Kisah Sumana - Dhammapada
Kisah Sumana
Tanca kammam katam sadhu,
yam katva nanutappati,
yassa patito sumano,
vipikam patisevati.
Suatu perbuatan layak dilakukan,
jika orang tidak menyesal setelah melakukannya,
dan dengan kepuasan,
ia akan berbahagia akibat perbuatannya.
Sang Buddha mengucapkan ayat itu pada saat berada di vihara Jetavanna, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan Sumana si penjual bunga.
Seorang tukang bunga yang nama Sumana menjual bunga-bunga melati setiap hari kepada raja Bimbisara di Rajagaha. Pada suatu hari, saat Sumana pergi ke istana raja, ia berjumpa dengan Sang Buddha yang terdapat sebuah lingkaran cahaya memancar, sedang menuju kota untuk menerima dana makanan dengan disertai serombongan biksu.
Melihat tampilan Sang Buddha yang begitu mulia, Sumana merasa amat ingin mempersembahkan bunga-bunganya kepada Sang Buddha. Lalu saat itu juga, ia memutuskan bahwa walaupun raja mengusirnya keluar dari kerajaan atau menghukum matinya, hari itu ia tidak akan menjual bunga-bunganya kepada raja.
Demikianlah, ia menaburkan bunga-bunganya ke samping, ke belakang, ke bawah dan ke atas Sang Buddha. Bunga-bunga itu melayang-layang tak terjatuh. Yang ada di atas kepala Sang Buddha membentuk kanopi bunga dan yang ada di belakang dan di samping membentuk dinding bunga. Bunga-bunga itu mengikuti Sang Buddha dalam formasinya, dan berhenti saat Sang Buddha berhenti.
Saat Sang Buddha melanjutkan, dengan dikelilingi oleh dinding-dinding bunga-bungaan dan kanopi bunga-bungaan, dengan tubuh-Nya yang memancarkan 6 sinar berwarna-warni, diikuti oleh rombongan besar, ribuan penduduk dari dalam dan luar kota Rajagaha keluar dari dalam rumahnya untuk bersujud kepada Sang Buddha.
Sementara Sumana sendiri seluruh tubuhnya diliputi oleh kegembiraan (piti).
Istri Sumana mendatangi raja dan berkata bahwa ia tidak dapat berbuat apa-apa terhadap suaminya yang tidak dapat mengirimkan bunga-bunga kepada raja hari itu.
Raja, yang sudah mencapai kesucian sotapanna, cukup bergembira dengan bunga-bunga itu. Ia keluar untuk melihat hal luar biasa itu dan bersujud kepada Sang Buddha. Raja juga mengambil kesempatan untuk mempersembahkan dana makanan kepada Sang Buddha beserta murid-murid-Nya.
Setelah selesai makan, Sang Buddha kembali ke vihara Jetavana dan raja mengantar-Nya hingga ke jarak tertentu. Setelah kembali ke istananya, raja Bimbisara memanggil Sumana dan menghadiahkannya 8 ekor gajah, 8 ekor kuda, 8 orang pelayan pria, 8 orang pelayan wanita, 8 orang dayang, serta 8.000 uang tunai.
Di vihara Jetavana, biksu Ananda bertanya kepada Sang Buddha apa yang diperoleh Sumana sebagai akibat perbuatan baiknya hari ini.
Sang Buddha menjawab bahwa Sumana, memberikan persembahan kepada Sang Buddha tanpa mempedulikan jiwanya, maka ia tidak akan terlahirkan kembali di 4 alam rendah (apaya) selama 100.000 kehidupan dan akhirnya ia akan menjadi seorang paccekabuddha.
Kemudian, saat Sang Buddha memasuki Aula Keharuman (Gandhakuti) bunga-bunga itu jatuh ke tanah dengan sendirinya.
Malam itu, saat usai khotbah Dhamma yang biasa diberikan oleh Sang Buddha, Ia mengucapkan ayat itu.
Dhammapada ayat 068 bab Syair Orang Bodoh