Sutra Anathapindikovada
Sutra tentang nasihat yang diberikan Yang Arya Sariputra kepada perumah-tangga Anathapindika, saat sang perumah-tangga itu sedang dalam keadaan sakit menjelang ajalnya tiba.
(( Bab 1 ))
Demikianlah yang telah kudengar.
Pada suatu ketika Sang Buddha berdiam di vihara Jeta, taman milik Anathapindika, di dekat kota Savatthi.
(( Bab 2 ))
Pada saat itu perumah-tangga Anathapindika sedang jatuh sakit, menderita, dan sakit parah. Lalu Anathapindika menyuruh salah seorang pelayannya;
Kemarilah, orang budiman. Pergilah menghadap Sang Buddha, sampai di sana, bersujudlah di depan kakiNya atas namaku. Katakanlah;
"Sang Bhagava, perumah-tangga Anathapindika sedang jatuh sakit, menderita, dan sakit parah. Ia memberikan sujud di depan kaki Sang Buddha."
Lalu, temuilah Yang Arya Sariputra dan bersujudlah di depan kakinya atas namaku. Katakanlah;
"Yang Arya, perumah-tangga Anathapindika sedang jatuh sakit, menderita, dan sakit parah. Ia memberikan sujud di depan kaki Yang Arya."
Katakan juga, bahwa akan sangat baik jika Yang Arya Sariputra dapat datang ke rumah Anathapindika, demi welas asih.
Pelayan itu berkata kepada perumah-tangga Anathapindika;
Baiklah, tuan.
Pelayan itu pergi menemui Sang Buddha, sesampainya di sana, ia bersujud di depan kaki Sang Buddha dan kemudian duduk di suatu sisi. Ia berkata;
Sang Bhagava, perumah-tangga Anathapindika sedang jatuh sakit, menderita, dan sakit parah. Ia bersujud di depan kaki Sang Buddha.
Kemudian ia pergi menemui Yang Arya Sariputra. Sesampainya di sana, ia bersujud di depan kaki Yang Arya Sariputra dan kemudian duduk di suatu sisi. Ia berkata;
Yang Arya Sariputra, perumah-tangga Anathapindika sedang jatuh sakit, menderita, dan sakit parah. Ia bersujud di depan kaki Yang Arya Sariputra.
Ia berkata lagi;
Akan sangat baik jika Yang Arya Sariputra dapat datang ke rumah Anathapindika, demi welas asih.
Yang Arya Sariputra berdiam diri sebagai tanda menyanggupi permintaan itu.
(( Bab 3 ))
Lalu Yang Arya Sariputra merapikan jubahnya, dan membawa mangkuk serta jubah luarnya, ia mendatangi kediaman perumah-tangga Anathapindika bersama dengan Yang Arya Ananda sebagai pelayannya.
Sesampainya di sana, ia duduk di tempat yang telah tersedia dan ia berkata kepada Anathapindika;
Aku harap kau bertambah baik, perumah-tangga. Aku harap kau bertambah nyaman. Aku harap deritamu akan semakin berkurang dan bukan bertambah. Aku harap ada tanda-tanda sakitmu berkurang, dan bukan bertambah.
(( Bab 4 ))
Anathapindika berkata;
Aku tidak bertambah baik, Yang Arya. Aku tidak bertambah nyaman. Rasa sakitku bertambah, bukannya berkurang. Terdapat tanda-tanda sakitku bertambah, bukannya berkurang. Kepalaku terasa terbelah, bagaikan seorang yang kuat membelah kepalaku menjadi dua bagian dengan pedang tajam.
Aku tidak bertambah baik, Yang Arya. Aku tidak bertambah nyaman. Rasa sakitku bertambah, bukannya berkurang. Terdapat tanda-tanda sakitku bertambah, bukannya berkurang. Kepalaku terasa sakit sekali, bagaikan seorang yang kuat mengikat kuat kepalaku dengan seutas tali.
Aku tidak bertambah baik, Yang Arya. Aku tidak bertambah nyaman. Rasa sakitku bertambah, bukannya berkurang. Terdapat tanda-tanda sakitku bertambah, bukannya berkurang. Perutku terasa teriris, bagaikan seorang ahli jagal atau murudnya mengiris perut seekor sapi dengan pisau jagal.
Aku tidak bertambah baik, Yang Arya. Aku tidak bertambah nyaman. Rasa sakitku bertambah, bukannya berkurang. Terdapat tanda-tanda sakitku bertambah, bukannya berkurang. Tubuhku terasa terbakar, bagaikan dua orang yang kuat mencengkeram seorang yang lemah lalu memanggang dan merebusnya di atas bara api.
Aku tidak bertambah baik, Yang Arya. Aku tidak bertambah nyaman. Rasa sakitku bertambah, bukannya berkurang. Terdapat tanda-tanda sakitku bertambah, bukannya berkurang.
(( Bab 5 ))
Yang Arya Sariputra berkata;
Oleh sebab itu, perumah-tangga, kau harus melatih diri sesuai dengan jalan ini;
"Aku tidak akan melekat pada mata, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada mata." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
"Aku tidak akan melekat pada telinga, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada telinga." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
"Aku tidak akan melekat pada hidung, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada hidung." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
"Aku tidak akan melekat pada lidah, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada lidah." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
"Aku tidak akan melekat pada tubuh, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada tubuh." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
"Aku tidak akan melekat pada pikiran, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada pikiran." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
(( Bab 6 ))
Yang Arya Sariputra berkata;
Perumah-tangga, kau harus melatih diri sesuai dengan jalan ini;
"Aku tidak akan melekat pada bentuk, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada bentuk." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
"Aku tidak akan melekat pada suara, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada suara." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
"Aku tidak akan melekat pada aroma, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada aroma." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
"Aku tidak akan melekat pada rasa, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada rasa." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
"Aku tidak akan melekat pada objek sentuhan, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada objek sentuhan." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
"Aku tidak akan melekat pada objek pikiran, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada objek pikiran." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
(( Bab 7 ))
Yang Arya Sariputra berkata;
Perumah-tangga, kau harus melatih diri sesuai dengan jalan ini;
"Aku tidak akan melekat pada kesadaran mata, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada kesadaran mata." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
"Aku tidak akan melekat pada kesadaran telinga, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada kesadaran telinga." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
"Aku tidak akan melekat pada kesadaran hidung, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada kesadaran hidung." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
"Aku tidak akan melekat pada kesadaran lidah, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada kesadaran lidah." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
"Aku tidak akan melekat pada kesadaran tubuh, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada kesadaran tubuh." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
"Aku tidak akan melekat pada kesadaran pikiran, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada kesadaran pikiran." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
(( Bab 8 ))
Yang Arya Sariputra berkata;
Perumah-tangga, kau harus melatih diri sesuai dengan jalan ini;
"Aku tidak akan melekat pada kontak mata, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada kontak mata." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
"Aku tidak akan melekat pada kontak telinga, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada kontak telinga." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
"Aku tidak akan melekat pada kontak hidung, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada kontak hidung." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
"Aku tidak akan melekat pada kontak lidah, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada kontak lidah." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
"Aku tidak akan melekat pada kontak tubuh, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada kontak tubuh." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
"Aku tidak akan melekat pada kontak pikiran, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada kontak pikiran." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
(( Bab 9 ))
Yang Arya Sariputra berkata;
Perumah-tangga, kau harus melatih diri sesuai dengan jalan ini;
"Aku tidak akan melekat pada perasaan yang timbul akibat kontak mata, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada perasaan yang timbul akibat kontak mata." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
"Aku tidak akan melekat pada perasaan yang timbul akibat kontak telinga, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada perasaan yang timbul akibat kontak telinga." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
"Aku tidak akan melekat pada perasaan yang timbul akibat kontak hidung, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada perasaan yang timbul akibat kontak hidung." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
"Aku tidak akan melekat pada perasaan yang timbul akibat kontak lidah, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada perasaan yang timbul akibat kontak lidah." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
"Aku tidak akan melekat pada perasaan yang timbul akibat kontak tubuh, dan kesadaranku tidak akan melekat kepada perasaan yang timbul akibat kontak tubuh." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
"Aku tidak akan melekat pada perasaan yang timbul akibat kontak pikiran, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada perasaan yang timbul akibat kontak pikiran." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
(( Bab 10 ))
Yang Arya Sariputra berkata;
Perumah-tangga, kau harus melatih diri sesuai dengan jalan ini;
"Aku tidak akan melekat pada unsur tanah, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada unsur tanah." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
"Aku tidak akan melekat pada unsur air, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada unsur air." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
"Aku tidak akan melekat pada unsur api, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada unsur api." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
"Aku tidak akan melekat pada unsur angin, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada unsur angin." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
"Aku tidak akan melekat pada unsur ruang, dan kesadaranku akan tidak terikat kepada unsur ruang." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
"Aku tidak akan melekat pada unsur kesadaran, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada unsur kesadaran." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
(( Bab 11 ))
Yang Arya Sariputra berkata;
Perumah-tangga, kau harus melatih diri sesuai dengan jalan ini;
"Aku tidak akan melekat pada bentuk materi, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada bentuk materi." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
"Aku tidak akan melekat pada perasaan, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada perasaan." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
"Aku tidak akan melekat pada persepsi, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada persepsi." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
"Aku tidak akan melekat pada bentuk-bentuk, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada bentuk-bentuk." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
"Aku tidak akan melekat pada kesadaran, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada kesadaran." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
(( Bab 12 ))
Yang Arya Sariputra berkata;
Perumah-tangga, kau harus melatih diri sesuai dengan jalan ini;
"Aku tidak akan melekat pada landasan ruang tanpa batas, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada landasan ruang tanpa batas." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
"Aku tidak akan melekat pada landasan kesadaran tanpa batas, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada landasan kesadaran tanpa batas." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
"Aku tidak akan melekat pada landasan kekosongan, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada landasan kekosongan." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
"Aku tidak akan melekat pada landasan persepsi sekaligus bukan persepsi, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada landasan persepsi sekaligus bukan persepsi." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
(( Bab 13 ))
Yang Arya Sariputra berkata;
Perumah-tangga, kau harus melatih diri sesuai dengan jalan ini;
"Aku tidak akan melekat pada dunia ini, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada dunia ini." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
"Aku tidak akan melekat pada dunia lain, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada dunia lain." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
(( Bab 14 ))
Yang Arya Sariputra berkata;
Perumah-tangga, kau harus melatih diri sesuai dengan jalan ini;
"Aku tidak akan melekat pada apa pun yang dilihat, didengar, dicerap, dikenali, diperoleh, dicari, dan diselidiki oleh pikiran, dan kesadaranku tidak akan terikat kepada hal-hal itu semua." Demikianlah kau harus melatih dirimu.
(( Bab 15 ))
Setelah mendengar ajaran itu, perumah-tangga Anathapindika terharu dan meneteskan air mata. Kemudian Yang Arya Ananda bertanya kepadanya;
Apakah kau terperosot, perumah-tangga? Apakah kau terjatuh?
Tidak, Yang Arya Ananda. Aku tidak terperosot, dan aku tidak terjatuh. Hanya saja, walaupun telah lama aku mengabdi kepada Sang Buddha dan para arya yang memberi inspirasi kepadaku, namun belum pernah aku mendengar Dhamma seperti ini.
Perumah-tangga, Dhamma yang demikian ini tidak dibabarkan kepada para umat awam berpakaian putih. Dhamma yang demikian ini dibabarkan kepada para umat yang telah melepaskan keduniawiannya.
Oleh karena itu, Yang Arya Sariputra. Mohon, Dhamma yang demikian ini dibabarkan kepada para umat awam berpakaian putih. Masih terdapat para umat awam berpakaian putih yang hanya sedikit debu yang menempel pada matanya, yang menyia-nyiakan waktu tanpa mendengarkan Dhamma yang demikian ini. Mereka pasti mampu memahami Dhamma yang demikian ini.
(( Bab 16 ))
Setelah selesai memberikan babaran Dhamma kepada perumah-tangga Anathapindika, Yang Arya Sariputra bersama Yang Arya Ananda bangkit dari tempat duduk mereka dan kemudian pulang.
Lalu, tak lama setelah mereka pulang, Anathapindika meninggal dunia dan terlahir kembali di surga Tusita. Kemudian, di tengah malam, si putra dewa Anathapindika memancarkan sinar yang gilang gemilang menerangi seluruh hutan Jeta.
Si putra dewa Anathapindika mendatangi Sang Buddha. Setibanya di sana, ia bersujud kepada Sang Buddha lalu berdiri di suatu sisi. Kemudian ia berkata kepada Sang Buddha lewat syair;
Hutan Jeta yang terberkahi,
kediaman para Sangha yang bijaksana,
tempat berdiam Sang Raja Dhamma,
sumber kebahagiaanku.
Perilaku, pengetahuan, dan kwalitas mental,
kebajikan, keluhuran hidup,
lewat inilah semua makhluk disucikan,
bukan lewat keturunan dan harta.
Dikarenakan kebijaksanaan,
memahami kemampuan mereka,
mendalami Dhamma secara tekun,
diri mereka segera tersucikan.
Seperti Yang Arya Sariputra,
setiap biksu yang luar biasa,
hanya yang terbaik yang dapat menyamainya,
dalam moralitas, kesucian, dan kebijaksanaan.
(( Bab 18 ))
Itulah yang diucapkan si putra dewa Anathapindika. Sang Buddha menyetujuinya. Lalu putra dewa Anathapindika mengerti bahwa Sang Buddha setuju dengannya, ia bersujud, berpradaksina, lalu menghilang.
(( Bab 19 ))
Saat malam telah berlalu, Sang Buddha berkata kepada para biksu;
Para biksu. Semalam, di tengah malam, seorang putra dewa memancarkan sinar yang gilang gemilang menerangi seluruh hutan Jeta.
Ia mendatangiKu. Setelah tiba, ia bersujud kepadaKu lalu berdiri di suatu sisi. Kemudian ia berkata kepadaKu lewat syair;
Hutan Jeta yang terberkahi,
kediaman para Sangha yang bijaksana,
tempat berdiam Sang Raja Dhamma,
sumber kebahagiaanku.
Perilaku, pengetahuan, dan kwalitas mental,
kebajikan, keluhuran hidup,
lewat inilah semua makhluk disucikan,
bukan lewat keturunan dan harta.
Dikarenakan kebijaksanaan,
memahami kemampuan mereka,
mendalami Dhamma secara tekun,
diri mereka segera tersucikan.
Seperti Yang Arya Sariputra,
setiap biksu yang luar biasa,
hanya yang terbaik yang dapat menyamainya,
dalam moralitas, kesucian, dan kebijaksanaan.
Itulah yang diucapkan si putra dewa. Aku menyetujuinya. Lalu putra dewa itu mengerti bahwa Aku setuju dengannya, ia bersujud, berpradaksina, lalu menghilang.
(( Bab 20 ))
Setelah mendengar hal itu, Yang Arya Ananda berkata kepada Sang Buddha;
Sang Bhagava, si putra dewa itu pastilah si perumah-tangga Anathapindika. Ia memiliki keyakinan tinggi terhadap Yang Arya Sariputra.
Bagus, Ananda. Sangat bagus sekali, kau telah mengutarakan berdasarkan kesimpulanmu secara logis. Ia adalah si putra dewa Anathapindika, bukan orang lain.
Itulah yang dikatakan oleh Sang Buddha. Yang Arya Ananda merasa puas dan berbahagia setelah mendengar kata-kata Sang Buddha.