Kisah Kumara Anitthigandha - Dhammapada
Kisah Kumara Anitthigandha
Kamato jayati soko,
kamato jayati bhayam,
kamato vippamuttassa,
natthi soko kuto bhayam.
Dari nafsu timbul kesedihan,
dari nafsu timbul kecemasan,
mereka yang bebas dari nafsu,
tiada lagi kesedihan maupun rasa cemas.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan seorang pemuda yang bernama Anitthigandha.
Anatthigandha tinggal di Savatthi. Ia akan menikah dengan seorang gadis cantik dari kota Sagala yang berada di negeri kaum Madda. Pada saat pengantin wanita datang dari rumahnya ke Savatthi, ia terserang penyakit dan meninggal dunia di tengah perjalanan. Saat pengantin pria mengetahui tentang kematian tragis calon istrinya ia sangat patah hati.
Pada saat itu, Sang Buddha mengetahui bahwa sudah waktunya bagi Anatthigandha untuk mencapai kesotapannaan, maka Ia pergi ke rumah pemuda itu. Orang tua pemuda itu mempersembahkan makanan kepada Sang Buddha.
Setelah selesai makan, Sang Buddha meminta kepada orang tua pemuda itu untuk membawa putra mereka untuk menghadap-Nya. Pada saat pemuda itu tiba, Sang Buddha bertanya kepadanya mengapa ia begitu menderita dan tertekan. Ia pun menceritakan tentang kematian tragis calon istrinya.
Sang Buddha lalu berkata kepadanya, "Anitthigandha. Nafsu menimbulkan kesedihan. Karena nafsu menginginkan segala sesuatu dan nafsu terhadap kesenangan duniawi maka kesedihan dan kecemasan muncul."
Lalu Sang Buddha mengucapkan ayat itu. Setelah mendengar ucapan Sang Buddha itu, Anitthigandha mencapai kesucian tingkat sotapanna.
Dhammapada ayat 215 bab Syair Kecintaan