Kisah Pertapa Nigantha - Dhammapada
Kisah Pertapa Nigantha
Alajjitaye lajjanti,
lajjintaye na lajjare.
Micchaditthisamadana,
satta gacchanti duggatim.
Abhaye bhayadassino,
bhaye cabhayadassino.
Micchadittisamadana,
satta gacchanti duggatim.
Orang yang malu terhadap yang tidak memalukan,
dan tidak malu terhadap yang memalukan.
Karena pandangan salah ini,
akan menuju alam yang menyedihkan.
Orang yang takut terhadap yang tidak menakutkan,
dan tidak takut terhadap yang menakutkan.
Karena pandangan salah ini,
akan menuju alam yang menyedihkan.
Sang Buddha mengucapkan kedua ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan pertapa-pertapa nigantha yang hanya menutupi bagian depan tubuh mereka saja.
Pada suatu hari, beberapa orang pertapa nigantha pergi berkeliling menerima dana makanan sambil membawa mangkuk yang ditutupi sepotong pakaian. Beberapa orang biksu yang melihat mereka, berkata, "Para pertapa nigantha itu menutupi bagian depan tubuh mereka terlihat lebih sopan ketimbang para pertapa acelaka yang keluyuran tanpa pakaian."
Mendengar komentar itu, para pertapa menjawab, "Iya, demikianlah, kami memang menutupi bagian depan tubuh kami hanya untuk menutupi mangkuk kami, namun kami tidak menutupi rasa malu kami berpergian dengan telanjang. Kami hanya menutupi mangkuk kami agar debu tidak masuk ke makanan kami, bahkan debu juga mengandung kehidupan."
Pada saat biksu-biksu itu menceritakan apa yang dikatakan para pertapa nigantha itu, Sang Buddha berkata, "Para biksu, para pertapa yang berjalan dengan menutupi bagian depan tubuh mereka tidaklah merasa malu terhadap apa yang seharusnya memalukan, akan tetapi mereka malu terhadap apa yang seharusnya tidak memalukan. Oleh karena pandangan salah itu, mereka hanya akan berjalan menuju ke arah yang buruk."
Sang Buddha lalu mengucapkan ayat-ayat itu. Setelah mendengar ucapan Sang Buddha, beberapa orang pertapa nighanta merasa takut dan menjadi pengikut Sang Buddha.
Dhammapada ayat 316 dan 317 bab Syair Neraka