya dapat dihapuskan dan jangan terjerumus lagi ke alam sengsara."
Putri Jyotinetra lalu bersumpah;
"Para Buddha yang berada di dunia di 10 penjuru. Kasihanilah dan terimalah ikrarku yang akan hamba ucapkan ini. Semoga ibu hamba dapat terbebaskan dari 3 Alam Rendah, dari kelahiran hina, dan dari kelahiran menjadi wanita.
Kini hamba berdiri di hadapan gambar Suddha Padma Netra Buddha dan berjanji mulai saat ini hingga ratusan ribu koti kalpa yang akan datang, akan hamba selamatkan semua makhluk yang karma buruknya berat dan tengah mengalami kesengsaraan di 3 alam sengsara di berbagai dunia, agar mereka terbebaskan dari neraka, dari alam binatang dan hantu kelaparan. Hamba akan membimbing mereka hingga mencapai kebuddhaan. Setelah semua itu terlaksanakan, barulah hamba mencapai anuttara samyak sambuddha."
Selesai berikrar, putri Jyotinetra mendengar suara Suddha Padma Netra Buddha dari langit;
"Putri Jyotinetra yang budiman, perasaanmu sungguh penuh belas kasih. Demi menyelamatkan ibumu, kau telah bertekad mengucapkan ikrar yang demikian agung.
Mulai sekarang, bila usia ibumu telah genap 13 tahun, ia akan terbebaskan dari hukumannya dan akan dilahirkan di suatu daerah menjadi pelaksana Buddha-Dhamma, usianya akan mencapai 100 tahun.
Setelah itu dia akan dilahirkan di tanah suci sebelah timur, alam Asoka, tanah suci milik Asokavijayasri Buddha, atau di sebelah barat, alam Sukhavati, tanah suci milik Amitabha Buddha. Panjang usianya tak dapat dihitung dengan hitungan kalpa lagi. Di alam sana dia akan melaksanakan Dhamma hingga mencapai kebodhian. Kemudian dia akan menjalankan tugasnya, menyelamatkan umat manusia dan dewa yang jumlahnya tak terhitung bagaikan butiran pasir sungai Gangga."
Sang Buddha berkata kepada Dhyana Svararaja Bodhisattva;
Yang Arya, sang arahat yang pernah menyelamatkan putri Jyotinetra sekarang adalah Akshayamati Bodhisattva. Yang menjadi ibu putri Jyotinetra adalah Vimuktika Bodhisattva. Sedangkan putri Jyotinetra sendiri sekarang adalah Ksitigarbha Bodhisattva.
Ketahuilah, Yang Arya Dhyana Svararaja. Budi pekerti Ksitigarbha sejak berkalpa-kalpa yang tidak terhitung sangat agung, penuh belas kasih, dan beliau pernah menyatakan ikrar yang banyaknya bagaikan butiran pasir sungai Gangga. Beliau juga pernah menyelamatkan umat yang menderita yang banyaknya sukar diperkirakan.
Pada masa mendatang, apabila terdapat pria atau wanita yang enggan berbuat karma baik, hanya senang berbuat karma buruk, tidak percaya pada Hukum Karma, dan selalu melakukan pebuatan tercela seperti asusila, berdusta, berlidah dua, ucapan kasar, menfitnah ajaran Buddha, dan lainnya. Maka umat yang demikian, setelah mereka meninggal dunia, akan terjerumus ke dalam alam sengsara.
Akan tetapi, bila mereka sebelumnya dapat bertemu dengan seorang suci yang mengajak mereka memohon perlindungan kepada Ksitigarbha Bodhisattva, maka perbuatan buruk mereka akan terampuni dan mereka akan terhindar dari 3 alam sengsara.
Seandainya para umat tersebut telah sadar dan ingin dengan sepenuh hati memberi hormat kepada Ksitigarbha Bodhisattva, memuliakan namanya, atau selalu melakukan puja bakti dengan dupa, bunga, jubah, permata, minuman, makanan, dan lainnya. Si pemuja dalam masa mendatang yang lamanya ratusan ribu koti kalpa akan terus menerus dilahirkan di surga untuk menikmati kebahagiaan. Apabila usianya sudah habis, mereka mendapat kesempatan terlahir kembali ke dunia manusia dengan status sebagai bangsawan atau menjadi raja, dan lamanya hingga ribuan kalpa dan mereka memiliki daya ingat kehidupan masa lampau serta sebab-akibat dan asal usul kehidupan masa lampaunya.
Yang Arya Dhyana Svararaja. Ksitigarbha Bodhisattva memiliki kekuatan gaib yang tak terlukiskan hebatnya untuk menolong umat manusia membebaskan diri dari penderitaan. Karena itu kau beserta para Bodhisattva harus selalu ingat akan Sutra ini, kemudian sebarkan seluas-luasnya ke segala penjuru dunia.
Setelah Dhyan Ssvararaja Bodhisattva selesai mendengar uraian tersebut berkata kepada Sang Buddha;
Sang Bhagava, tak perlu khawatir. Kami, para Bodhisattva Mahasattva yang jumlahnya berjuta-juta, pasti dapat mewujudkan pesan Sang Buddha dengan kekuatan gaib yang dilimpahkan kepada kami. Sutra ini akan kami sebar-luaskan ke jambudvipa agar umat manusia mendapatkan manfaat yang besar.
Setelah selesai, Dhyana Svararaja Bodhisattva memberi hormat kepada Sang Buddha, lalu kembali ke tempat duduknya.
Ketika itu 4 Maha Raja Dewa (Catur Maha Raja Kajika) yang datang dari 4 penjuru surga bersama-sama bangkit dari tempat duduknya, lalu memberi hormat kepada Sang Buddha seraya bertanya;
Sang Bhagava, apa sebabnya Ksitigarbha Bodhisattva Mahasattva setelah sekian banyak kalpa mengucapkan ikrar agungnya, namun hingga kini masih banyak umat yang belum terbebaskan. Mohon Sang Bhagava memberi penjelasan kepada kami.
Sang Buddha berkata kepada 4 Maha Raja Dewa;
Sadhu. Sadhu. Sadhu. Aku sekarang demi kepentinganmu dan para dewa saat ini dan saat mendatang, menjelaskan bagaimana usaha Ksitigarbha Bodhisattva di dunia Saha dengan segala cara menolong semua makhluk yang menderita agar terbebaskan dari kelahiran dan kematian.
Terima kasih, Sang Bhagava. Kami semua telah siap mendengarkan.
Sang Buddha berkata;
Meskipun Ksitigarbha Bodhisattva sejak sekian lama hingga kini menyelamatkan umat yang menderita, namun cita-citanya belum juga terpenuhi. Beliau merasa sangat kasihan kepada umat yang menderita di dunia ini. Mengingat beberapa kalpa yang tak terhitung pada masa mendatang, masih terdapat sebagian besar makhluk yang karma buruknya seperti tanaman merambat, semakin lama semakin menjalar luas.
Oleh karena itu, beliau berikrar dan berikrar lagi dan berupaya sekeras mungkin menyelamatkan umat yang menderita. Demikianlah Ksitigarbha Bodhisattva di dunia Saha, di jambudvipa, dengan ratusan ribu kemudahan membimbing umat menuju kebebasan dari penderitaan-penderitaan.
Maha Raja Dewa. Seandainya ada umat yang sengaja melakukan pembunuhan, Ksitigarbha Bodhisattva segera memberitahukan, bahwa karma buruk ini akan mengakibatkan usia pendek atau mati muda.
Bila ada yang melakukan pencurian dan perampokan, Ksitigarbha Bodhisattva segera memberitahukan, bahwa karma buruk ini akan mengakibatkan terlahir miskin dan menderita kesengsaraan di masa mendatang.
Bila ada yang melakukan perbuatan asusila, Ksitigarbha Bodhisattva segera memberitahukan, bahwa karma buruk ini akan mengakibatkan terlahir di alam unggas, seperti burung pipit, merpati, belibis, dan lainnya.
Bila ada yang berkata-kata kasar, Ksitigarbha Bodhisattva segera memberitahukan, bahwa karma buruk ini akan mengakibatkan rumah tangga tidak harmonis.
Bila ada yang memfitnah, Ksitigarbha Bodhisattva segera memberitahukan, bahwa karma buruk ini akan mengakibatkan terlahir bisu, atau mulutnya berpenyakitan.
Bila ada yang pemarah atau pembenci, Ksitigarbha Bodhisattva segera memberitahukan, bahwa karma buruk ini akan mengakibatkan terlahir dengan berbadan cacat dan berparas buruk.
Bila ada yang serakah terhadap segala makanan dan minuman, Ksitigarbha Bodhisattva segera memberitahukan, bahwa karma buruk ini akan mengakibatkan kelaparan, kehausan, dan selalu menderita penyakit tenggorokan.
Bila ada yang gemar berburu, Ksitigarbha Bodhisattva segera memberitahu, bahwa karma buruk ini akan mengakibatkan mati dalam ketakutan.
Bila ada yang durhaka terhadap orang tua, Ksitigarbha Bodhisattva segera memberitahu, bahwa karma buruk ini akan mengakibatkan sering tertimpa bencana alam.
Bila ada yang membakar hutan, Ksitigarbha Bodhisattva segera memberitahukan, bahwa karma buruk ini akan mengakibatkan mati dalam kegilaan atau kesesatan.
Bila ada yang suka menganiaya anak tiri, Ksitigarbha Bodhisattva segera memberitahukan, bahwa karma buruk ini akan mengakibatkan mendapat balasan dari anak tirinya pada masa mendatang.
Bila ada yang memfitnah Triratna, Ksitigarbha Bodhisattva segera memberitahukan, bahwa karma buruk ini akan mengakibatkan menjadi buta, tuli, bisu, dan lainnya.
Bila ada yang menghina Buddha-Dhamma, Ksitigarbha Bodhisattva segera memberitahukan, bahwa karma buruk ini akan mengakibatkan terlahir di alam sengsara selama berkalpa-kalpa.
Bila ada yang merusak atau memboroskan barang-barang milik Sangha, Ksitigarbha Bodhisattva segera memberitahukan, bahwa karma buruk ini akan mengakibatkan dirinya terjerumus ke dalam alam neraka selama berkalpa-kalpa.
Bila ada yang menodai Sangha atau mengotori vihara, Ksitigarbha Bodhisattva segera memberitahukan, bahwa karma buruk ini akan mengakibatkan dirinya terlahir di alam binatang.
Bila ada yang melakukan pembunuhan atau penyiksaan dengan air mendidih, atau dengan kobaran api, Ksitigarbha Bodhisattva segera memberitahukan, bahwa karma buruk ini akan mengakibatkan pembalasan serupa pada masa mendatang.
Bila ada yang melanggar sila kebiksuan, Ksitigarbha Bodhisattva segera memberitahukan, bahwa karma buruk ini akan mengakibatkan dirinya terlahir di alam binatang dan selalu menderita kelaparan.
Bila ada yang bersifat boros, Ksitigarbha Boddhisattva segera memberitahukan, bahwa karma buruk ini akan mengakibatkan selalu kekurangan kebutuhan hidup.
Bila ada yang bersikap angkuh dan sombong atau egois, Ksitigarbha Bodhisattva segera memberitahukan, bahwa karma buruk ini akan mengakibatkan dirinya terlahir di kalangan hina dina.
Bila ada yang berlidah dua atau gemar bertengkar, Ksitigarbha Bodhisattva segera memberitahukan, bahwa karma buruk ini akan mengakibatkan terlahir menjadi makhluk bisu atau menjadi burung yang suka berkicau.
Bila ada yang berpandangan sesat, Ksitigarbha Bodhisattva segera memberitahukan, bahwa karma buruk ini akan mengakibatkan terlahir di daerah terpencil.
Demikianlah umat yang berada di jambudvipa yang pernah melakukan karma buruk melalui tubuh, mulut, dan pikiran, yang banyaknya hingga jutaan macam akan mendapatkan akibat yang sesuai dengan perbuatannya masing-masing. Hanya demikian saja yang dapat Kuuraikan.
Walau karma mereka demikian beraneka warna dan banyak sekali jumlahnya, namun Ksitigarbha Bodhisattva tetap dengan ulet berusaha dengan segala kemudahan untuk menyelamatkan mereka agar mencapai pembebasan.
Umat yang berbuat keburukan sangat banyak, karena akibat karmanya masing-masing, akhirnya terjerumus ke dalam alam neraka selama berjuta-juta tahun tak terbebaskan. Karena itu kamu sekalian harus melindungi umat dan negara, agar mereka menjauh dari karma-karma buruk.
Mendengar sabda Sang Buddha itu, keempat Maha Raja Dewa menjadi sedih. Dengan wajah yang berlinang air mata mereka memberi hormat kepada Sakyamuni Buddha, lalu kembali ke tempat duduk mereka.
(( Bab 5 ))
Berbagai Macam Neraka dan Namanya
Samanta Bhadra Bodhisattva Mahasattva berkata kepada Ksitigarbha Bodhisattva;
Yang Arya Ksitigarbha yang maha welas asih. Sudilah kiranya menerangkan Hukum Karma dan nama-nama neraka serta tempat hukuman bagi para makhluk jambudvipa, baik untuk para dewa, naga, keempat parsadah (biksu, biksuni, upasaka, upasika), serta para umat, baik yang berada di masa sekarang maupun masa mendatang, agar mereka dapat mengetahui keadaan yang demikian pahit di alam neraka dan akibat Hukum Karmanya.
Ksitigarbha Bodhisattva menyahut;
Baik sekali, Yang Arya Samanta Bhadra yang Mahacarya.
Sekarang berkat kewibawaan Sang Buddha serta dari kekuatan cita-cita Yang Arya Samanta Bhadra, aku akan menguraikan jenis-jenis dan nama-nama neraka beserta hukumannya yang berlaku di alam itu secara singkat.
Yang Maha Pengasih, di sebelah timur jambudvipa terdapat sebuah gunung besar yang bernama Maha Cakravada. Di dalam gunung itu gelap sekali dan sulit ditembus cahaya matahari maupun bulan. Di dalamnya terdapat sebuah neraka utama yang amat besar, bernama Anantarya, dan di sebelahnya juga terdapat sebuah neraka yang besar sekali, namanya Avici.
Selain itu ada juga neraka-neraka lain seperti Neraka Pojok Empat, Neraka Pedang Terbang, Neraka Panah Api, Neraka Gunung Berapit, Neraka Tembusan Ombak, Neraka Kereta Baja, Neraka Ranjang Baja, Neraka Kerbau Baja, Neraka Jubah Baja, Neraka Keris Seribu Mata, Neraka Keledai Baja, Neraka Leburan Tembaga, Neraka Peluk Tiang, Neraka Api Menjalar, Neraka Bajak Lidah, Neraka Pengukir Kepala, Neraka Pembakar Betis, Neraka Pematuk Mata, Neraka Penelan Peluru Besi, Neraka Pertengkaran, Neraka Kapak Baja, Neraka Saling Geram, dan neraka-neraka lainnya.
Ksitigarbha Bodhisattva melanjutkan;
Yang Maha Pengasih. Neraka-neraka yang berada di dalam gunung Maha Cakravada ini jumlahnya tak terhitung, antara lain Neraka Menjerit, Neraka Pencabut Lidah, Neraka Air Kotor, Neraka Gembok Tembaga, Neraka Gajah Api, Neraka Anjing Api, Neraka Kuda Api, Neraka Kerbau Api, Neraka Gunung Api, Neraka Batu Api, Neraka Ranjang Api, Neraka Balok Api, Neraka Elang Api, Neraka Gergaji Gigi, Neraka Pengupas Kulit, Neraka Pengisap Darah, Neraka Pembakar Tangan, Neraka Pembakar Kaki, Neraka Penusuk Tubuh, Neraka Rumah Api, Neraka Rumah Besi, Neraka Serigala Api, dan lainnya.
Dalam setiap neraka terdapat lagi neraka-neraka yang lebih kecil dengan jumlah yang tidak tentu, ada yang satu, ada yang dua, ada yang tiga atau empat, bahkan hingga ratusan ribu buah, dan mempunyai nama yang berbeda juga.
Ksitigarbha Bodhisattva memberitahu Samanta Bhadra Bodhisattva;
Yang Maha Pengasih, neraka-neraka tersebut tersedia khusus untuk para makhluk yang berbuat karma buruk di jambudvipa. Daya karma ini besar sekali, dapat menandingi tingginya gunung Semeru, ke bawah dapat menyamai dalamnya samudera, dan dapat menghalangi jalan menuju pencapaian kebuddhaan.
Oleh karena itu, semua makhluk hidup jangan suka meremehkan kesalahan kecil dan menganggapnya tidak berakibat. Setelah meninggal dunia, yang berbuat kejahatan pasti akan menerima hukuman yang setimpal dengan perbuatannya, betapapun kecilnya karma yang pernah diperbuatnya dulu."
Jika saatnya telah tiba, datang hukuman, tidak ada yang dapat menggantikannya, walaupun itu adalah ayah maupun anaknya sendiri. Masing-masing mempunyai karmanya sendiri-sendiri, tidak dapat saling menggantikan untuk menerima hukuman. Kini aku menerima kesaktian Buddha, menguraikan keadaan hukuman dalam neraka. Mohon Yang Maha Pengasih mendengarkan dengan baik.
Yang Maha Pengasih, keadaan hukuman dalam neraka sesungguhnya demikianlah adanya.
Ada neraka yang mencabut lidah terhukum, lalu dibajak oleh kerbau besi hingga lumat. Ada neraka yang mencabut jantung terhukum, kemudian dimakan oleh yaksa. Ada neraka yang memasak tubuh terhukum dengan air mendidih.
Ada neraka yang menyiksa terhukum dengan memaksa mereka memeluk tiang tembaga panas hingga hangus. Ada neraka tempat membakar tubuh terhukum dengan kobaran api yang amat dasyat. Ada neraka yang penuh dengan salju dan terhukum kedinginan dan mati beku seketika.
Ada neraka yang berisi air kotor kerbau busuk yang tak terlukiskan membuat terhukum mati sesak nafas. Ada neraka tempat menyiksa terhukum dengan menusukkan tombak. Ada neraka tempat menumbuk punggung dan dada terhukum. Ada neraka tempat membakar tangan dan kaki.
Ada neraka tempat ular besi panas melilit terhukum. Ada neraka tempat anjing besi menggigit terhukum hingga tewas. Ada neraka tempat keledai besi ditunggangi oleh terhukum hingga mati.
Yang Maha Pengasih, alat-alat hukuman yang terdapat dalam neraka itu banyak sekali hingga ratusan ribu jenisnya dan terbuat dari tembaga, baja, batu, dan api. Semua ini akibat dari karma umat yang bersangkutan. Jika secara luas aku menceritakan keadaan hukuman dalam neraka, hingga satu kalpa pun tak akan habis, sedangkan neraka-neraka itu demikian banyaknya. Kini aku menerima kesaktian Sang Buddha dan mendapat pertanyaan dari Yang Arya, maka aku hanya dapat menguraikannya secara singkat saja.
(( Bab 6 ))
Sanjungan dan Pujian Sang Tathagata
Ketika itu tubuh Sang Buddha tiba-tiba memancarkan sinar yang terang menderang dan cahayanya mencapai tanah suci Buddha yang banyaknya hingga jutaan koti bagaikan butiran pasir sungai Gangga. Bersamaan dengan itu terdengar suara merdu yang memberitahukan kepada para Bodhisattva Mahasattva, dewa, naga, makhluk suci, raja setan, kinnara, dan umat lainnya yang berada di segala tanah suci Buddha;
"Para pendengar yang budiman, hari ini Aku memuji Sang Ksitigarbha Bodhisattva Mahasattva yang telah dapat menyalurkan cinta-kasih serta kesaktian yang tak terlukiskan ke dunia di 10 penjuru untuk menyelamatkan semua makhluk hidup yang menderita agar mencapai kebebasan. Apabila Aku parinibbana, kalian sebagai Bodhisattva Mahasattva, atau para dewa, naga, makhluk suci, raja setan, serta umat lainnya, dengan segala kemudahan-kemudahan memelihara dan melindungi Sutra ini agar para umat dapat mencapai kebahagiaan nibbana."
Setelah suara merdu yang berkumandang dengan nada gembira itu berhenti, Samanta Vistara Bodhisattva yang berada di pertemuan itu bangkit dari tempat duduknya, beranjali lalu memberi hormat kepada Sang Buddha seraya berkata;
Sang Bhagava, hari ini Sang Bhagava dengan suara merdu dan nada yang gembira menyanjung dan memuji Ksitigarbha Bodhisattva yang memiliki daya Maha Prabhava yang tak terlukiskan.
Mohon Sang Bhagava menjelaskan dengan cara apa dan bagaimana beliau memberikan manfaat serta ajaran Hukum Karma kepada para dewa dan manusia. Agar hal ini dapat dimengerti oleh para umat di jaman kaliyuga pada masa mendatang. Agar para dewa, naga, dan makhluk dari 8 Kelompok Makhluk serta makhluk hidup lainnya pada masa mendatang dapat memperoleh Buddha-Dhamma dan melaksanakannya.
Saat itu Sang Buddha memberitahukan kepada Samanta Vistara Bodhisattva, keempat parsadah dan yang lainnya;
Dengarkanlah baik-baik, Aku akan menceritakan bagaimana Ksitigarbha Bodhisattva memberikan manfaat serta kegunaan kepada para dewa dan manusia.
Samata Vistara Bodhisattva menyahut;
Kami semua telah siap mendengarkan, Sang Bhagava.
Pada masa mendatang, apabila ada pria atau wanita budiman yang setelah mendengar nama Ksitigarbha Bodhisattva Mahasattva, lalu atas kesadaran hati sanubari yang mendalam memberikan penghormatan, memuji dan merenungkan jasa-jasa kebajikan beliau, dengan demikian si pemuja telah memusnahkan karma buruknya sebanyak 30 kalpa.
Yang Arya Samanta Vistara, apabila ada pria atau wanita budiman yang melukis gambar Ksitigarbha Bodhisattva, atau membuat rupangnya dari tanah liat, batu, akik, atau dari emas, perak, tembaga, perunggu, besi, dan lainnya, kemudian dihormati dengan mengadakan puja bakti, maka si pemuja akan mendapat kesempatan lahir di surga Trayastrimsa sebanyak 100 kali berturut-turut setelah ia meninggal dunia. Jika masa hidup di surga telah habis, ia masih dapat dilahirkan di alam manusia sebagai raja atau bangsawan yang sangat mulia, dan ia takkan tergelincir ke dalam alam sengsara.
Yang Arya Samanta Vistara, apabila ada seorang wanita yang tidak menyukai lagi tubuh wanitanya pada masa mendatang, ia bisa memajang gambar atau rupang Ksitigarbha Bodhisattva dan mengadakan puja bakti siang malam tiada hentinya dengan persembahan bunga, dupa, makanan, minuman, jubah, spanduk sutra, panji-panji dan lainnya. Apabila kehidupannya sekarang ini telah berakhir maka ia akan terlahir di alam suci yang tidak ada wanita, dan lamanya hingga jutaan kalpa. Kecuali bila ia masih ingin melaksanakan tugas suci sebagai seorang wanita di berbagai alam semesta guna menyelamatkan para makhluk yang menderita. Berkat karma baik yang diperoleh dari memuja Ksitigarbha Bodhisattva Mahasttva itu, selama jutaan kalpa ia tidak akan lahir lagi sebagai wanita.
Sang Buddha lalu melanjutkan;
Lagi, Yang Arya Samanta Vistara. Apabila ada seorang wanita yang tidak suka akan parasnya yang buruk, serta sering sakit-sakitan. Jika ia mau memberi hormat dan melakukan puja bakti di hadapan rupang Ksitigarbha Bodhisattva, walaupun lamanya hanya sekejap saja. Di masa mendatang ia akan memiliki paras yang amat cantik dan memiliki tubuh yang sehat selama ratusan kali kelahiran. Apa bila si pemuja tidak jemu dengan tubuh wanitanya, ia akan jutaan kali terlahir sebagai putri raja atau permaisuri, atau sebagai putri bangsawan atau putri menteri, Naigama Bharyupa atau Maha Sreti Bharyupa, dan lainnya. Parasnya cantik elok, tubuhnya sehat bugar. Ini semua disebabkan si pemuja menghormati Ksitigarbha Bodhisattva dengan tulus ikhlas hingga mendapatkan jasa-jasa kebajikan yang sedemikian membanggakan.
Lagi, Yang Arya Samanta Vistara, apabila ada pria atau wanita budiman sering memuji jasa-jasa Ksitigarbha Bodhisattva dengan diiringi dengan nyanyian dan tarian rohani, disertai persembahan bunga-bungaan, dupa, dan lainnya di depan gambarnya. Atau menyadarkan satu atau beberapa orang untuk berlindung kepada Triratna. Maka umat tersebut, baik di masa sekarang maupun di masa mendatang, siang dan malam akan dilindungi oleh ratusan ribu malaikat yang berbudi. Tidak ada kabar buruk yang terdengar, juga tidak ada musibah atau malapetaka yang menimpa dirinya.
Sang Buddha melanjutkan;
Lagi, Yang Arya Samata Vistara. Apabila di masa mendatang, ada umat manusia yang berkelakuan jahat, makhluk-makhluk jahat, setan serta makhluk halus yang tak berbudi, mengejek, menyindir, dan menghina pria atau wanita budiman yang bersujud menyembah, memuji gambar atau rupang Ksitigarbha Bodhisattva. Manusia jahat itu menganggap semua persembahan itu tidak berguna, tidak akan mendapatkan buah karma baik dan sebaginya. Bahkan mereka berani menertawakan atau membuat fitnahan, mengajak makhluk-makhluk lain beramai-ramai melakukan kejahatan, walaupun kejahatan itu hanya berupa pikiran sekecil apapun. Maka makhluk semacam itu akan terjerumus ke dalam neraka Avici untuk menerima hukuman terberat selama 1.000 Buddha dalam bhadra kalpa mencapai parinibbana. Setelah bhadra kalpa berakhir mereka baru dilahirkan di alam setan kelaparan. Selang 1.000 kalpa kemudian mereka terlahir sebagai binatang, dan selang 1.000 kalpa lagi mereka baru memiliki tubuh manusia, namun mereka berada dalam keadaan hina dina serta cacat tubuh, batinnya selalu dipengaruhi berbagai karma buruk sehingga tak berapa lama kemudian mereka akan terjerumus kembali ke alam sengsara.
Oleh karena ini, Yang Arya Samanta Vustara, Hukum Karma bagi yang memfitnah orang yang berpuja bakti saja telah demikian berat, apalagi yang dengan sengaja berusaha memusnahkan Buddha-Dhamma.
Lagi, Yang Arya Samanta Vistara, pada masa mendatang, jika ada pria atau wanita yang mengidap penyakit parah atau menahun, walau sering diobati tak kunjung sembuh, sepanjang hari terbaring di ranjang. Tetap merana, mati tak bisa, hidup pun sengsara.
Atau terdapat umat yang setiap malam bermimpi buruk, seolah-olah dirinya selalu diajak iblis jahat atau arwah sanak saudaranya pergi bersama-sama ke suatu gunung yang amat curam, sehingga menggigil dan berkeringat.
Atau setiap siang dan malam digoda makhluk halus selama bertahun-tahun, sehingga badannya semakin lama semakin kurus, hanya bisa mengeluh dan merintih di atas ranjang. Namun usia orang itu belum sampai saatnya, sehingga ia harus mengalami penderitaan yang amat sangat pedih.
Sayang sekali orang-orang awam itu hanya memiliki mata jasmani, sehingga tidak dapat melihat makhluk halus yang berada di sisinya.
Oleh karena itu, perlulah membacakan Sutra ini dengan hikmat di depan rupang Buddha atau rupang Bodhisattva. Mengumpulkan barang-barang kesayangan milik si sakit, seperti benda pusaka, pakaian berharga, atau rumah dan kebun, dan lainnya, sebagai sajian suci yang dipersembahkan kepada Sang Triratna. Kemudian tokoh suci berdiri di depan si sakit seraya berkata;
"Saya bernama -menyebutkan namanya sendiri-, mewakili si sakit -menyebutkan nama si sakit-, mempersembahkan barang-barang ini sebagai dana di hadapan Sang Buddha serta para Bodhisattva Mahasattva, Ksitigarbha Bodhisattva, dan Sutra. Mohon karma buruk si sakit diringankan atau dimusnahkan sama sekali."
Atau dengan cara lain yaitu keluarga si sakit mengadakan puja bakti di depan rupang Buddha atau rupang Bodhisattva serta Sutra suci ini, atau mengumpulkan dana guna membuat rupang Buddha, rupang Bodhisattva di tempat suci, atau membangun stupa atau vihara, atau menyalakan lampu di dalam tempat suci, di jalan yang gelap, atau berdana makanan dan pakaian kepada Sangha. Orang yang mewakili si sakit membacakan pernyataan itu sebanyak 3 kali dengan suara lantang di samping si sakit, agar semua isi pernyataannya itu dapat didengar olehnya.
Jika si sakit sampai waktunya menghembuskan nafasnya yang terakhir, pembacaan pernyataan serta Sutra suci ini tetap dilanjutkan dengan suara lantang hingga 1 atau 7 hari.
Berkat jasa-jasa kebajikan itu, si sakit yang meninggal akan terbebas dari buah karma buruk yang pernah diperbuatnya di masa lampau dan masa sekarang. Bahkan 5 Dosa Berat juga dapat dihapus. Selanjutnya ia akan dilahirkan di alam yang lebih baik dan ia akan mengetahui kejadian-kejadian di masa silam.
Jika pria atau wanita budiman menyalin atau menyuruh orang lain menyalin Sutra ini, atau membuat rupang atau menyuruh orang lain menggambar Bodhisattva Mahasattva, maka mereka akan mendapat pahala besar sekali.
Oleh sebab itu, Yang Arya Samata Vistara, apabila berjumpa dengan umat budiman yang membaca Sutra ini atau memujinya atau menghormatinya, kau harus berusaha dengan segala macam cara menganjurkan agar ia tetap setia kepada Buddha-Dhamma, pada masa sekarang dan masa mendatang, ia akan mendapatkan pahala yang tak dapat dihitung banyaknya.
Yang Arya Samanta Vistara, di masa mendatang, jika ada umat di waktu tidur sering bermimpi dan melihat banyak makhluk halus datang menunggu, merintih dengan suara yang amat menyedihkan atau menangis tersedu-sedu, mengeluh atau menampakkan bayangannya yang amat menakutkan, atau tubuhnya menggigil terus menerus. Itu adalah arwah dari leluhur yang bersangkutan.
Mungkin saja itu adalah orang tuanya, anaknya, adik kakak, suami istri, atau sanak saudaranya beberapa kelahiran yang silam. Karena mereka berbuat karma buruk berat sehingga sekarang mereka masih berada di berbagai alam kesedihan dan belum dapat keluar.
Mereka tidak mempunyai pelindung untuk menyelamatkan diri mereka, maka mereka terpaksa datang ke rumah sanak saudaranya untuk meminta bantuan agar mereka mendapat peluang untuk membebaskan dirinya dari penderitaan.
Apabila bertemu dengan hal sedikian rupa, maka umat yang bersangkutan harus memberitahu mereka bahwa ia akan menyelamatkan mereka dengan kemudahan-kemudahan Buddha-Dhamma, agar mereka bertobat dan terbebaskan dari penderitaan.
Yang Arya Samanta Vistara, dengan daya prabava engkau dapat membantu umat yang bersangkutan dengan meminta orang tersebut sujud membaca Sutra ini di hadapan rupang Buddha atau rupang Bodhisattva sebanyak 3 atau 7 kali. Setelah Sutra ini selesai dibaca, arwah leluhur dari sanak saudara umat yang bersangkutan akan terbebaskan dari alam kesedihan. Dan semenjak itu mimpi buruk atau bayangan makhluk halus itu tak akan muncul kembali.
Lagi, Yang Arya Samanta Vistara, jika pada masa mendatang ada umat yang hina dina, merasa hidupnya selalu malang, dan mereka telah sadar bahwa hal itu diakibatkan oleh buah karma buruk masa lampaunya. Kini mereka ingin bertobat dan mengubah jalan hidup mereka yang buruk itu. Maka mereka harus dengan sujud memberi hormat kepada rupang Ksitigarbha Bodhisattva, kemudian menyebut namanya sebanyak 10.000 kali selama 7 hari. Berkat jasa-jasa kebajikan itu mereka akan dilahirkan sebagai anggota keluarga terhormat tanpa mengalami penderitaan di alam sengsara selama seratus ribu masa.
"Lagi, Yang Arya Samanta Vistara, ada 10 Hari Suci (Dasa Upavasatha), yaitu tanggal 1, 8, 14, 15, 18, 23, 24, 28, 29, dan 30 menurut penanggalan bulan (candra sengkala). Bagi umat di masa mendatang, hari-hari itu merupakan hari pengumpulan perbuatan baik atau buruk untuk menentukan ringan-beratnya karma buruk yang mereka lakukan. Sayang sekali, banyak umat di jambudvipa ini gemar dengan karma buruk.
Apalagi perbuatan seperti pembunuhan, pencurian, asusila, dusta, dan ratusan ribu macam karma buruk lainnya. Jika dalam 10 Hari Suci itu dapat membaca Sutra ini di hadapan rupang Buddha atau rupang Bodhisattva, maka daerah pada 4 arah mata angin seluas 1 yojana diameter, akan terhindar dari malapetaka dan anggota keluarganya tak akan terjerumus ke alam sengsara pada masa sekarang maupun di masa mendatang selama ribuan tahun.
Barang siapa yang dapat mengulang Sutra ini pada setiap 10 Hari Suci itu maka seluruh anggota keluarganya tak akan tertimpa musibah atau terserang penyakit parah, selalu cukup sandang dan pangan, penghidupannya sejahtera dan bahagia.
Oleh karena itu, Yang Arya Samanta Vistara, ketahuilah bahwa, Ksitigarbha Bodhisattva memiliki kekuatan batin yang tak terbayangkan untuk menyelamatkan umat mencapai kebebasan. Umat di jambudvipa ini mempunyai hubungan sebab-akibat (hetupratyaya) dengan Ksitigarbha Bodhisattva. Walaupun ada umat yang hanya mendengar namanya, atau mebaca 3 atau 5 kalimat dari Sutranya, atau satu bait gatha, maka pada masa sekarang mereka akan merasa hidupnya aman tenteram, dan di masa mendatang mereka akan dilahirkan dalam keluarga yang mulia dengan paras wajah yang rupawan.
Setelah mendengar uraian dari Sang Buddha, lalu Samanta Vistara Bodhisattva bersujud kepada Sakyamuni Buddha seraya berkata;
Sang Bhagava, sesungguhnya, sejak dahulu aku telah mengenal Ksitigarbha Bodhisattva Mahasattva yang maha pranidhana dan maha prabhava ini. Akan tetapi, agar para umat dapat mengetahui betapa besarnya manfaat uraian ini maka aku sengaja bertanya kepada Bhagava, apakah gerangan nama sutra ini? Dan dengan cara apa aku harus menyebarkan Sutra tersuci ini?
Sang Buddha memberitahu Samanta Vistara Bodhisattva;
Sutra ini mempunyai 3 nama, yaitu, yang pertama bernama Ksitigarbha Bodhisattva Purva Pranidha Sutra. Yang kedua Ksitigarbha Bodhisattva Purva Carya Sutra. Dan yang ketiga Ksitigarbha Bodhisattva Purva Sannahabala Sutra.
Akan tetapi, karena Bodhisattva Mahasattva ini sejak jutaan kalpa hingga sekarang selalu berikrar dengan maha pranidhana-nya untuk menyelamatkan para makhluk yang berada di alam semesta, maka kamu sekalian harus dengan jujur dan ikhlas mewujudkan cita-citanya dan membantu beliau menyebarkan Sutra ini ke berbagai daerah, agar para umat dapat memperoleh manfaat dari Dhamma ini.
Setelah Samanta Vistara Bodhisattva mendengar uraian Sang Buddha ini merasa amat bahagia, lalu memberi hormat kepada Sang Buddha dan kembali ke tempat duduknya.
(( Bab 7 ))
Manfaat Bagi Yang Hidup dan Yang Meninggal Dunia
Ketika itu Ksitigarbha Bodhisattva Mahasattva berkata kepada Sang Buddha;
Sang Bhagava, menurut pendapatku para umat yang berada di jambudvipa selalu berbuat karma buruk yang dihasilkan pikiran dan perbuatannya. Mereka mudah melepas kebaikan-kebaikan yang telah diperoleh, meninggalkan peribadatan yang selama ini telah dilaksanakan dengan baik. Sedangkan jika mereka tergoda oleh hal-hal yang buruk, segera mereka terpengaruh dan keburukan-keburukan yang mereka terima semakin hari semakin banyak pula, bagaikan orang yang dibebani batu melintasi jalan berlumpur, kian melangkah kakinya kian terjerembab.
Jika bertemu dengan seseorang yang bijaksana (Maitrayani) yang mau membantu meringankan bebannya sebagian atau semuanya. Tokoh bijaksana itu memiliki kekuatan yang cukup dan mau membantu umat yang malang itu mengatasi perjalanan di lumpur tersebut. Beliau selalu menasihati agar dapat bertahan hingga tiba di atas jalan yang rata dan mawas diri supaya tak terulang lagi ke jalan yang berat.
Ksitigarbha Bodhisattva melanjutkan;
Sang Bhagava, karma buruk yang dibuat umat manusia asal mulanya hanya sedikit saja, namun lama kelamaan menjadi banyaknya tak terhitung lagi. Karena itu, apabila seorang umat sampai pada ajalnya, orang tua ataupun sanak keluarganya perlu mengadakan puja bakti untuk menanam benih karma baik lalu menyalurkannya kepada mendiang untuk membantunya membuka jalan menuju alam bahagia.
Pada saat seseorang akan meninggal, pasanglah panji atau payung sutra kuning di depan gambar Sang Buddha, dengan demikian mendiang dapat terhindar dari 8 macam penderitaan dan mencapai alam Sukhavati.
Atau nyalakan pelita dengan minyak bersih dan letakkan di atas meja atau di atas petinya, supaya makhluk yang menderita di akhirat mendapat penerangan dan terbebas dari penderitaan.
Keluarga mendiang boleh membaca Sutra-Sutra Buddha atau menyediakan gambar Buddha atau Bodhisattva yang digantung di dinding, lalu melafal nama Buddha atau Bodhisattva dengan suara lantang agar setiap nama Buddha atau Bodhisattva tertangkap indera pendengaran atau kesadaran (Vijnana) mendiang, dan dapat diingat terus.
Jika selama masa hidupnya banyak berbuat karma buruk dan akan terjerumus ke dalam alam sengsara, maka berkat jasa-jasa kebajikan yang dilakukan oleh keluarganya pada saat mendiang akan meningal dunia, buah karma buruk itu akan musnah semua.
Seandainya keluarga mendiang beramal kebajikan selama 49 hari sejak mendiang meninggal, dan jasa-jasa itu disalurkan kepada mendiang, maka mendiang tidak akan terjatuh ke dalam alam sengsara, dan akan menikmati kebahagiaan di surga, sedangkan keluarga yang berada di dunia akan memperoleh keberuntungan.
Ksitigarbha Bodhisattva melanjutkan;
Oleh sebab itu, aku sekarang di hadapan Sang Bhagava, Bodhisattva Mahasattva, para dewa, naga, 8 kelompok makhluk, kinnara, serta para hadirin sekalian, memberikan nasihat kepada umat di jambudvipa. Saat menghadapi kematian seseorang, jangan melakukan penyembelihan makhluk apapun, dan jangan menyembah makhluk halus dan jin-jin untuk menerima sajian penyebelihan itu. Tindakan itu tidak membawa kebaikan apapun bagi mendiang, melainkan hanya karma buruk mendiang yang akan semakin bertambah berat.
Misalkan, di masa mendatang atau di masa sekarang, sebetulnya mendiang akan mendapatkan anugerah dari para suci dan akan dilahirkan di alam manusia atau surga. Akan tetapi, pada saat mendiang meninggal dunia, keluarganya melakukan pembunuhan untuk disajikan kepada jin-jin dan setan, maka hal itu akan mengakibatkan mendiang terlibat di dalam karma buruk itu dan harus mempertanggung-jawabkan perbuatan keluarganya itu di akhirat sehingga mendiang terhambat untuk dilahirkan di alam yang lebih baik.
Apalagi jika mendiang ketika hidup sangat sedikit menanam kebajikan, membuat dirinya terikat oleh karma-karma yang pernah diperbuatnya dan menerima semua akibatnya. Dengan demikian seolah-olah keluarganya telah berbuat kejam terhadapnya karena perbuatan-perbuatan mereka telah menambah beratnya karma buruk mendiang.
Peristiwa ini bagaikan seseorang yang datang dari tempat yang jauh dan telah 3 hari kehabisan makanan dan minuman, sedangkan pundaknya masih menanggung ratusan kilogram beban. Tetangganya yang ditemui di perjalanan malah menambah beberapa barang lagi ke pundaknya. Dengan demikian semakin beratlah bebannya.
Ksitigarbha Bodhisattva melanjutkan;
Sang Bhagava, bila umat jambudvipa dapat berbuat kebaikan dengan berpedoman kepada ajaran Sang Buddha, meskipun kebaikan itu hanya seukuran ujung rambut atau setetes air, sebutir pasir, bahkan sebutir debu saja, hasil kebaikan itu semua diterima oleh si pembuat itu sendiri.
Selesai Ksitigarbha Bodhisattva berbicara, dalam pertemuan agung di istana Trayastrimsa itu terdapat seorang Grhapati bernama Maha Pratibhana. Beliau telah lama mencapai nibbana, akan tetapi dengan tubuh jelmaan sebagai seorang grhapati, selalu hadir di tanah suci Buddha di 10 penjuru guna menyelamatkan para makhluk yang sengsara.
Beliau bangkit dari tempat duduknya dan beranjali seraya bertanya kepada Ksitigarbha Bodhisattva;
Yang Arya Ksitigarbha Bodhisattva, jika ada umat jambudvipa yang telah meninggal dan keluarganya, baik yang tua maupun yang muda, mengadakan amal bakti dengan mempersembahkan berbagai sajian kepada Triratna, dan jasa-jasa kebajikannya disalurkan kepada mendiang, apakah dengan demikian mendiang akan mendapatkan keuntungan dan kebebasan?
Ksitigarbha Bodhisattva menjawab;
Yang Arya Grhapati, berkat daya kesaktian Sang Buddha, demi kepentingan semua makhluk di masa sekarang dan mendatang, aku akan menjawab pertanyaanmu secara singkat.
Yang Arya Grhapati, para umat dari masa kapan pun, ketika mereka akan menghembuskan nafasnya yang terakhir, jika ia dapat mendengar nama Buddha, nama Bodhisattva, atau hanya nama PratyekaBuddha saja, tanpa peduli mendiang mempunyai karma buruk atau tidak, ia pasti dapat membebaskan dirinya.
Jika terdapat umat, baik pria maupun wanita, yang sewaktu masih hidup tidak berbuat kebaikan, melainkan banyak berbuat karma buruk sehingga akibat karmanya banyak sekali. Meskipun keluarganya telah berbuat banyak amal dan jasa-jasanya disalurkan kepada mendiang, namun mendiang hanya mendapat 1/7 bagian saja dari jasa-jasa tersebut. 6/7 bagian tetap dimiliki keluarga yang berada di dunia.
Oleh sebab itu, pria atau wanita di masa sekarang dan mendatang, pergunakanlah kesempatan selama masih sehat dan kuat untuk menanam benih-benih kebajikan sebanyak mungkin demi keberuntungan diri sendiri. Jika tidak, dewa sesuai hukum ketidakkekalan (Anicca) akan datang sewaktu-waktu merengut jiwanya, dan arwahnya akan terlunta-lunta di alam baka tanpa mengetahui dirinya banyak berbuat jahat atau tidak. Selama 49 hari bagaikan orang bisu dan tuli. Atau berada di berbagai bagian untuk memperdebatkan karma-karma yang pernah diperbuat selama ia masih hidup.
Bila keputusan telah ditetapkan, ia akan menerima kelahiran berdasarkan karma-karmanya. Namun selama belum mendapatkan kepastian maka mediang harus menunggu dengan berbagai perasaan tak menentu yang menggelisahkan, sungguh merisaukan.
Apalagi jika telah dapat mengetahui akan terjerumus ke alam sengsara. Mendiang yang belum menerima keputusan akan lahir di mana, selama 49 hari, selalu mengharap-harap keluarganya membuat amal bakti untuk dirinya, agar secepatnya ia terbebas dari alam sengsara.
Setelah 49 hari, mendiang akan menerima keputusan berdasarkan karmanya. Bila ia mempunyai karma berat, maka ia akan menerima hukuman hingga jutaan tahun, dan sulit membebaskan dirinya. Bila ia membuat 5 Dosa Berat, jelas ia akan terjerumus ke neraka Avici hingga ribuan kalpa dan sulit mendapat kesempatan untuk keluar.
Ksitigarbha Bodhisattva melanjutkan;
Lagi, Yang Arya Grhapati, jika umat yang berkarma buruk meninggal dunia, sanak keluarganya mengadakan amal bakti dengan mempersembahkan sajian-sajian kepada Triratna dengan tujuan membantu menyelamatkan mendiang dari alam sengsara, selama persiapan dan berlangsungnya upacara upavasatha, bekas air cucian beras, sisa-sisa sayur masakan, dan lainnya, tidak boleh sembarang dibuang ke lantai. Makanan yang akan dipersembahkan kepada Triratna, sebelumnya tidak boleh dimakan oleh yang menyelenggarakannya.
Jika peraturan dan tata cara dilanggar, penyajiannya tidak memenuhi syarat kebersihan dan kerapian, bagi mendiang tidak akan mendatangkan manfaat apa-apa, begitu pula keluarga yang menyelenggarakannya tidak akan mendapatkan manfaat apapun.
Apabila penyajiannya bersih dan rapi, dipersembahkan kepada Triratna, maka mendiang akan mendapatkan 1/7 kebajikan, sedangkan penyelenggara memperoleh 6/7 bagian.
Oleh karena itu, Yang Arya Grhapati, umat di jambudvipa, jika orang tuanya atau sanak keluarganya meninggal dunia, lalu mengadakan upacara upavastha atau puja bakti dengan sujud dan hikmat kepada Triratna, baik bagi yang meninggal maupun yang masih hidup akan mendatangkan berkah.
Ketika Ksitigarbha Bodhisattva mengakhiri uraiannya, terdapat jutaan koti nayuta makhluk surga dan bumi yang berasal dari jambudvipa, semua yang ada di dalam pertemuan agung di istana Trayastrimsa itu tergugah bodhicitta. Yang Arya Grhapati Maha Prabtibhana pun memberi hormat kepada Sang Buddha lalu kembali ke tempat duduknya.
(( Bab 8 ))
Pujian Raja Yama dan Pengikutnya
Ketika itu dari Cakravada hadir rombongan raja setan beserta raja yama di istana Trayastrimsa. Raja-raja setan itu antara lain, Raja Setan Maha Jahat, Raja Setan Aneka Kejahatan, Raja Setan Pertengkaran, Raja Setan Macan Putih, Raja Setan Macan Darah, Raja Setan Macan Merah, Raja Setan Penyebar Malapetaka, Raja Setan Terbang, Raja Setan Kilat, Raja Setan Petir, Raja Setan Bergigi Serigala, Raja Setan Penelan Binatang, Raja Setan Pemikul Batu, Raja Setan Pengurus Pemborosan, Raja Setan Pengurus Bencana, Raja Setan Pengurus Makanan, Raja Setan Pengurus Harta Benda, Raja Setan Pengurus Ternak, Raja setan Pengurus Unggas, Raja Setan Pengurus Binatang, Raja Setan Pengurus Para Iblis, Raja Setan Pengurus Kelahiran, Raja Setan Pengurus Nyawa, Raja Setan Pengurus Penyakit, Raja Setan Pengurus Kecelakaan, Raja Setan Bermata Tiga, Raja Setan Bermata Empat, Raja Setan Bermata Lima, Raja Setan Kiris, Raja Setan Kriksa, Raja Setan Maha Kriksa, Raja Setan Anotha, Raja Setan Maha Anotha, dan raja setan lainnya.
Setiap raja setan memimpin ratusan ribu raja setan muda yang berasal dari jambudvipa, semua mempunyai tugas dan kedudukan masing-masing. Mereka semua, berkat maha prabhava Sang Buddha dan Ksitigarbha Bodhisattva hadir di istana Trayastrimsa untuk mendengarkan kotbah Sang Buddha.
Saat itu, Raja Yama menghormat dengan berlutut kepada Sang Buddha seraya berkata;
Sang Bhagava, berkat kekuatan batin Sang Buddha dan Ksitigarbha Bodhisattva, kami serombongan dapat memperoleh kesempatan menghadiri pertemuan agung di istana Trayastrimsa. Kami telah mendapat manfaat dan kebahagiaan dari mendengarkan Buddha-Dhamma. Namun kin kami masih mempunyai persoalan, sudilah kiranya Sang Bhagava menerangkannya kepada kami.
Sang Buddha berkata kepada Raja Yama;
Bagus sekali. Hal apa yang masih kalian kurang paham? Katakanlah satu per satu, Aku akan menjelaskannya kepada kalian.
Saat itu Raja Yama memberi hormat kepada Sang Buddha dan Ksitigarbha Bodhisattva lalu berkata;
Sang Bhagava, menurut pengamatan kami, selama ini Ksitigarbha Bodhisattva telah menggunakan ratusan ribu kemudahan untuk menyelamatkan para makhluk yang mempunyai karma buruk berat di 6 Kelompok Alam Kehidupan, dan hingga kini pekerjaan beliau masih berlangsung tanpa jemu-jemunya. Bodhisattva Mahasattva ini sungguh mempunyai kesaktian yang tak terbayangkan.
Walaupun demikian, para makhluk yang baru bebas dari akibat karma buruknya tak selang berapa lama kemudian akan kembali terjerumus ke alam sengsara.
Sang Bhagava, Ksitigarbha Bodhisattva jelas memiliki kesaktian luar biasa yang tak terbayangakan, tetapi mengapa para makhluk tak dapat dibuatnya agar tetap berada di jalan kebajikan dan mencapai pembebasan? Sudilah kiranya Sang Bhagava menerangkan kepada kami semua.
Sang Buddha memberitahu kepada Raja Yama;
Raja Yama yang terhormat, ketahuilah bahwa para umat dari jambudvipa memiliki tabiat yang amat keras, sukar melunakkan hati mereka untuk menjadi umat yang penurut. Akan tetapi, Sang Mahasattva yang maha welas asih ini tetap memperjuangkan pembebasan makhluk-makhluk yang menderita dengan semangat tinggi dan ulet hingga jutaan kalpa. Satu per satu diselamatkannya agar cepat bebas dari kesengsaraan.
Walaupun umat yang berkarma buruk berat berada di alam neraka, beliau selalu berusaha dengan daya maha prabhava-nya mencabut akar karma buruk para umat dan membuat mereka sadar akan karma buruk di masa lalu sehingga mereka dapat mencapai kebebasan.
Umat jambudvipa yang demikian itu timbul-tenggelam dalam karma buruk yang berat yang mereka perbuat. Dengan demikian telah melelahkan Sang Bodhisattva selama berkalpa-kalpa dalam usahanya membebaskan umat dari penderitaan mereka.
Sang Buddha melanjutkan uraiannya;
Ibarat seseorang yang tersesat, salah masuk ke jalan yang berbahaya. Di mana terdapat banyak yaksa jahat, serta harimau, serigala, singa, ular berbisa, dan kalajengking bersengat. Orang yang tersesat itu tak lama lagi akan menjadi korban dari serangan makhluk buas dan berbisa itu.
Sementara itu datanglah seorang yang bijak serta berilmu luhur, yang mampu mencegah racun-racun dari hewan berbisa dan dari yaksa jahat, melihat orang yang tersesat itu, ia pun dengan segera memperingatinya;
"Putra yang budiman, apa sebabnya kau berani masuk ke jalan yang berbahaya ini? Apakah kau benar-benar memiliki daya tangkal melawan racun-racun hewan yang buas itu?"
Setelah mendengar peringatan orang bijak itu, orang yang tersesat itu pun tersadar, bahwa ia berada di jalan yang sangat bahaya dan ingin segera meninggalkan jalan itu.
Orang bijak itu menyambut tangan orang yang tersesat itu dan menuntunnya keluar dari jalan yang berbahaya itu, sehingga orang yang tersesat itu terselamatkan dari marabahaya yang mengancam, dan menuju jalan yang aman sentosa dan sejahtera bahagia.
Setelah itu, orang bijak itu memberikan nasihat;
"Putra yang budiman, mulai sekarang kau jangan mengambil jalan berbahaya ini lagi. Orang yang masuk ke jalan ini tidak akan pernah bisa keluar, mereka telah menjadi korban hewan buas."
Setelah orang yang tersesat itu mendengar nasihat itu ia sangat terharu dan berterima kasih. Pada saat mereka akan berpisah, orang bijak itu memberi saran lagi;
"Apabila kau melihat sanak saudara atau pejalan kaki lainnya, baik pria maupun wanita, mohon memberitahukan kepada mereka, bahwa jalan ini amatlah berbahaya untuk dilalui karena terdapat banyak sekali hewan indah tetapi berbisa yang mampu mengakibatkan kematian. Usahakanlah agar para umat itu tidak mengambil jalan bunuh diri ini."
Demikianlah Ksitigarbha Bodhisattva yang berjiwa sangat welas asih menolong semua makhluk yang berkarma buruk, agar mereka terlahir di surga, menikmati kehidupan yang bahagia sejahtera.
Akhirnya para umat yang jahat itu sadar, bahwa karma buruk akan mengakibatkan penderitaan yang tak berkesudahan. Mereka tidak ingin timbul-tenggelam di dalam karma dan berusaha membebaskan diri dari perbuatan karma buruk untuk selama-lamanya.
Umat manusia yang tergiur oleh kehidupan yang beraneka rona bagaikan orang yang tersesat dan masuk ke jalan yang penuh marabahaya. Untunglah bertemu dengan seorang suci yang bijak menuntun dan membimbingnya keluar dari jalan malapetaka itu dan menghindar dari celaka untuk selama-lamanya. Setelah orang yang tersesat itu selamat, ia pun memberi nasihat dan petunjuk kepada orang-orang yang ia jumpai agar tidak memasuki jalan berbahaya itu serta memberitahu kepada orang itu, bahwa dirinya hampir saja masuk ke jalan yang berbahaya itu dan menjadi korban apabila tidak bertemu dengan orang bijak yang menolong dirinya menghindar dari petaka, terjerumus ke dalam kesengsaraan.
Ksitigarbha Bodhisattva dengan segala macam kemudahan menolong semua umat yang mempunyai karma buruk berat agar mereka terbebaskan ari penderitaan dan terlahir di surga atau di alam manusia.
Walaupun demikian, disebabkan karma buruk yang diperbuat oleh umat manusia telah sangat berat sehingga mereka tidak dapat membebaskan diri dari cengkeramannya. Baru saja mereka terbebas dari penderitaan, tak lama kemudian mereka terjerumus lagi ke dalam kesengsaraan, malah semakin dalam dan berat karma buruk yang mereka perbuat sehingga mereka akan tetap tinggal dalam neraka tanpa dapat bebas lagi.
Saat itu, Raja Setan Maha Jahat beranjali memberi hormat kepada Sang Buddha sambil berkata;
Sang Bhagava, aku selaku pemimpin rombongan raja setan yang berjumlah sangat banyak, semua bertugas di jambudvipa. Tugas kami juga berbeda-beda, ada yang menguntungkan, ada juga yang merugikan umat manusia.
Mengingat Hukum Karma yang menimbulkan sebab-akibat, kami mengutus bawahan ke dunia untuk menyelidiki keadaan kehidupan manusia. Ternyata yang berbuat kebaikan lebih sedikit daripada yang melakukan kejahatan.
Dewa yang mengawasi rumah tangga, atau kampung, atau kota, kebun, pekarangan, asrama, dan lainnya, melihat pria maupun wanita yang berbuat baik dapat dihitung dengan jari. Terlebih lagi orang yang melakukan puja bakti dengan memasang panji kuning, payung sutra kuning di sisi rupang Buddha atau rupang Bodhisattva, membakar dupa, atau mempersembahkan bunga-bunga di atas altar, menempatkan gambar Buddha atau Bodhisattva, atau membaca Sutra Buddha dengan pembakaran dupa wangi sebagai persembahan, lebih sedikit lagi.
Akan tetapi, kami sangat menghargai dan menghormati mereka yang melakukan kebaikan itu. Kami memandang mereka sebagai Buddha di masa lalu, masa sekarang dan masa mendatang. Dan memerintahkan para setan dengan daya kekuatannya masing-masing serta Dewa Bumi untuk melindungi keselamatan mereka, agar mereka dijauhkan dari marabahaya, penyakit, bahkan hal-hal yang tidak menyenangkan jangan sampai masuk ke rumah mereka dan mengganggu mereka.
Sang Buddha memuji Raja Setan Maha Jahat;
Sadhu. Sadhu. Sadhu. Engkau semua suka melindungi para pria dan wanita budiman, Aku akan meminta kepada Raja Indra dari istana Trayastrimsa serta Raja Brahma dari surga Brahmakayika untuk membantu kalian, supaya pekerjaan kalian dapat berjalan lancar selalu.
Ketika Sang Buddha baru selesai berkata-kata, dalam pertemuan agung itu Raja Setan Pengurus Nyawa berkata kepada Sang Buddha;
Sang Bhagava, tugasku berhubungan dengan Hukum Karma, mengurus kelahiran dan kematian umat di jambudvipa. Maksud hatiku yang semula adalah ingin memberikan manfaat bagi mereka. Sayang sekali mereka tidak memahami maksud yang kukandung sehingga ketika mereka lahir atau meninggal dunia mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan. Ini semua dikarenakan perilaku mereka sendiri, bukan kesalahanku.
Mengapa demikian? Para umat dari jambudvipa baik pria maupun wanita, sewaktu ibunya sedang mengandung atau akan melahirkan, hendaknya mereka banyak berbuat kebaikan untuk menambah suasana nyaman dalam rumah tangganya, supaya para Dewa Bumi merasa gembira dan senang memberi perlindungan kepada sang ibu dan anaknya, dan supaya mereka serta seluruh keluarganya selalu sehat dan bahagia.
Atau setelah sang bayi telah lahir dengan selamat, janganlah membunuh makhluk bernyawa sebagai santapan yang dihidangkan kepada sang ibu atau menjamu sanak saudara dan tamu dengan disertai dengan berbagai minuman keras. Hal ini akan mengakibatkan ibu dan anaknya berkurang kesejahteraannya.
Mengapa perbuatan itu harus dihindarkan? Sebab saat sang ibu akan melahirkan, datanglah banyak setan jahat, jin-jin liar, serta makhluk halus lain yang ingin merasakan kotoran darah yang amis itu. Sementara itu aku telah memerintahkan para Dewa Bumi untuk melindungi sang ibu dan bayinya agar selamat.
Sudah selayaknya mereka bersyukur dan berbuat kebajikan untuk membalas budi para Dewa Bumi itu, karena sang ibu dan bayi telah berada dalam keadaan selamat. Namun mereka tidak berbuat sebagaimana mestinya, malahan membunuh hewan untuk dihidangkan kepada sanak keluarga sebagai santapan perjamuan.
Akibat perbuatan karma buruk itu akan diterima oleh si pembuat sendiri, dan ibu dan bayi itu akan berkurang kesejahteraannya.
Lagi, para umat dari jambudvipa pada saat mereka akan meninggal dunia, baik yang suka berbuat jahat maupun yang suka berbuat kebajikan, semuanya akan kubantu agar tidak terjerumus ke alam sengsara. Apalagi umat yang suka berbuat kebaikan pada masa hidupnya, ditambah dengan kekuatan batinku, ia pasti akan dilahirkan di surga atau di alam manusia.
Umat jambudvipa yang semasa hidupnya suka berbuat kebajikan sekali pun, jika ia meninggal dunia, akan berdatangan beratus ribu iblis jahat yang menjelma sebagai orang tuanya atau sanak keluarganya menjemput dan membujuk mendiang untuk ikut mereka ke alam sengsara. Apalagi jika yang meninggal itu umat yang semasa hidupnya banyak berbuat karma buruk.
Sang Bhagava, saat umat jambudvipa akan meninggal dunia, kesadarannya amat lemah dan sangat bingung, ia sama sekali tidak dapat membedakan baik dan buruk, pikirannya keruh sekali. Penglihatan dan pendengarannya telah kabur. Dalam keadaan seperti itu mudah dikelabui oleh para iblis yang jahat dan mengikuti mereka ke alam sengsara.
Pada saat demikian, sanak keluarga mendiang perlu secepatnya mengadakan puja bakti dengan membaca Sutra Buddha, melafal nama Buddha dan atau nama Bodhisattva Mahasattva. Kemudian jasa mulia itu disalurkan kepada mendiang. Dengan demikian mendiang akan terbebaskan dari alam sengsara dan para iblis jahat beserta makhluk halus lainnya akan mundur dengan sendirinya tidak berani mendekat dan mengganggu mendiang.
Sang Bhagava, apabila umat yang akan meninggal dunia dapat mendengar nama Buddha atau Bodhisattva, atau satu bait gatha dari Sutra mahayana, maka umat semacam itu akan terbebaskan dari buah karma akibat pembunuhan di masa silam dan terhindar dari neraka Pancanantarya. Karma buruk yang ringan dan kesempatan untuk terjerumus ke alam sengsara seketika itu lenyap semua.
Sang Buddha berkata kepada Raja Setan Pengurus Nyawa;
Raja Setan yang budiman, kau sungguh seorang raja yang maha pengasih dengan menyatakan tekad yang demikian agung, melindungi semua makhluk dalam masalah hidup dan mati.
Jika di masa mendatang, terdapat seorang pria atau wanita tengah menghadapi kelahiran dan kematian, janganlah kau mundur dari janji muliamu itu. Bantulah mereka membebaskan diri dari kesengsaraan dan agar mereka selalu bahagia sentosa.
Raja Setan Pengurus Nyawa berkata kepada Sang Buddha;
Sang Bhagava, mohon jangan khawatir. Selamanya aku akan selalu melindungi makhluk jambudvipa. Baik ketika mereka akan lahir maupun akan meninggal dunia. Akan kubuat sedemikian rupa sehingga mereka merasa aman, tentram dan bahagia.
Semoga semua makhluk pada saat akan lahir ataupun meninggal dunia, percaya dan memegang teguh ucapanku, dan lakukanlah menurut petunjuk yang pernah kuucapkan, maka semua akan terbebas dari penderitaan dan mendapatkan manfaat dari Buddha-Dhamma.
Pada saat itu, Sang Buddha memberitahukan kepada Ksitigarbha Bodhisattva;
Yang Arya Ksitigarbha, Raja Setan Pengurus Nyawa ini telah mengalami ratusan ribu kelahiran menjadi Raja Setan. Dalam perihal kelahiran dan kematian telah banyak melindungi makhluk dari kesengsaraan.
Ia yang bertubuh Raja Setan ini sesungguhnya bukan setan yang sebenarnya, melainkan jelmaan dari seorang Bodhisattva yang jiwanya penuh dengan welas asih untuk menyelamatkan umat dari penderitaan. Dan kira-kira 170 kalpa mendatang, beliau akan menjadi seorang Buddha dengan gelar Animitta Tathagata, nama kalpanya Sukham, nama dunianya Posadha, dan usianya panjang sekali, tak dapat dihitung dengan masa kalpa.
Yang Arya Ksitigarbha Bodhisattva, hal-hal tentang Raja Setan itu demikianlah adanya, tidak terbayangkan. Umat manusia dan para dewa yang pernah diselamatkannya juga tidak terhingga banyaknya.
(( bab 9 ))
Manfaat Menyebut Nama Buddha
Saat itu, Ksitigarbha Bodhisattva Mahasattva berkata kepada Sang Buddha;
Sang Bhagava, sekarang aku ingin menguraikan suatu cara yang mudah dan bermanfaat bagi para umat di masa yang akan datang, agar mereka dapat memanfaatkannya dalam menghadapi kelahiran dan kematian yang mereka alami dari masa ke masa.
Sang Buddha berkata kepada Ksitigarbha Bodhisattva;
Yang Arya Ksitigarbha, kini kau akan menampilkan rasa welas asihmu yang maha agung untuk menolong semua makhluk yang menderita yang masih berada di 6 Kelompok Alam Kehidupan. Penjelasan tentang cara-cara yang mudah itu sekarang adalah waktu yang tepat.
Uraikanlah segera. beberapa saat lagi, Aku akan memasuki parinibbana. Apabila cita-citamu telah tercapai, Aku tak akan khawatir lagi kepada para umat yang ada pada masa sekarang dan masa mendatang.
Ksitigarbha Bodhisattva berkata kepada Sang Buddha;
Sang Bhagava, pada masa asamkyeya kalpa yang tak terhingga, terdapat seorang Buddha yang bernama Anantakayah Buddha. Apabila ada pria atau wanita yang mendengar nama Buddha itu lalu bangkit rasa hormat dalam hatinya, maka umat itu dapat menghapus karma janmamarana sebanyak 40 kalpa. Jika mereka membuat atau melukis gambar Anantakayah Buddha untuk puja bakti, mereka akan memperoleh kebahagiaan yang tak terbatas.
Ada lagi, pada masa dahulu kala yang lamanya seperti butiran pasir di sungai Gangga, terdapat seorang Buddha yang bernama Ratnakara Buddha. Jika ada pria atau wanita yang mendengar nama Buddha itu dan berhasrat berlindung kepada beliau dan memuliakan namanya, dalam menuntun kesadaran bodhi, mereka akan mencapai anuttara samyak sambodhi.
Ada lagi, pada masa dahulu kala yang lamanya seperti butiran pasir di sungai Gangga, terdapat seorang Buddha yang bernama Padmajina Buddha. Jika ada pria atau wanita yang mendengar nama Buddha itu, lalu terus menerus mengingatnya dalam hati, maka umat itu akan mendapatkan kesempatan dilahirkan di surga keenam (Paranirmitavasavartin, surga dengan kebahagiaan tingkat keenam atau tertinggi) sebanyak 1.000 kali. Apalagi jika mereka dapat menyebut namanya, Padmajina Buddha, dengan sepenuh hati maka mereka akan cepat mencapai kebuddhaan.
Ada lagi, pada masa asamkyeya kalpa yang tak terhingga, terdapat seorang Buddha yang bernama Simhanada Tathagata. Jika ada pria atau wanita yang mendengar namanya, lalu berhasrat berlindung kepadanya, maka umat itu akan bertemu langsung dengan para Buddha yang akan menyentuh ubun-ubunnya dan mencatatnya sebagai calon Buddha di kemudian hari.
Lagi, pada masa lampau, terdapat seorang Buddha yang bernama Krakuchanda Buddha. Jika ada pria atau wanita yang mendengar namanya, lalu menghormati dan memuliakan namanya maka umat itu akan memperoleh kesempatan terlahir menjadi Raja Maha Brahma dan tercatat sebagai calon Buddha pada pertemuan Seribu Buddha pada masa bhadra kalpa.
Lagi, pada masa lampau, terdapat seorang Buddha yang bernama Vipasyin Buddha. Jika ada pria atau wanita yang mendengar namanya, lalu memuliakan namanya maka mereka akan selalu dilahirkan di surga atau di alam manusia, serta akan menikmati kebahagiaan yang luar biasa.
Lagi, pada masa dahulu kala yang lamanya seperti butiran pasir di sungai Gangga, terdapat seorang Buddha yang bernama Prabhutaratna Buddha. Jika ada pria atau wanita yang mendengar namanya, lalu memuliakan namanya, maka umat itu tidak akan terjerumus ke dalam alam kesedihan, namun ia akan dilahirkan di berbagai surga untuk menikmati kebahagiaan.
Lagi, pada masa lampau, terdapat seorang Buddha yang bernama Ratnaketu Buddha. Jika ada pria atau wanita yang mendengar namanya, lalu timbul rasa hormat dan memuliakan namanya, maka tidak lama kemudian mereka akan mencapai tingkat arahat.
Lagi, pada masa asamkyeya kalpa yang terdahulu, terdapat seorang Buddha yang bernama Kasayadhvaja Buddha. Jika ada pria atau wanita yang mendengar namanya serta memuliakan namanya, maka buah karma kelahiran-kematian akan dihapus hingga 100 kalpa.
Lagi, pada masa yang lampau, terdapat seorang Buddha yang bernama Maha Bhijnagiri Raja Buddha. Jika ada pria atau wanita yang mendengar namanya, lalu memuliakan namanya, maka mereka akan berjumpa dengan Buddha sebanyak butiran pasir sungai Gangga, dan mereka akan dapat mendengarkan kotbahnya hingga mencapai kebodhian.
Ksitigarbha Bodhisattva melanjutkan;
Sang Bhagava, para Buddha di masa lampau yang pernah bertugas di dunia ini masih banyak, antara lain;
Suddhacandra Buddha, Giriraja Buddha, Jnanabhibhu Buddha, Vimalakirtiraja Buddha, Prajnasiddhi Buddha, Anuttara Buddha, Manjughosa Buddha, Candraparipurna Buddha, Candramukha Buddha, dan lainnya.
Sang Bhagava, semua makhluk yang berada di masa sekarang atau masa mendatang, baik dewa maupun manusia, pria atau wanita, bila mereka dapat menyebut salah satu nama Buddha, mereka akan mendapatkan kebajikan yang tiada bandingannya.
Apalagi jika mereka dapat menyebut semua nama Buddha. Umat yang demikian itu akan memperoleh banyak sekali manfaat, baik saat mereka lahir maupun saat mereka akan meninggal dunia. Mereka tidak akan terjerumus ke alam sengsara, akan tetapi menikmati kebahagiaan.
Lagi, Sang Bhagava, jika ada orang yang akan meninggal dunia, pada saat itu seluruh anggota keluarga atau hanya seorang saja, melafal nama Buddha dengan suara lantang secara berulang-ulang, maka 5 Dosa Berat yang pernah dilakukan mendiang semasa hidup, akan mendapat kesempatan dihapus, sedangkan buah karma buruk yang ringan akan habis terhapuskan.
Akan tetapi, berkat bantuan orang yang melafal nama Buddha, sekali pun mendiang mempunyai karma buruk 5 Dosa Berat yang mengharuskannya masuk ke alam neraka dengan masa ratusan ribu kalpa, akan memperoleh kesempatan terhapuskan secara lambat dan berangsur.
Apalagi jika orang yang akan meninggal dunia dapat melafal nama Buddha, maka ia akan mendapatkan kebahagiaan yang tidak ada batasnya, dan segala karma buruknya akan terhapus.
(( Bab 10 ))
Perbandingan Jasa-jasa Berdana
Ketika itu, berkat daya maha prabhava Sang Buddha, Ksitigarbha Bodhisattva bangkit dari tempat duduknya dan bersujud di hadapan Sang Buddha sambil berkata;
Sang Bhagava, menurut pengamatanku, umat manusia yang telah mengamalkan jasanya dengan berdana, mendapatkan buah karma baik yang berbeda-beda.
Ada yang menikmati kebahagiaan hanya untuk satu kehidupan, ada yang sampai 10 kehidupan, bahkan sampai ratusan dan ribuan kehidupan. Mengapa perbedaannya sedemikian jauh? Mohon Sang Bhagava berkenan menerangkan sebabnya kepada kami.
Sang Buddha lalu berkata kepada Ksitigarbha Bodhisattva;
Kebetulan kita semua berada di dalam pertemuan agung di istana Trayastimsa, Aku akan menjelaskan bagaimana umat jambudvipa itu berdana serta perbedaan dan perbandingan besar-kecilnya jasa-jasa yang dihasilkan. Dengarkanlah baik-baik.
Ksitigarbha Bodhisattva kemudian berkata kepada Sang Buddha;
Katakanlah, Sang Bhagava. Sungguh, hal itu amat sulit dipahami sepenuhnya, aku ingin mengerti sebab-sebabnya.
Sang Buddha memulai penjelasannya kepada Ksitigarbha Bodhisattva;
Seperti yang kita ketahui, di dunia jambudvipa itu terdapat banyak sekali raja, menteri, pejabat, maha grhapati, maha ksatria, maha brahmana, dan lainnya.
Seandainya mereka bertemu dengan orang miskin, yang bertubuh cacat, bisu, tuli, buta, dan lainnya, bila mereka berdana dengan sikap ramah disertai senyuman, memberikan sedekah itu dengan tangan sendiri atau menyuruh orang lain melakukannya dengan lemah lembut. Maka pahala yang akan diperoleh itu sama banyaknya dengan berdana kepada Buddha yang banyaknya bagaikan butiran pasir di ratusan sungai Gangga.
Mengapa pahala yang diperoleh demikian besar? Disebabkan karena mereka memberi dana dengan jiwa welas asih kepada orang yang hina dan cacat tubuh, maka mereka memperoleh pahala yang sedemikian agung, hingga ratusan ribu kelahiran memiliki 7 macam permata (saptaratna) yang sempurna, apalagi sandang dan pangan.
Ada lagi, Yang Arya Ksitigarbha. Seandainya para raja dan brahmana yang berada di masa mendatang, jika mereka bertemu dengan vihara, stupa, atau rupang Buddha, rupang Bodhisattva, rupang sravaka dan pratyekabuddha, lalu mereka merawatnya sampai orang lain dapat melakukan puja bakti, pemujian seperti ini adalah dana yang paling besar.
Para raja dan lainnya itu akan dilahirkan di surta Trayastrimsa menjadi Raja Sakra dan ia akan menikmati kebahagaiaan surgawi hingga 3 kalpa. Jika raja itu menyalurkan jasa-jasa kebajikan yang didapatnya itu kepada seluruh makhluk yang berada di seluruh dhammadhatu, maka mereka akan menjadi Raja Maha Brahmana selama 10 kalpa.
Ada lagi, Yang Arya Ksitigarbha. Seandainya para raja, brahmana, dan lainnya, bertemu dengan vihara, stupa, gambar atau rupang Buddha, serta Sutra-Sutra Buddha peninggalan jaman dahulu. Lalu mereka memperbaiki dan merawat dengan usaha sendiri atau dilakukan bersama-sama dengan orang lain hingga ratusan ribu orang. Dana semacam ini akan mendapatkan berkah Buddha.
Maka raja dan lainnya, dalam ratusan ribu kelahiran, akan menjadi raja dunia (Cakravartin), sedangkan orang-orang yang membantu dana itu akan menjadi raja-raja kecil. Apalagi jika jasa-jasa kebajikan dari dana itu disalurkan kepada semua makhluk hidup, maka besar pahalanya sungguh tak terbayangkan.
Ada lagi, Yang Arya Ksitigarbha. Pada masa mendatang, jika ada raja, brahmana, dan lainnya, bertemu dengan orang tua, orang sakit, dan wanita yang melahirkan, sesaat itu merasa iba dan memberikan obat-obatan, makanan dan minuman, serta tempat tidur sehingga mereka merasa nyaman. Jasa-jasa kebajikan seperti ini teramat agung dan tak terucapkan.
Dalam masa 100 kalpa, mereka akan menjadi penguasa di surga Suddhavasa, kemudian menjadi penguasa di Sad Kammadhatu, dan akhirnya mereka akan menjadi Buddha, tidak tergelincir lagi ke alam sengsara untuk selama-lamanya, bahkan dalam ratusan ribu kelahiran mereka tidak akan mendengar suara kesedihan.
Ada lagi, Yang Arya Ksitigarbha. Pada masa mendatang, jika ada raja, brahmana dan lainnya dapat berdana seperti yang telah diuraikan, maka mereka akan mendapatkan kebahagiaan yang luar biasa.
Apa lagi jika jasa-jasa kebajikan itu disalurkan kepada semua makhluk hidup di alam semesta, baik sedikit maupun banyak, mereka akhirnya akan menjadi Buddha. Mungkin juga menjadi raja cakravati, raja Sakra, raja Maha Brahmana, dan lainnya.
Oleh karena itu, Yang Arya Ksitigarbha. Nasihatilah semua makhluk hidup agar mereka mau berdana seperti itu dan menyalurkan semua jasa-jasanya kepada semua makhluk hidup supaya kita semua menjadi Buddha di kemudian hari.
Lagi, Yang Arya Ksitigarbha. Pada masa mendatang, jika ada pria atau wanita budiman yang dapat menanamkan kebajikan di bidang Buddha-Dhamma, sekalipun kebajikan itu hanya seujung rambut atau sebutir debu, namun buah yang akan diterimanya nanti sungguh sukar diperkirakan.
Lagi, Yang Arya Ksitigarbha. Pada masa mendatang, jika ada pria atau wanita budiman yang dapat berdana atau memuja rupang atau gambar-gambar Buddha, Bodhisattva, Pratyekabuddha, atau raja caktravartin, dan lainnya, maka mereka akan memperoleh kebahagiaan yang tidak terbatas dan selalu dilahirkan di surga atau di alam manusia untuk menikmati pahala besar mereka.
Akan tetapi, jika jasa-jasa kebajikan yang diperoleh disalurkan kepada semua makhluk hidup, maka pahala yang mereka peroleh nanti akan sungguh besar sekali.
Lagi, Yang Arya Ksitigarbha. Pada masa mendatang, jika ada pria atau wanita budiman, mendapatkan Sutra mahayana atau mendengar satu bait atau satu kata dari Sutra itu, lalu timbul rasa hormat untuk memujinya dengan khidmat atau berdana dengan mencetak dan menyebarkannya. Maka orang budiman itu akan memperoleh pahala yang besar sekali.
Jika jasa-jasanya disalurkan kepada semua makhluk hidup di alam semesta akan mendapatkan kebahagiaan yang luar biasa dan tidak terbayangkan.
Lagi, Yang Arya Ksitigarbha. Pada masa mendatang, jika ada pria atau wanita budiman, bertemu dengan vihara, stupa, atau Sutra mahayana, dan lainnya, yang masih baru dan utuh, lalu mereka memuja, merawat, atau menghormat dengan sujud. Atau yang ditemukan itu sudah lama, lapuk, dan rusak, lalu mereka perbaiki hingga utuh kembali. Hal itu baik dilakukan sendiri maupun beramai-ramai dengan orang lain. Maka ia akan memperoleh kesempatan 30 kali kelahiran sebagai raja kecil.
Jika pekerjaan yang mulia ini dikerjakan oleh seorang danapati, maka ia akan menjadi seorang raja cakravartin dan selalu dengan kebajikan-kebajikan membimbing para raja kecil.
Lagi, Yang Arya Ksitigarbha. Pada masa mendatang, jika ada pria atau wanita budiman, pernah berdana atau memuja atau memperbaiki vihara, stupa, Sutra-Sutra buddha, sekalipun akar kebajikan yang telah ditanam itu hanya seujung rambut, sebutir pasir, atau sebutir debu, atau setetes air.
Lalu jasa-jasanya disalurkan kepada seluruh makhluk hidup, maka mereka akan menikmati pahalanya hingga ratusan ribu kelahiran. Akan tetapi, jika jasa-jasanya disalurkan kepada keluarga atau dirinya sendiri, pahala yang akan dinikmati hanya 3 kali kelahiran.
Janganlah melepas pahala yang maha besar dengan mendapatkan pahala yang kecil. Demikianlah, Yang Arya Ksitigarbha. Hukum berdana itu sangat menakjubkan.
(( Bab 11 ))
Dewa Bumi Sang Prthivi Pelindung Dhamma
Ketika itu Dewa Bumi Sang Prthivi berkata kepada Sang Buddha;
Sang Bhagava, sejak dahulu kala aku menghormat dan memuja Bodhisattva Mahasattva yang tak terbilang banyaknya. Mereka semua mempunyai kesaktian dan kebajikan yang tak terkirakan dalam usaha menyelamatkan umat manusia dari penderitaan. Walaupun demikian, dibandingkan dengan Bodhisattva Mahasttva yang lain, kiranya hanya Ksitigarbha Bodhisattva saja yang memiliki tekad yang dalam dan luhur.
Sang Bhagava, Ksitigarbha Bodhisattva mempunyai hubungan sebab-akibat dengan umat jambudvipa. Seperti halnya Manjusri, Samanta Bhadra, Avalokitesvara, dan Maitreya. Mereka menjelmakan dirinya dalam ratusan ribu bentuk untuk menolong makhluk yang berada di dalam 6 Kelompok Alam Kehidupan. Namun demikian, janji suci mereka terbatas. Hanya Ksitigarbha Bodhisattva yang dalam menyelamatkan semua makhluk dalam 6 Kelompok Alam Kehidupan memberikan ikrar suci yang tidak terbatas. Jika dihitung dengan kalpa, bagaikan ratusan ribu koti butiran pasir di sungai Gangga.
Sang Bhagava, menurut pendapatku, umat manusia yang ada di masa sekarang maupun masa mendatang, apabila mereka dapat menyediakan satu tempat yang bersih di sebelah selatan dalam rumahnya, lalu membuat ruang dari tanah, batu, bambu, atau kayu, kemudian meletakkan rupang Ksitigarbha Bodhisattva yang terbuat dari emas, atau perak, atau tembaga, atau besi. Setiap hari dihormati dan dipuja dengan dupa, sambil memuliakan nama dan jasa-jasanya.
Tempat tinggal si pemuja akan selamat sentosa dan mendapatkan 10 keuntungan;
- Tanah atau kebunnya akan subur menghasilkan panen yang berlimpah.
- Sekeluarga akan sehat selalu, rumahnya aman tentram.
- Leluhur, orang tua, dan keluarganya yang telah meninggal dunia akan dilahirkan di surga.
- Keluarga yang masih hidup akan mendapatkan keberuntungan dan panjang usia.
- Segala permohonan akan terpenuhi.
- Terhindar dari musibah banjir dan kebakaran.
- Terhindar dari segala kerugian dan pemborosan, selalu tercukupi.
- Tidak ada mimpi buruk yang mengganggu.
- Selalu dilindungi para dewa bumi dan dewa surga.
- Selalu bertemu dan dibantu para suci yang bijak hingga si pemuja mudah mencapai kebodhian.
Sang Bhagava, pada masa sekarang atau masa mendatang, jika ada umat dapat membuat altar Ksitigarbha Bodhisattva dan rajin mengadakan puja bakti di depan rupang Bodhisattva, si pemuja akan memperoleh 10 keberuntungan yang telah disebutkan tadi.
Sang prthivi melanjutkan;
Sang Bhagava, pada masa mendatang, jika ada pria atau wanita budiman, memiliki Sutra suci ini serta gambar atau rupang Ksitigarbha Bodhisattva di dalam rumahnya, dan mereka rajin mengadakan puja bakti kepada beliau serta rajin membaca Sutra-nya. Maka si pemuja akan terhindar dari musibah banjir dan kebakaran, pencurian dan perampokan. Semua kejadian yang malang besar dan kecil akan musnah sama sekali.
Sang Buddha berkata kepada dewa bumi Prthivi;
Kau memiliki daya maha prabhava yang jarang dimiliki oleh para dewa lain. Apa sebabnya? Karena sejauh ini engkau melindungi seluruh bumi yang ada di jambudvipa. Bahkan rumput, pohon, pasir, batu, padi, rami, bambu, kumpai, palawija, logam, permata, dan lainnya yang berada di bumi jambudvipa ini berkat kekuatanmu semua menjadi subur, makmur, dan sejahtera.
Apalagi kau sering menyanjung dan memuji jasa-jasa dan kebajikan Ksitigarbha Bodhisattva. Sungguh, jasa-jasamu, daya prabhavamu melampaui para dewa bumi ratusan ribu kali lipat.
Jika di masa mendatang terdapat pria atau wanita budiman yang melakukan puja bakti dengan khidmat kepada Ksitigarbha Bodhisattva, serta rajin membaca Sutra-nya, juga yang setia melakukan kebaktian berdasarkan Sutra ini, maka kau harus melindungi mereka dengan daya maha prabhavamu. Sehingga mereka terhindar dari segala macam bencana. Semua hal yang tidak menyenangkan jangan sampai terdengar oleh mereka hingga mereka binggung, apalagi menyebabkan mereka menderita.
Bukan kau seorang saja yang harus melindungi mereka, akan tetapi Raja Sakra, Raja Brahmana, dan para dewa beserta keluarganya dari berbagai surga harus membantu melindungi mereka.
Mengapa demikian? Sebab mereka dengan hati sujud, tulus iklas memuja Ksitigarbha Bodhisattva, dengan rajin membaca Sutra-nya dan melakukan kebaktian menurut Sutra-nya. Dengan sendirinya mereka akan terbebas dari lautan derita dan mencapai kebahagiaan nibbana. Itulah sebabnya mereka perlu dilindungi.
(( Bab 12 ))
Manfaat dari Melihat dan Mendengar
Pada saat itu di atas kepala Sakyamuni Buddha muncul ratusan ribu koti rambut bersinar warna warni (Maha Urnasaprabha), antara lain sinar putih, maha sinar putih, sinar bahagia, maha sinar bahagia, sinar mutiara, maha sinar mutiara, sinar lembayung, maha sinar lembayung, sinar nila, maha sinar nila, sinar biru, maha sinar biru, sinar merah, maha sinar merah, sinar hijau, maha sinar hijau, sinar emas, maha sinar emas, sinar awan kebahagiaan, maha sinar awan kebahagiaan, sinar seribu roda, maha sinar seribu roda, sinar roda permata, maha sinar roda permata, sinar roda surya, maha sinar roda surya, sinar roda rembulan, maha sinar roda rembulan, sinar istana surga, maha sinar istana surga, sinar sagara megha, maha sinar sagara megha, dan sinar-sinar lainnya.
Setelah sinar-sinar itu berhenti keluar, muncul suara-suara merdu yang amat harmonis mendendangkan kabar baik kepada para hadirin serta para dewa, naga, 8 Kelompok Makhluk, kinnara, dan lainnya.
Dengarlah para hadirin yang berbahagia, hari ini Aku berada di istana Trayastrimsa dalam persamuan agung memuji Ksitigarbha Bodhisattva yang selalu memberikan manfaat kepada para dewa dan manusia dengan segala kemudahan serta usaha-usaha berguna lainnya yang tak terbayangkan. Dengan cara memuliakan nama Buddha (Vikramaryahetu), dengan meningkatkan kesadaran agung (Dasabhumaya), dan akhirnya mencapai anuttara samyak sambodhi.
Saat suara sabda Sang Buddha itu selesai berkumandang, seorang Bodhisattva Mahasattva yang bernama Avalokitesvara bangkit dari tempat duduknya lalu bersujud sambil beranjali kepada Sang Buddha seraya berkata;
Sang Bhagava, Kitigarbha Bodhisattva amat berjiwa welas asih, mengasihi semua umat yang menderita dengan menjelmakan dirinya hingga jutaan bentuk tubuh dalam jutaan dunia untuk menolong mereka. Jasa-jasanya terlampau agung untuk disebutkan, begitu juga daya maha prabhavanya sangat luar biasa tak terkirakan.
Aku telah mendengar Sang Buddha dan para Buddha yang jumlahnya tak terhitung dari 10 penjuru memuji dan menyanjung Ksitigarbha Bodhisattva, karena jasa-jasa beliau yang amat agung, mulia tak terkirakan. Walaupun jasa-jasanya tak akan dapat habis diceritakan.
Sang Bhagava, seperti yang Sang Bhagava ungkapkan, bahwa Sang Bhagava beserta para hadirin ingin memuji dan menyanjung jasa-jasa Ksitigarbha Bohisattva. Demi para makhluk yang berada di masa sekarang dan masa mendatang, mohon Sang Bhagava menerangkan jasa-jasa Ksitigarbha Bohisattva yang tak terbayangkan itu agar para dewa, naga, dan 8 Kelompok Makhluk dapat menghormati dan mendapatkan kebahagiaan.
Sang Buddha berkata kepada Avalokitesvara Bodhisattva;
Kau mempunyai ikatan sebab-akibat yang erat dengan makhluk di dunia Saha. Baik dewa, naga, pria, wanita, maupun makhluk suci, setan, bahkan makhluk hidup di 6 Kelompok Alam Kehidupan. Mereka yang mendengar namamu, melihat rupangmu, mengagungkanmu, memujamu, tidak akan mundur lagi dari jalan menuju anuttara samyak sambodhi. Mereka akan selalu dilahirkan di surga, menikmati kebahagiaan yang tiada taranya, dan jika saatnya telah tiba, mereka akan tercatat sebagai seorang calon Buddha.
Sekarang, kau telah memiliki jiwa maha welas asih dan maha kasih sayang, mengasihi semua makhluk yang menderita serta dewa, naga, dan 8 Kelompok Makhluk.
Kini aku akan menjelaskan kepada kalian semua perihal manfaat-manfaat yang tak terkirakan yang diberikan Ksitigarbha Bodhisattva. Dengarkanlah baik-baik, aku akan memulainya.
Sang Bhagava, uraikanlah, kami telah siap mendengarkan dengan baik.
Sang Buddha lalu berkata kepada Avalokitesvara Bodhisattva;
Pada masa sekarang atau masa mendatang, di berbagai dunia, jika ada dewa yang akan habis masa hidupnya, akan muncul 5 gejala buruk yang dapat mengakibatkannya terjerumus ke alam sengsara. Para dewa itu, baik pria maupun wanita, jika mendapatkan gejala seperti itu, lalu mereka dapat kesempatan melihat gambar atau rupang Ksitigarbha Bodhisattva, atau hanya mendengar nama beliau, kemudian menghormat kepada beliau, maka keadaan buruk para dewa itu akan segera berubah, kebahagiaan surgawinya akan bertambah, menikmati kesenangan yang luar biasa dan tak akan terjerumus ke alam sengsara selamanya.
Apalagi setelah mereka mengetahui hal ini lalu mereka mengadakan puja bakti kepada Ksitigarbha Bodhisattva dengan mempersembahkan bunga-bungaan, pakaian, makanan, minuman, beragam permata, untaian ratna manikam, dan sajian-sajian lainnya. Maka keluhuran dan kebajikan yang akan diperoleh tidak terhingga.
Lagi, Yang Arya Avalokitesvara, pada masa sekarang atau masa mendatang, ada makhluk di 6 Kelompok Alam Kehidupan akan berakhir masa hidupnya, lalu dapat mendengar nama Ksitigarbha Bodhisattva, maka umat itu akan terbebaskan dari 3 Alam sengsara.
Apalagi jika saat umat itu akan meninggal dunia, orang tua atau sanak keluarganya membuatkan sebuah gambar atau rupang Ksitigarbha Bodhisattva dengan dibiayai harta benda orang itu, maka orang itu akan dilahirkan di surga.
Atau umat itu telah lama mengidap penyakit, namun belum putus nyawanya, lalu mendapat kesempatan mendengar dan melihat sanak keluarganya menggunakan harta bendanya sebagai biaya untuk membuat atau melukis gambar Ksitigarbha Bodhisattva sebagai amal bakti orang itu, jika orang itu akan menerima hukuman karmanya dan mendapatkan penyakit berat, maka berkat buah karma baik itu si sakit akan berangsur-angsur sembuh dan umurnya akan bertambah panjang.
Tetapi, jika si sakit sudah sampai saatnya untuk menerima segala ganjaran karma buruknya, kini berkat jasa-jasa kebajikan itu si sakit akan dilahirkan di surga untuk menikmati kebahagiaan dan segala karma buruknya akan musnah.
Lagi, Yang Arya Avalokitesvara, pada masa mendatang, ada umat, ketika mereka masih bayi atau berumur 3 atau 5 tahun, atau masih di bawah 10 tahun, orang tua atau adik-kakaknya meninggal dunia, kini umat itu telah dewasa dan selalu merindukan mendiang. Namun umat itu tidak tahu di alam mana mendiang keluarganya berada.
Seandainya, umat itu dapat membuat atau melukis gambar Ksitigarbha Bodhisattva, atau hanya mendengar nama beliau, lalu mengadakan puja bakti selama 1 sampai 7 hari dengan setia, meskipun mendiang seharusnya menerima hukuman berat atas karma buruk mereka, terjerumus ke alam sengsara berkalpa-kalpa. Kini berkat benih kebajikan yang telah dibuat umat itu, maka mendiang, baik adik-kakak ataupun orang tuanya, akan segera terbebaskan dari alam sengsara itu dan dilahirkan di surga untuk menikmati kebahagiaan.
Seandainya mendiang telah lama terlahir di surga atau alam manusia berkat karma baik yang mendiang kumpulkan semasa hidup, kini karena mendapat tambahan jasa dari umat itu, maka kebahagiaan mendiang akan semakin bertambah. Kesenangan yang dinikmati tak ada batasnya.
Jika umat itu dengan sujud memuja Ksitigarbha Bodhisattva secara terus-menerus selama 3 atau 7 hari sambil melafal nama Ksitigarbha Bodhisattva sebanyak 10.000 kali, maka beliau akan menjelma menjadi sebuah tubuh yang amat besar tanpa batas (ananytayakaya) untuk menemui dan mengabarkan kepada umat itu di alam mana mendiang keluarganya itu dilahirkan. Atau beliau dengan daya maha prabhava datang dalam mimpi umat itu dan mengajaknya pergi melihat mendiang keluarganya di alamnya.
Bila umat itu setelah melihat mendiang keluarganya, dan ia amat rajin melafal nama Ksitigarbha Bodhisattva setiap hari sebanyak 1.000 kali hingga 1.000 hari secara terus menerus tanpa terputus, maka Ksitigarbha Bodhisattva akan memerintahkan dewa bumi di tempat umat itu tinggal untuk melindunginya seumur hidup. Kehidupannya akan amat sejahtera, cukup sandang dan pangan, tiada penyakit atau derita. Segala kemalangan tak akan dapat masuk ke dalam rumahnya, apalagi mengganggu dirinya. Karena rajinnya melaksanakan ibadat, akhirnya umat itu akan tercatat oleh Ksitigarbha Bodhisattva sebagai calon Buddha.
Sang Buddha kemudian melanjutkan;
Lagi, Yang Arya Avalokitesvara. Pada masa mendatang, jika ada pria atau wanita budiman, ingin mengembangkan Bodhicitta-nya untuk menolong umat manusia dari penderitaan, ingin mencapai anuttara samyak sambodhi, ingin membebaskan dirinya dari Triloka, agar terlahir di tanah suci. Asalkan mereka melihat rupang Ksitigarbha Bodhisattva atau mendengar namanya, lalu berlindung kepadanya dengan sepenuh hati dan mengadakan puja bakti dengan mempersembahkan dupa, bunga-bungaan, permata, makanan, dan minuman, maka cita-cita luhur itu akan berhasil dengan sempurna dan tiada kekurangan apapun.
Lagi, Yang Arya Avalokitesvara, pada masa mendatang, jika ada pria atau wanita budiman, ingin mewujudkan cita-citanya, tekadnya yang banyaknya tak terhitung pada masa sekarang dan masa mendatang mereka hanya perlu berlindung kepada Ksitigarbha Bodhisattva dengan mengadakan puja bakti, memuliakan namanya serta jasa-jasanya. Dengan demikian segala permohonan dan cita-citanya akan terkabulkan sepenuhnya.
Jika umat itu memohon lebih lanjut kepada Ksitigarbha Bodhisattva yang maha welas asih untuk melindungi mereka selama-lamanya, maka Ksitigarbha Bodhisattva akan datang dalam mimpinya menghibur dan mencatat mereka sebagai calon Buddha.
Lagi, Yang Arya Avalokitesvara, pada masa mendatang, jika ada pria atau wanita budiman, sangat menghargai Sutra-Sutra Mahayana dan menyatakan tekadnya untuk mempelajari dan memahami Sutra-Sutra itu dengan bantuan seorang guru yang telaten, agar segala yang dipelajarinya dapat diingat selalu dan tak terlupakan. Namun segala yang dipelajari selalu terlupakan. Berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, tidak juga dapat mengingat apa yang telah dipelajarinya. Ini semua dikarenakan umat itu mempunyai karma buruk di masa lampau yang belum terhapuskan.
Oleh sebab itu, mereka tidak akan mengerti Sutra-Sutra yang dipelajarinya sehingga tidak mendapatkan manfaat apapun. Umat seperti ini jika mendengar nama atau melihat rupang Ksitigarbha Bodhisattva, lalu bersujud dan setulus hati menyatakan penyesalannya atas segala kejadian yang dialaminya dan mempersembahkan dupa, bunga, pakaian, benda berharga, dan lainnya, Pada saat pemujaan akan dimulai, sediakan segelas air bersih dan letakkan di altarnya. Setelah selang satu hari satu malam, umat itu menghormat Ksitigarbha Bodhisattva dengan beranjali dan kemudian meminum dengan khidmat air itu dengan muka menghadap arah selatan. Setelah itu tidak memakan sayur beraroma tajam, daging, dan alkohol, juga tidak berhubungan badan, berbohong, dan membunuh selama 7 hari 7 malam atau 21 hari. Maka pria atau wanita budiman itu dalam mimpinya akan bertemu dengan Ksitigarbha Bodhisattva dengan wujud bertubuh amat besar, dan pria atau wanita itu akan diperciki air suci di kepalanya (Abhisecani).
Setelah mereka bangun dari tidurnya, akan terasa ke-6 inderanya demikian luar biasa tajamnya. Semenjak itu, Sutra-Sutra yang dipelajarinya, baik dengan membacanya ataupun mendengarnya selalu akan teringat dan tak terlupakan selama-lamanya.
Lagi, Yang Arya Avalokitesvara, pada masa mendatang, jika ada orang yang selalu mengalami kekurangan sandang-pangan, walaupun mereka giat berusaha. Atau yang selalu berpenyakitan, kehidupannya tidak cerah. Atau keluarganya sering tertimpa malapetaka, terpencar, berpisah, atau anggota keluarganya sering mengalami berbagai musibah. Atau sering merasa ketakutan di waktu tidur hingga batinnya tidak tenang.
Bila orang itu mendengar nama atau melihat rupang Ksitigarbha Bodhisattva, lalu memberi hormat kepada beliau serta melafal namanya, setelah penglafalan genap 1.000 kali, hal-hal yang tidak menyenangkan itu akan berangsur-angsur lenyap.
Sejak saat itu rumah orang itu akan aman tentram, sandang-pangan berkecukupan. Tidur dengan tenang, tiada lagi mimpi buruk yang mengganggu dan hidup mereka akan terasa aman tentram.
Lagi, Yang Arya Avalokitesvara, pada masa mendatang, jika ada pria atau wanita budiman, karena mencari penghidupan, atau karena kepentingan umum atau pribadi, atau karena kelahiran atau kematian, atau karena keperluan lain yang mendesak, sehingga mereka harus keluar-masuk hutan, menyeberangi sungai dan laut, bahkan perjalanan yang amat berbahaya.
Maka orang itu perlu terlebih dahulu melafal nama Ksitigarbha Bodhisattva sebanyak 10.000 kali. Dengan demikian, ke mana juga orang itu pergi, akan selalu dilindungi oleh para malaikat bumi. Baik saat mereka sedang berdiam diri, duduk, tiduran, ataupun berjalan, mereka akan aman sentosa. Sekalipun mereka bertemu dengan harimau, serigala, singa, dan binatang buas lainnya, semuanya takkan dapat mencelakainya.
Sang Buddha berkata kepada Avalokitesvara Bodhisattva;
Ksitigarbha Bodhisattva mempunyai hubungan batin yang kuat sekali dengan umat jambudvipa. Jika ingin menjelaskan jasa-jasa beliau beserta usahanya menyelamatkan umat manusia selengkapnya, sekalipun sudah menghabiskan waktu sebanyak ratusan ribu kalpa, hal itu tak akan habis dibicarakan.
Oleh sebab itu, Yang Arya Avalokitesvara, sebar luaskanlah Sutra ini dengan daya maha prabhava-mu, agar semua umat di dunia penderitaan dapat menikmati kebahagiaan Dhamma untuk selama-lamanya.
Saat itu Sang Buddha mengucapkan sebuah gatha, Kekuatan Ksitigarbha Bodhisattva Yang Luar Biasa dan Takkan Habis Membicarakannya Walau Jutaan Kalpa Lamanya.
Baik pria, wanita maupun dewa, naga,
yang akan terjerumus ke alam sengsara karena saatnya tiba,
berkat setulus hati berlindung kepada Ksatria Sejati,
usia bertambah, karma beratpun musnah.
Semasa kecil kehilangan cinta kasih ayah-bunda,
tak tahu mereka ada di alam mana,
kakak-adik serta sanak keluarga,
sejak lahir tak saling mengenal,
dengan melukis gambar Ksatria Sejati,
menghormat, memuja setulus hati,
3 atau 7 hari memuliakan namanya,
beliau akan memperlihatkan tubuhnya yang maha besar,
menunjukkan tempat sanak keluarganya berada,
sekalipun telah terjerumus ke alam sengsara,
dapat ditolongnya terbebas dari derita,
jika kepercayaan teguh tak tergoyahkan,
kelak pasti akan tercatat sebagai calon Buddha.
Jika hendak mencapai anuttara samyak sambodhi,
hingga terbebas dari penderitaan triloka,
setelah tumbuh bodhicittanya,
hormat dan puja Ksatria Sejati ini,
segala cita-cita segera terkabul,
tidak ada lagi karma penghalang,
menuju kesadaran agung.
Ada yang berhasrat menekuni Sutra Mahayana,
ingin menyeberangkan umat ke Pantai Bahagia,
walau tekad ini besar tak terbatas,
tiap kali menghafal terlupakan,
waktu terbuang percuma,
karena karma buruk masa lampau belum dilenyapkan,
tak mengingat satu bait gatha satu kata sutra,
puja bakti kepada Ksitigarbha Bodhisattva,
dengan dupa, bunga, pakaian, makanan, minuman, dan barang berharga,
letakkan segelas air bersih di altar Ksatria Sejati,
sehari semalam lalu minum dengan khidmat,
setelah itu pantang daging, alkohol, dusta dan wanita,
duapuluhsatu hari tidak membunuh semua makhluk,
sepenuh hati kenang Ksatria Sejati,
dalam mimpi akan berjumpa Ksitigarbha Bodhisattva bertubuh maha besar,
bangun dari mimpi keenam indera jernih dan bersih,
Sutra, Buddha-Dhamma, tertanam abadi dalam hati,
daya prabhava Ksitigarbha Bodhisattva tak terlukiskan,
membuat orang demikian bijak dan bestari.
Umat yang miskin lagi berpenyakit,
kediamannya buruk, keluarga tinggal pergi,
atau selalu ketakutan dalam mimpi,
begitu pun mengalami kesusahan ekonomi,
pujalah Sang Ksitigarbha sepenuh hati,
derita berangsur lenyap sama sekali,
mimpi buruk tak mengganggu lagi,
sandang-pangan cukup selalu dilindungi makhluk suci yang berbudi.
Jika harus mendaki gunung, menuruni lembah,
masuk hutan rimba, mengarungi lautan luas,
bertemu hewan buas lagi dihadang penjahat,
atau datang setan, iblis, serta badai ganas,
segala rintangan dan penderitaan,
ingatlah Ksitigarbha Bodhisattva sebelum berangkat,
pujalah beliau dengan tulus iklas penuh khidmat,
meski berada dalam kesulitan luar biasa,
sekejap sirna semua berkat Buddha-Dhamma.
Dengarlah dengan baik, Yang Arya Avalokitesvara,
daya prabhava Ksitigarbha Bodhisattva tak terlukiskan,
menyelamatkan umat manusia tak terbilang,
jutaan kalpa dikisahkan tidak akan selesai,
sebarlah tekad agung beliau ke seluruh alam semesta.
Bila ada umat yang dapat mendengar namanya,
melihat bodhirupangnya, memuja dengan dupa, bunga, pangan dan jubah,
akan menikmati buah pahala hingga jutaan masa,
bila jasa-jasa itu disalurkan kepada seluruh makhluk,
akan terbebas dari penderitaan lahir-mati,
mencapai tepian nibbana, dan menjadi Buddha.
Oleh karenanya, Yang Arya Avalokitesvara,
ketahuilah welas asih Ksitigarbha Bodhisattva demikian besar,
demikian besar tekadnya, maha prabhava tak tergambarkan,
sampaikan ini kepada semua makhluk yang ada di berbagai dunia yang tak terhitung jumlahnya,
agar mereka semua mengetahui dan percaya sedalam-dalamnya,
sehingga memperoleh kebahagiaan Dhamma yang sejati.
(( Bab 13 ))
Amanat Sang Buddha Kepada Dewa dan Manusia
Pada saat itu Sang Buddha mengangkat tangan emasNya dan menyentuh kepala Ksitigarbha Bodhisattva seraya berucap;
Yang Arya Ksitigarbha, prabhava-mu tak terkatakan, welas asihmu tak terterbayangkan, kebajikanmu tak terlukiskan, dan tekadmu tak tertandingi. Para Buddha dari dunia di 10 penjuru memuji dan menyanjung daya kebajikan yang kau miliki, sekalipun menceritakannya hingga jutaan kalpa tak akan kunjung selesai.
Yang Arya Ksitigarbha, ingatlah, bahwa Aku hari ini berada di istana Trayastrimsa, dalam persamuan agung dengan ratusan ribu koti Buddha, Bodhisattva Mahasattva, dewa, naga, 8 Kelompok Makhluk, untuk kesekian kalinya Aku menyampaikan pesan kepadamu, bahwa para dewa, manusia serta makhluk yang belum terbebaskan dari triloka, agar mereka tidak terjerumus ke dalam alam sengsara walaupun hanya sehari semalam, apalagi terjerumus ke dalam alam neraka pancanantarya atau Avici yang membuat mereka menderita ribuan juta kalpa dan takkan dapat membebaskan diri selamanya.
Yang Arya Ksitigarbha, umat jambudvipa bertabiat dan berkemauan tak menentu, wataknya lebih mudah mengarah kepada keburukan-keburukan. Sekalipun mereka telah menyatakan keinginan baiknya, tak lama kemudian mereka berubah. Jika mereka bertemu dengan keburukan-keburukan, hal itu akan cepat berkembang subur. Oleh sebab itu, Aku menjelmakan diriKu menjadi ratusan ribu koti banyaknya, dan menuruti kodrat mereka masing-masing, lalu membebaskan mereka dari kesengsaraan.
Yang Arya Ksitigarbha, hari ini Aku dengan sungguh hati menyampaikan pesan kepadamu, jika pada masa mendatang, ada dewa dan manusia yang menanamkan kebaikan dalam Buddha-Dhamma walaupun sedikit saja, seperti seujung rambut, sebutir pasir, sebutir debu, atau setetes air, maka lindungilah mereka dengan bodhicitta agar mereka maju terus di atas jalan Dhamma dan pantang mundur.
Lagi, Yang Arya Ksitigarbha, pada masa mendatang, jika ada dewa atau manusia, karena masanya sudah tiba akan menerima karmanya terjerumus ke dalam alam sengsara, atau ketika akan terjatuh ke dalam alam neraka, tiba-tiba mereka teringat akan Buddha. Jika umat itu dapat menyebut satu saja nama Buddha atau nama Bodhisattva atau sebait gatha sebaris Sutra, maka umat itu harus diselamatkan dengan kekuatan gaibmu dan dengan segala kemudahan-kemudahan. Perlihatkanlah tubuh maha besarmu di sisi pintu neraka tempat umat itu berada dan lenyapkan neraka itu. Selanjutnya usahakan agar umat yang telah sadar itu dilahirkan di surga untuk menikmati kebahagiaan sejahatera.
Ketika itu Sang Buddha mengucapkan sebuah gatha;
Dewa manusia di masa mendatang,
Kuserahkan kepadamu dengan penuh keyakinan,
selamatkanlah mereka dengan daya maha prabhava,
jangan ada yang terjerumus ke salah satu alam sengsara.
Saat itu Ksitigarbha Bodhisattva Mahasattva menghormat dengan beranjali dan berkata;
Sang Bhagava, jangan mengkhawatirkan masalah itu. Pada masa mendatang, jika terdapat pria atau wanita budiman, asalkan muncul rasa hormat kepada Buddha-Dhamma, aku akan menolongnya dengan segala kemudahan-kemudahan agar orang itu terbebaskan dari lautan derita dan mencapai pantai bahagia.
Apalagi jika mereka telah banyak mengetahui kebaikan-kebaikan dan selalu melaksanakannya. Sudah pasti mereka akan mencapai anuttara samyak sambodhi dan pantang mundur.
Selesai Ksitigarbha Bodhisattva berucap, seorang Bodhisattva bernama Akasagarbha bangkit dari tempat duduknya lalu bersujud kepada Sang Buddha sambil berkata;
Sang Bhagava, sejak tadi aku mendengarkan Sang Buddha memuji dan menyanjung kesaktian Ksitigarbha Bodhisattva yang amat menakjubkan itu sungguh tak terlukiskan.
Jika pada masa mendatang, ada pria atau wanita serta dewa, naga mendengar Sutra ini dan nama Ksitigarbha, lalu memberi hormat kepada bodhi rupangnya dengan mengadakan puja bakti. Dengan demikian berapa banyak manfaat yang akan diperoleh? Mohon sang Bhagava sudi menguraikannya kepada kami semua serta para umat yang ada di masa sekarang dan masa mendatang.
Sang Buddha memberitahu Akasagarbha Bodhisattva;
Dengarkanlah baik-baik, Yang Arya Akasagarbha, akan Kuuraikan satu per satu kepada kamu semuanya.
Pada masa mendatang, jika ada pria atau wanita budiman, melihat gambar Ksitigarbha Bodhisattva atau mendengar Sutra ini lalu memuja beliau dengan dupa, bunga, makanan, minuman, jubah, permata, dan lainnya. Atau menghormati beliau dengan memuji jasa-jasanya dan memuliakan namanya.
Maka pria atau wanita budiman itu akan memperoleh 28 macam menfaat;
- Selalu dilindungi dewa, naga, dan 8 Macam Makhluk, sehingga selalu selamat sentosa.
- Kemuliaan dan kebaikannya semakin bertambah.
- Terkumpulnya benih kebaikan dari Buddha-Dhamma.
- Tidak mundur dari jalan anuttara samyak sambodhi.
- Cukup sandang dan pangan.
- Terhindar dari segala musibah dan wabah penyakit.
- Terhindar dari banjir dan kebakaran.
- Terbebas dari pencurian dan perampokan.
- Selalu dihargai orang.
- Selalu mendapat dukungan dan bantuan dari makhluk suci.
- Yang wanita akan terlahir sebagai pria pada kehidupan berikutnya.
- Dapat dilahirkan sebagai putri raja atau bangsawan.
- Mendapatkan paras wajah yang cantik dan disukai orang di mana saja.
- Selalu mendapat kesempatan terlahir di alam surga.
- Akan terlahir sebagai raja atau kepala negara.
- Dapat mengetahui kehidupan masa lampaunya.
- Cita-citanya selalu tercapai.
- Keluarganya selalu tentram dan bahagia.
- Semua malapetaka lenyap.
- Terhindar dari 3 alam rendah.
- Perjalanan hidupnya bebas hambatan.
- Mimpinya selalu indah.
- Leluhurnya ikut terbebas dari belenggu penderitaan.
- Jika leluhurnya pernah menanam kebajikan, dapat lahir di surga.
- Mendapat pujian dari para suci.
- Cerdas dan tangkas, cekatan dan tajam pikirannya.
- Memiliki jiwa welas asih.
- Akhirnya akan mencapai keBuddhaan.
Sang Buddha melanjutkan lagi penjelasannya;
Lagi, Yang Arya Akasagarbha. Bila para dewa, naga, malaikat bumi, malaikat surga, para raja setan, beserta para pengikutnya, baik yang ada di masa sekarang ataupun masa mendatang, setelah mendengar nama Ksitigarbha Bodhisattva, lalu mereka memberi hormat kepada bodhirupangnya atau mereka pernah mendengar Sutra beliau, lalu memuji jasa-jasa kebajikan beliau serta menghormatinya dengan tulus dan iklas.
Maka mereka akan mendapatkan 7 macam manfaat;
- Cepat meningkat ke alam yang lebih suci.
- Karma buruk yang diperbuat di masa lampau akan lenyap.
- Selalu dilindungi oleh para Buddha.
- Kesadaran bodhinya tak akan menyusut.
- Kekuatan dan kebajikan semakin bertambah.
- Mengetahui masa lampau dan masa mendatang.
- Kelak akan menjadi Buddha.
Pada saat hadirin yang berada dalam persamuan agung serta jutaan Buddha, Bodhisattva Mahasattva, dewa, naga, 8 kelompok makhluk, dan umat lainnya mendengar Sakyamuni Buddha menyanjung dan memuji Ksitigarbha Bodhisattva yang memiliki maha prabhava yang tak terlukisakan. Mereka serentak berseru;
Adbhuta. Adbhuta. Adbhuta (Hal itu belum pernah terjadi).
Kemudian surga Trayastrimsa turun hujan berbagai bunga yang harum semerbak, jubah surga dan untaian mutiara sebagai persembahan puja kepada Sakyamuni Buddha dan Ksitigarbha Bodhisattva. Juga sebagai tanda terima kasih yang mendalam atas jasa-jasa Sang Buddha yang telah memberikan khotbah yang tak ternilai, dan sebagai penghormatan yang setinggi-tingginya kepada Ksatria Sejati, Ksitigarbha Bodhisattva.
Kemudian para hadirin bersama-sama memberi hormat kepada Sang Buddha dengan beranjali kemudian berlalu.