Kisah Pangeran-Pangeran Licchavi - Dhammapada
Kisah Pangeran-Pangeran Licchavi
Ratiya jayati soko,
riyati jayati bhayam,
ratiya vippamuttassa,
natthi soko kuto bhayam.
Dari kemelekatan timbul kesedihan,
dari kemelekatan timbul kecemasan,
mereka yang bebas dari kemelekatan,
tiada lagi kesedihan maupun rasa cemas.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Kutagara, di dekat kota Vesali, sehubungan dengan para pangeran suku Licchavi.
Pada suatu perayaan, Sang Buddha memasuki kota Vesali dengan diikuti oleh serombongan biksu. Dalam perjalanan itu mereka bertemu dengan beberapa orang pangeran suku Licchavi yang berpakaian dengan rapi dan mewah.
Sang Buddha yang melihat mereka tampil dengan penuh kegagahan, berkata kepada para biksu, "Para biksu, mereka yang belum pernah pergi ke surga Trayastrimsa seharusnya melihat pangeran-pangeran suku Licchavi itu."
Para pangeran suku Licchavi kemudian pergi ke sebuah taman yang indah. Di sana, akibat seorang pelacur, mereka saling bertengkar hingga baku hantam. Akibatnya, beberapa orang pangeran harus dipapah pulang karena berdarah.
Setelah Sang Buddha kembali bersama rombongan biksu setelah menghabiskan makanan mereka di dalam kota, mereka melihat pangeran-pangeran yang cidera itu dipapah pulang.
Bersangkutan dengan peristiwa itu para biksu berkata, "Demi seorang wanita, pangeran-pangeran suku Licchavi hancur."
Sang Buddha berkata kepada para biksu, "Para biksu, kesedihan dan kecemasan muncul dari kesenangan duniawi dan kemelekatan terhadapnya."
Sang Buddha lalu mengucapkan ayat itu.
Dhammapada ayat 214 bab Syair Kecintaan