Kisah Biksu Upananda - Dhammapada
Kisah Biksu Upananda
Attanameva pathamam,
patirupe nivesaye,
athannamanusaseyya,
na kilisseyya pandito.
Orang seharusnya lebih dulu melaksanakan apa yang benar,
lalu mengajarkannya kepada yang lain,
orang yang bijaksana,
seharusnya tidak menimbulkan celaan.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, sehubungan dengan Upananda, seorang biksu dari suku Sakya.
Biksu Upananda adalah seorang biksu yang ahli berkotbah. Ia selalu berkotbah agar biksu-biksu lain tidak serakah dan hanya memiliki sedikit keinginan. Ia juga sering membahas tentang kesucian dari rasa puas dan berhemat (appicchata) dan latihan yang keras (dhutanga).
Namun, ia sendiri tidak melatih seperti apa yang telah ia ajarkan dan mengambil semua jubah dan keperluan lainnya yang diberikan umat.
Pada suatu ketika, biksu Upananda pergi ke sebuah vihara desa sebelum tiba musim vassa. Beberapa biksu muda yang terkesan dengan keahliannya, memintanya untuk melewati masa vassa di vihara mereka.
Biksu Upananda bertanya kepada mereka tentang jumlah jubah yang setiap biksu terima dari donatur setiap musim vassa, dan mereka menjawab bahwa mereka biasanya memperoleh 1 jubah masing-masing biksu. Maka, ia pun tidak menetap di vihara itu, namun ia meninggalkan sepasang sandalnya di sana.
Di vihara lain, ia mengetahui bahwa biasanya para biksu menerima 2 jubah setiap musim vassa. Di sana ia meninggalkan tongkatnya. Di vihara berikutnya, para biksu menerima 3 jubah sebagai persembahan selama musim vassa. Di sana ia meninggalkan botol air minumnya. Akhirnya, di vihara yang para biksunya menerima 4 jubah, ia memutuskan untuk menetap di sana untuk melewati musim vassa.
Pada akhir musim vassa, ia meminta jatah jubah dari setiap vihara yang telah ia tinggalkan barang-barang pribadinya. Ia mengambil semua jatah jubahnya dan meletakkannya ke dalam sebuah gerobak lalu pulang ke vihara asalnya.
Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan 2 biksu muda yang berebutan 2 jubah dan 1 permadani indah yang mereka peroleh. Karena mereka tidak dapat mendatangi tempat perdamaian, mereka meminta biksu Upananda untuk menjadi penengah.
Biksu Upananda memberikan 1 jubah kepada masing-masing biksu dan mengambil permadani indah itu sebagai imbalan telah bertugas menjadi penegah.
Kedua biksu muda itu tidak puas dengan keputusan itu namun mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Dengan merasa tidak memperoleh keadilan dan kecewa, mereka menjumpai Sang Buddha.
Sang Buddha berkata kepada mereka, "Seseorang yang mengajar orang lain seharusnya terlebih dahulu mengajari dirinya sendiri dan berbuat sesuai dengan ajarannya."
Sang Buddha lalu mengucapakan ayat itu. Setelah mendengar ucapan Sang Buddha, kedua biksu muda itu mencapai kesucian sotapanna.
Dhammapada ayat 158 bab Syair Diri Sendiri