Kisah Pertanyaan Jivaka - Dhammapada
Kisah Pertanyaan Jivaka
Gataddhino visokassa,
vippamuttassa sabbadhi,
sabbaganthappahinassa,
parilaho na vijjati.
Ia yang perjalanannya** telah berakhir,
yang bebas dari derita dan semua hal**,
yang telah melenyapkan semua belenggu**,
maka tiada lagi kesukaran baginya.
perjalanan; kelahiran berulang-ulang (samsara).
misalnya keterikatan pada Lima Kelompok Kehidupan (Panca Khandha).
belenggu; keserakahan, kebencian, dan kebodohan.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Veluvana, milik Jivaka, di dekat kota Rajagaha, sehubungan dengan pertanyaan Jivaka kepada Sang Buddha.
Pada suatu ketika, Devadatta mencoba membunuh Sang Buddha dengan menggelindingkan sebuah batu besar dari puncak gunung Nazar (Gijjhakuta). Batu itu membentur sebuah tebing di sisi gunung dan pecahannya menghantam jari jempol kaki Sang Buddha. Sang Buddha dibawa ke vihara Veluvana yang terletak di luar Rajagaha.
Di sana Jivaka yang adalah tabib terkenal, mengobati Sang Buddha. Ia menaburkan beberapa jenis obat-obatan pada jempol Sang Buddha dan membalutnya.
Jivaka lalu pergi untuk mengobati pasien lain yang berada di dalam Rajagaha, namun ia berjanji akan kembali untuk melepaskan balutan itu pada malam hari.
Saat Jivaka kembali pada malam itu, gerbang kota telah tertutup dan ia tidak dapat menjengguk Sang Buddha malam itu. Ia sangat cemas karena bila balutan itu tidak dilepaskan tepat pada waktunya, maka seluruh tubuh Sang Buddha akan terasa panas dan sangat sakit.
Pada waktu yang bersamaan, Sang Buddha meminta biksu Ananda untuk membuka balutan dari jempol-Nya dan ternyata lukanya telah sembuh total.
Keesokan harinya, Jivaka mendatangi vihara pagi-pagi sekali dan bertanya kepada Buddha apakah Ia merasa kesakitan dan ketidaknyamanan semalam.
Sang Buddha menjawab, "Jivaka. Semenjak Aku mencapai kebuddhaan, tidak ada lagi rasa sakit dan ketidaknyamanan bagi-Ku."
Sang Buddha lalu mengucapkan ayat itu. Setelah mendengar ucapan Sang Buddha, banyak yang mencapai kesucian sotapanna.
Dhammapada ayat 090 bab Syair Arahat