Kisah Biksu Jatila - Dhammapada
Kisah Biksu Jatila
Yodham tanham pahantvana,
anagaro paribbaje,
tanhabhavaparikkhinam,
tamaham brumi brahmanam.
Ia yang telah meninggalkan nafsu indria,
meninggalkan kehidupan berumah tangga dan hidup tanpa rumah,
yang telah menghancurkan semua keinginan dan kerinduan,
ia Kusebut orang suci.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Veluvana, di dekat kota Rajagaha, sehubungan dengan biksu Jatila.
Ayat ini memiliki 2 cerita. Cerita lainnya adalah kisah biksu Jotika.
Tak lama setelah Kassapa Buddha parinibbana, seorang biksu arahat pergi berkeliling mengumpulkan dana pembangunan stupa emas di mana relik Kassapa Buddha akan diabadikan. Biksu itu sampai di sebuah rumah seorang tukang emas yang sedang bertengkar dengan istrinya.
Tukang emas itu membentak biksu itu, "Lebih baik kau buang stupamu ke dalam air dan pergi."
Istrinya menegur suaminya, "Jika kau marah kepadaku kau seharusnya hanya bertindak kasar terhadapku, kau boleh memukulku jika kau mau, tetapi mengapa kau harus memaki Sang Buddha dan biksu? Tentulah kau telah melakukan kesalahan yang menyedihkan."
Mendengar teguran istrinya, tukang emas itu menyadari kesalahan yang telah ia lakukan dan ingin berbuat sesuatu untuk menembus kesalahan itu. Ia pun membuat beberapa tangkai bunga dari emas lalu meletakkannya ke dalam 3 buah pot bunga dan mempersembahkannya untuk diletakkan di dalam ruang relik Sang Buddha diabadikan.
Pada kehidupan sekarang, tukang emas itu dikandung di dalam rahim putri orang kaya yang melakukan hubungan cinta gelap. Pada saat anaknya lahir, ia meletakkannya ke dalam sebuah keranjang dan membiarkannya terhanyut mengikuti arus air sungai.
Seorang wanita muda yang sedang mandi di sungai melihat bayi itu di dalam keranjang dan mengambilnya. Ia mengadopsinya dan menamakannya Jatila. Kemudian, atas anjuran seorang biksu, wanita muda itu mengirim Jatila ke kota Taxila, Kota Pelajar yang terkenal pada masa itu, untuk memperoleh pendidikan yang baik. Di Taxila, biksu itu mengatur agar Jatila tinggal di rumah seorang pedagang yang merupakan umat biksu itu.
Seiring berjalannya waktu, Jatila menikahi putri pedagang itu. Tak lama setelah menikah, sejumlah besar emas ditemukan di halaman belakang rumah yang baru saja dibangun untuk pasangan baru itu. Tiga orang putra lahir dari pernikahan itu. Setelah itu, Jatila bergabung menjadi anggota Sangha dan mencapai kearahatan hanya dalam waktu beberapa hari.
Pada suatu ketika, pada saat Sang Buddha sedang berkeliling menerima dana makanan bersama 500 orang biksu, termasuk biksu Jatila, mereka sampai di rumah putra-putra Jatila. Anak-anaknya mempersembahkan makan kepada Sang Buddha dan murid-murid-Nya selama 15 hari.
Selang beberapa saat kemudian, beberapa orang biksu bertanya kepada biksu Jatila apakah ia masih terikat kepada emas-emas dan putra-putranya, dan ia menjawab bahwa ia tidak lagi melekat terhadap hal-hal itu.
Biksu-biksu itu berkata kepada Sang Buddha bahwa biksu Jatila mungkin telah berbohong dengan menyatakan dirinya seorang arahat. Sang Buddha berkata, "Para biksu! Jatila telah menguasai nafsu keinginan dan harga dirinya, dengan demikian, ia telah mencapai kesucian arahat."
Sang Buddha lalu mengucapkan ayat itu.
Dhammapada ayat 416 bab Syair Brahmana