Kisah Biksu Yang Keras Kepala - Dhammapada
Kisah Biksu Yang Keras Kepala
Kuso yatha duggahito,
hatthamevanukantati.
Samannam dupparamattham,
nirayayupakadhati.
Yam kinci sithilam kammam,
samkilitthanca yam vatam.
Sankassaram brahmacariyam,
na tam hoti mahapphalam.
Kayira ce kayirathenam,
dalhamenam parakkame.
Sithilo hi paribbajo,
bhiyyo akirate rajam.
Bagaikan tangan yang terluka,
akibat salah menggenggam daun kusa.
Demikian juga seorang biksu yang jahat,
akan terseret ke alam neraka.
Sembrono mengerjakan sesuatu,
tekad yang tidak tulus,
melanggar kehidupan suci,
semua itu tak akan membuahkan hasil.
Jika ada yang harus dikerjakan,
kerjakanlah dengan tekun dan benar,
kehidupan lemah sebagai seorang biksu,
hanya akan menambah tumpukan debu rintangan.
Sang Buddha mengucapkan ketiga ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan seorang biksu yang keras kepala.
Terdapat seorang biksu yang merasa bersalah karena tanpa sengaja memotong rerumputan. Ia menceritakan hal itu kepada biksu-biksu lainnya. Biksu terakhir yang ia ceritakan mempunyai sifat ceroboh dan keras kepala, dan ia sama sekali tidak peduli dengan perbuatan-perbuatan jahat yang sepele.
Biksu ceroboh itu berkata kepada biksu itu, "Memotong rumput adalah pelanggaran yang sangat kecil sekali. Jika kau terus menerus menceritakan dan mengaku bersalah kepada biksu-biksu lain kau akan terbebaskan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."
Setelah berkata demikian, biksu ceroboh itu mencabuti sejumlah rumput dengan kedua tangannya untuk menunjukkan bahwa ia menganggap pelanggaran itu amat sepele.
Pada saat Sang Buddha diberi tahu tentang hal itu, Ia menegur biksu yang ceroboh dan keras kepala itu.
Sang Buddha lalu mengucapkan ayat-ayat itu. Setelah mendengar ucapan Sang Buddha, biksu ceroboh itu menyadari betapa pentingnya pengendalian diri dalam kehidupan kebiksuan serta dengan ketat menjaga peraturan kebiksuan (patimokkha). Tak lama kemudian, dengan meditasi pandangan terang, ia mencapai kesucian tingkat arahat.
Dhammapada ayat 311, 312 dan 313 bab Syair Neraka