Kisah Biksu Sariputra -4- Dhammapada
Kisah Biksu Sariputra (4)
Na brahmanassa pahareyya,
nassa muncetha brahmano,
dhi brahmanassa hantaram,
tato dhi yassa muncati.
Na brahmanassetadakinci seyyo,
yada nisedho manaso piyehi,
yato yato himsamano nivattati,
tato tato sammatimeva dukkham.
Janganlah menyerang seorang brahmana,
seorang brahmana juga jangan menyerah pada amarah.
Tahu malulah ia yang menyerang seorang brahmana,
terlebih-lebih ia yang terhanyut oleh amarah.
Tiada yang lebih baik dari seorang brahmana,
yang menahan pikiran dari suatu yang menarik.
Kapan pun niat untuk menyakiti berhenti,
maka penderitaan pun akan mereda.
Sang Buddha mengucapkan ayat-ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan biksu Sariputra.
Biksu Sariputra sering dipuji oleh banyak orang karena kesabaran dan pengendalian dirinya. Murid-muridnya selalu berkata demikian, "Guru kami adalah orang yang paling sabar dan paling tabah. Jika ia dikasari atau bahkan dipukul oleh orang, ia tidak akan marah, namun akan tetap tenang dan terkendali."
Karena pernyataan itu sering dilontarkan untuk memuji biksu Sariputra, seorang brahmana yang berpandangan sesat mengatakan kepada para pengagum biksu Sariputra bahwa ia mampu membuat biksu Sariputra marah.
Pada saat yang bersamaan, biksu Sariputra, yang sedang berkeliling menerima dana makanan, tiba di sana. Brahmana itu langsung menyusulnya dan memukul punggungnya dengan keras dengan tangannya. Biksu Sariputra sama sekali tidak melihat ke belakang untuk mencari tahu siapa yang telah menyerangnya, namun ia tetap melanjutkan perjalanannya seolah-olah tidak ada yang terjadi.
Melihat keagungan dan ketabahan biksu Sariputra, brahmana itu sangat terguncang. Ia menyusul biksu Sariputra dan segera berlutut di hadapannya dan menyatakan bahwa ia telah sangat bersalah karena telah memukulinya, dan meminta maaf.
Brahmana itu melanjutkan, "Bhante, maafkanlah aku, berbaik hatilah untuk datang ke rumahku untuk menerima dana makanan."
Pada malam harinya, biksu-biksu lain melaporkan kepada Sang Buddha bahwa biksu Sariputra menerima dana makanan dari orang yang telah memukulnya. Selanjutnya, mereka menduga bahwa brahmana itu pasti akan lebih berani lagi dan akan kembali mengasari biksu-biksu lain.
Sang Buddha berkata kepada biksu-biksu itu, "Para biksu, seorang brahmana sejati tidak akan memukul brahmana lainnya. Hanya orang awam atau brahmana awam saja yang bisa memukul seorang arahat dengan amarah dan niat jahat. Niat buruk inilah yang harus dilenyapkan oleh seorang anagami."
Sang Buddha lalu mengucapkan kedua ayat itu.
Dhammapada ayat 389 dan 390 bab Syair Brahmana