Kisah Pangeran Bodhi - Dhammapada
Kisah Pangeran Bodhi
Attanance piyam janna,
rakkheyya nam surakkhitam,
tinnam annataram yamam,
patijaggeyya pandito.
Orang yang menyayangi dirinya sendiri,
akan menjaga dirinya dengan baik,
selama 3 masa hidupnya**,
orang bijaksana selalu waspada.
3 masa dalam hidup; masa kanak-kanak, masa muda, dan masa tua.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di hutan Bhesakala, sehubungan dengan pangeran Bodhi.
Pada suatu waktu, pangeran Bodhi membangun sebuah istana megah untuk dirinya sendiri. Saat istana itu selesai dibangun, ia mengundang Sang Buddha untuk menerima dana makanan.
Untuk acara istimewa itu, ia memiliki ruangan yang dihiasi perhiasan dan berwangi 4 jenis aroma dan dupa. Juga, sebuah kain panjang terhampar di lantai, mulai dari pintu masuk hingga dalam ruangan. Ia tidak mempunyai anak, dan ia berbuat demikian agar dapat dikaruniai seorang anak jika Sang Buddha melangkah di kain itu.
Pada Sang Buddha tiba, sebanyak tiga kali pangeran Bodhi dengan penuh rasa hormat memohon agar Sang Buddha memasuki ruangan. Namun Sang Buddha tidak bergerak dan hanya menoleh kepada biksu Ananda.
Biksu Ananda tahu maksud-Nya dan meminta pangeran Bodhi menyingkirkan kain di depan pintu. Setelah disingkirkan, barulah Sang Buddha memasuki ruangan.
Pangeran Bodhi lalu mempersembahkan makanan pilihan yang lezat kepada Sang Buddha. Setelah selesai makan, ia bertanya kepada Sang Buddha mengapa diri-Nya tidak melangkah di atas kain itu.
Sang Buddha berbalik bertanya kepada pangeran Bodhi apakah ia tidak memasang kain itu dengan niat agar ia akan diberkati dengan seorang anak.
Pangeran Bodhi menjawab dengan jujur.
Sang Buddha berkata bahwa ia dan istrinya tidak akan memperoleh anak karena akibat karma buruk masa lampau mereka. Sang Buddha lalu menceritakan sebuah kisah kehidupan masa lampau mereka.
Pada salah satu kehiduan lampau mereka, pangeran Bodhi dan istrinya selamat dari musibah kapal tenggelam. Mereka terdampar di sebuah pulau yang sepi, di sana mereka hidup dengan memakan telur-telur burung, unggas dan burung, tanpa perasaan sesal.
Karena benih karma buruk itu, mereka tidak dikarunia seorang anak pun. Jika mereka menyesali perbuatan itu, walaupun sedikit, pada salah satu masa hidupnya, mereka akan memiliki satu atau dua orang anak pada kehidupan sekarang.
Sang Buddha berkata kepada pangeran Bodhi, "Orang yang menyayangi dirinya sendiri seharusnya menjaga dirinya sendiri dalam semua masa hidup, atau paling tidak, selama salah satu masa hidupnya."
Sang Buddha lalu mengucapkan ayat itu. Setelah mendengar ucapan Sang Buddha, pangeran Bodhi mencapai kesucian tingkat sotapanna.
Dhammapada ayat 157 bab Syair Diri Sendiri