Kisah Sumanadevi-Dhammapada
Kisah Sumanadevi
Idha nandati pecca nandati,
katapunno ubhayattha nandati,
punnam me katanti nandati,
bhiyyo nandati suggatim gato.
Ia berbahagia di alam ini,
ia berbahagia di alam berikutnya,
ia berbahagia di kedua alam itu,
ia berbahagia karena telah menanam benih kebajikan,
ia lebih berbahagia lagi pada saat terlahir di alam bahagia.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di rumah Anathapindika dan Visakha, sehubungan dengan Sumanadevi, putri bungsu Anathapindika.
Di kota Savatthi, di rumah Anathapindika dan rumah Visakha, diadakan pendanaan makanan kepada 2.000 biksu setiap hari. Di rumah Visakha berlangsung pendanaan makanan yang dilaksanakan oleh cucu perempuannya. Di rumah Anathapindika dilaksanakan secara bergilir. Pertama kali oleh putri sulungnya, berikutnya oleh putri keduanya, dan terakhir oleh putri bungsunya, Sumanadevi.
Kedua kakak Sumanadevi mencapai kesucian sotapanna setelah mendengar uraian Dhamma yang dikhotbahkan setelah selesai jamuan makan kepada para biksu. Sumanadevi lebih jauh lagi, ia mencapai kesucian tingkat sakadagami.
Belakangan Sumadevi menderita sakit, dan pada saat sedang sekarat ia memanggil ayahnya. Ayahnya datang, dan ia memanggil ayahnya dengan kata 'adik' (kanittha bhatika) dan kemudian meninggal dunia. Panggilan terakhir Sumanadevi membuat ayahnya bertanya-tanya, tidak nyaman dan tertekan. Ia mengira mendiang putri bungsunya saat itu sedang mengigau dan tidak sadar menjelang kematiannya.
Oleh karena itu, Anathapindika menghadap Sang Buddha dan menceritakan tentang saat-saat kematian putri bungsunya, Sumanadevi. Lalu Sang Buddha memberitahukan kepada pria kaya raya dan terhormat itu bahwa mendiang putri bungsunya sangat sadar dan sangat tenang dalam menghadapi kematiannya.
Sang Buddha juga menjelaskan bahwa maksud dari Sumanadevi memanggil ayahnya dengan kata adik karena ia mencapai kesucian yang lebih tinggi dibandingkan dengan ayahnya. Ia adalah seorang sakadagami sedangkan ayahnya seorang sotapanna.
Sang Buddha memberitahukan kepada Anathapindika bahwa mendiang putri bungsunya telah terlahir kembali di alam surga Tusita.
Lalu Sang Buddha mengucapkan ayat itu.
Dhammapada ayat 018 bab Syair Berpasangan