Kisah Maha Kassapa-Dhammapada
Kisah Biksu Maha Kassapa
Pamadam appamadena,
yada nudati pandito,
pannapasadamaruyha,
asoko sokinim pajam,
pabbatatthavo bhumatthe,
dhiro bale avekkhati.
Saat seorang yang terlatih menjauhkan diri dari kelalaian melalui kewaspadan,
kesedihannya akan berkurang,
ia berada di dalam istana kebijaksanaan dan melihat orang-orang yang bersedih,
bagaikan seseorang yang berdiri di puncak gunung dan melihat orang-orang yang berada di bawah,
seperti itulah orang bijaksana melihat orang-orang bodoh.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, sehubungan dengan sesepuh Maha Kassapa.
Pada suatu hari, biksu Maha Kassapa yang berdiam di gua Pipphali, pergi ke kota Rajagraha untuk menerima dana makanan. Pada saat kembali dan menghabiskan makanannya, ia duduk dan mengembangkan sinar kebijaksanaannya sambil mencoba mencari tahu, lewat kekuatan batinnya, makhluk hidup yang lalai dan yang waspada, serta kehidupan berikut mereka. Ia mencari di dalam air, daratan, gunung-gunung, dan semua tempat.
Sang Buddha yang sedang berada di vihara Jetavana, pada saat sedang mengawasi dunia dengan kesaktian-Nya melihat murid-Nya, biksu Maha Kassapa, sedang melewati hari itu dengan menyelidiki kelahiran dan kematian makhluk-makhluk hidup.
Sang Buddha berpikir, "Lahir dan matinya makhluk-makhluk hidup tidak dapat dihitung walaupun dengan kemampuan Maha Tahu (sabbannuta nana). Tidak juga dapat dihitung jumlah makhluk-makhluk yang setelah berada di rahim ibu, meninggal tanpa sepengetahuan orang tuanya. Kassapa, ini tidak dilihat oleh pandanganmu. Apalagi rentang kebijaksanaanmu masih sempit. Hal itu hanya para Buddha yang dapat mengetahui dan melihat keseluruhan kehidupan masa lampau dan masa mendatang para makhluk hidup."
Setelah berpikir demikian, Sang Buddha memancarkan cahaya dan muncul jelmaan-Nya duduk di depan sang sesepuh.
Lalu Sang Buddha mengucapkan ayat itu.
Dhammapada ayat 028 bab Syair Kewaspadaan