Sutra Cakkavatti Sihanada
(( Bab 1 ))
Demikianlah yang telah kudengar.
Pada suatu ketika Sang Buddha berdiam di Matula di kerajaan Magadha. Saat itu Sang Bhagava berkata kepada para biksu;
Para Biksu.
Para biksu menjawab;
Ya, Bhante.
Lantas Sang Buddha berkata;
Para biksu, jadikanlah dirimu sebagai pulau bagi dirimu sendiri. Berlindunglah pada dirimu sendiri, dan jangan berlindung pada hal yang lain. Hidup di dalam Dhamma sebagai pulau bagi dirimu sendiri. Hidup di dalam Dhamma sebagai pelindungmu, dan jangan berlindung pada hal yang lain.
Para biksu, bagaimanakah seseorang bisa menjadi pulau bagi dirinya sendiri? Sebagai pelindung bagi dirinya sendiri, dan tidak berlindung pada hal yang lain? Bagaimanakah seseorang hidup di dalam Dhamma sebagai pulau bagi dirinya sendiri? Hidup di dalam Dhamma sebagai pelindung bagi dirinya sendiri, dan tidak berlindung pada hal yang lain?
Para biksu, seorang biksu harus dengan tekun, penuh pengertian, dan penuh perhatian mengamati tubuh (Kaya) sebagai tubuh, melenyapkan keserakahan dan ketidaksenangan dalam dunia.
Seorang biksu harus dengan tekun, penuh pengertian, dan penuh perhatian mengamati perasaan (Vedana) sebagai perasaan, melenyapkan keserakahan dan ketidaksenangan dalam dunia.
Seorang biksu harus dengan tekun, penuh pengertian, dan penuh perhatian mengamati kesadaran (Citta) sebagai kesadaran, melenyapkan keserakahan dan ketidaksenangan dalam dunia.
Seorang biksu harus dengan tekun, penuh pengertian, dan penuh perhatian mengamati pikiran (Dhamma) sebagai pikiran, melenyapkan keserakahan dan ketidaksenangan dalam dunia.
Para biksu, berjalanlah di dalam lingkunganmu (Gocara) sendiri, yang pernah dijalani oleh para pendahulumu. Bila engkau berjalan di jalan itu maka Mara tidak akan mendapat tempat untuk ditempati, dan tidak ada tempat untuk dihancurkan. Sesungguhnya dengan mengembangkan kebaikan maka jasa-jasa kebajikan akan bertambah.
(( Bab 02 ))
Para biksu, pada zaman dahulu kala ada seorang raja dunia (Cakkavatti) yang bernama Dalhanemi yang jujur memerintah berdasarkan kebenaran. Raja dari empat penjuru dunia, penakluk, pelindung rakyat, pemilik 7 macam permata**. Ia memiliki lebih dari 1.000 orang keturunan yang merupakan ksatria-ksatria perkasa penakluk musuh. Ia menguasai seluruh daratan hingga ke batas lautan yang ditaklukkan dengan kebenaran (Dhamma) bukan dengan kekerasan.
7 Permata yaitu;
Cakka atau Roda, lambang kekuatan dari kejujuran dan kebenaran.
Gajah, lampang keluhuran atau kesusilaan.
Kuda, lambang tanpa nafsu, penolakan, tak melekat.
Permata, lambang maha tahu.
Wanita, lambang suka cita atau kebahagiaan.
Kepala Rumah Tangga, lambang kebijaksanaan atau keterampilan.
Penasihat, lambang maha kuasa.
(( Bab 3 ))
Para biksu, setelah sekian ratusan tahun, dan ribuan tahun, raja Dalhanemi memerintahkan seseorang;
"Bila kau melihat roda permata surga (Dibba Cakka Ratana) telah sedikit bergeser dari tempatnya, maka beritahukan hal itu kepadaku."
Orang itu menjawab;
"Baiklah, paduka raja."
Setelah sekian ratusan tahun, dan ribuan tahun, orang itu melihat roda permata surga telah sedikit bergeser dari tempatnya. Ia pun menghadap raja Dalhanemi untuk melaporkan hal itu.
Raja Dalhanemi kemudian memanggil putra tertuanya dan berkata kepadanya;
"Anakku, dengarlah. Roda permata surga telah sedikit bergeser dari tempatnya.
Seperti yang telah diberitahukan kepadaku bahwa hal itu menandakan aku tidak akan hidup lama lagi.
Aku telah menikmati kenikmatan duniawi, maka saya akan mencukur rambut serta janggutku, mengenakan jubah kuning, dan meninggalkan kehidupan duniawi untuk menjadi pertapa.
Anakku, pimpinlah dunia ini hingga batas lautan."
Setelah raja Dalhanemi menyerahkan tahta kerajaan kepada putranya, ia mencukur rambut dan janggutnya, mengenakan jubah kuning, dan meninggalkan kehidupan duniawi untuk menjadi petapa.
Pada hari ketujuh semenjak raja meninggalkan istana, roda permata surga lenyap.
(( Bab 04 ))
Kemudian seseorang menghadap raja dan melaporkan hal itu kepadanya.
Raja bersedih dan berduka mendengar kabar itu. Ia pun pergi menemui pertapa raja dan berkata;
"Pertapa raja, demi kebenaran, ketahuilah bahwa roda permata surga telah lenyap."
Pertapa raja menjawab;
"Anakku, janganlah bersedih dan berduka karena roda permata surga bukanlah warisan dari ayahmu.
Anakku, putarlah roda kewajiban maha raja yang suci. Karena bila kau memutar roda kewajiban maha raja yang suci dan pada hari uposatha di bulan purnama kau membasuh kepalamu serta melaksanakan uposatha di teras utama tingkat atas istana kerajaan, maka roda permata surga akan muncul lengkap dengan 1.000 ruji, 1.000 roda dan as, serta bagian-bagian lainnya"
(( Bab 05 ))
"Tuanku, apakah yang dimaksud dengan roda kewajiban maha raja yang suci?"
"Anakku, hiduplah dalam kebenaran. Berbakti, hormati, dan bersujud kepada kebenaran. Pujalah kebenaran, sucikan dirimu dengan kebenaran, jadikan dirimu sebagai panji kebenaran dan lambang kebenaran, jadikan kebenaran sebagai tuanmu.
Perhatikan, jaga, dan lindungilah dengan baik keluargamu, tentara, bangsawan, menteri, rohaniawan, perumah tangga, para penduduk kota dan desa, sramana dan pertapa, serta binatang-binatang. Jangan biarkan kejahatan terjadi di dalam kerajaanmu. Bila di dalam kerajaanmu ada orang miskin maka berilah dia dana.
Anakku, apabila ada para sramana dan pertapa dalam kerajaanmu yang telah meninggalkan minuman keras, yang sabar serta lemah lembut, menguasai diri, menenangkan diri serta menyempurnakan diri, lantas sering datang menemuimu untuk bertanya tentang kabarmu, dan bertanya tentang perbuatan baik dan perbuatan buruk, perbuatan bermanfaat dan yang tidak bermanfaat, maka kau harus mendengar apa yang mereka tanyakan dan kau harus menghalangi mereka berbuat jahat serta menganjurkan mereka untuk berbuat baik. Anakku, inilah yang dinamakan roda kewajiban maha raja yang suci."
"Baiklah, tuanku," jawab sang raja.
(( Bab 06 ))
Ia patuh melaksanakan roda kewajiban maha raja yang suci. Pada hari uposatha raja membasuh kepalanya dan melaksanakan uposatha di teras utama tingkat atas istana kerajaan. Kemudian roda permata surga muncul lengkap dengan 1.000 ruji, roda, as, beserta bagian-bagian lainnya. Ketika raja melihatnya ia berpikir;
"Telah diberitahukan kepadaku bahwa raja yang melihat roda permata surga yang muncul maka akan menjadi raja dunia. Semoga saya menjadi penguasa dunia."
Para biksu. Kemudian raja bangkit dari tempat duduknya, membuka bahu bagian kanan, dengan tangan kiri ia mengambil sebuah kendi dan tangan kanan memercikkan air pada roda permata surga seraya berkata;
"Berputarlah roda permata surga. Maju dan taklukkanlah, roda permata surga."
Kemudian roda permata surga berputar maju ke arah timur, dan raja mengikutinya. Raja berangkat bersama 4 kelompok bala tentaranya, yaitu pasukan infantri, pasukan kavaleri, pasukan bergajah, serta pasukan pemanah. Di setiap tempat roda permata surga berhenti maka raja dan pasukannya menginap di sana.
Semua raja yang merupakan musuh yang berada di daerah bagian timur datang menemui raja dan berkata;
"Datanglah, maha raja dunia. Selamat datang, maha raja dunia. Semua ini adalah milikmu, maha raja dunia. Pimpinlah kami, maha raja dunia."
Raja memberi titah kepada mereka;
"Kalian janganlah membunuh makhluk hidup, jangan mengambil barang yang tidak diberikan, jangan berzinah, jangan berdusta, dan jangan mengkonsumsi makanan-minuman memabukkan. Nikmatilah apa yang menjadi hak kamu sekalian."
Semua raja yang merupakan musuh di daerah bagian timur menjadi taklukan sang maha raja dunia.
(( Bab 07 ))
Para biksu. Kemudian roda permata surga terjun ke dalam lautan timur dan muncul kembali lalu berputar maju ke arah selatan, dan raja mengikutinya. Raja berangkat bersama 4 kelompok bala tentaranya, yaitu pasukan infantri, pasukan kavaleri, pasukan bergajah, dan pasukan pemanah. Di setiap tempat roda permata surga berhenti maka raja dan pasukannya menginap di sana.
Semua raja yang merupakan musuh yang berada di daerah bagian selatan datang menemui raja dan berkata;
"Datanglah, maha raja dunia. Selamat datang, maha raja dunia. Semua ini adalah milikmu, maha raja dunia. Pimpinlah kami, maha raja dunia."
Raja memberi titah kepada mereka;
"Kalian janganlah membunuh makhluk hidup, jangan mengambil barang yang tidak diberikan, jangan berzinah, jangan berdusta, dan jangan mengkonsumsi makanan-minuman memabukkan. Nikmatilah apa yang menjadi hak kamu sekalian."
Semua raja yang merupakan musuh di daerah bagian selatan menjadi taklukan sang maha raja dunia.
Para biksu. Kemudian roda permata surga terjun ke dalam lautan selatan dan muncul kembali lalu berputar maju ke arah barat, dan raja mengikutinya. Raja berangkat bersama 4 kelompok bala tentaranya, yaitu pasukan infantri, pasukan kavaleri, pasukan bergajah, dan pasukan pemanah. Di setiap tempat roda permata surga berhenti maka raja dan pasukannya menginap di sana.
Semua raja yang merupakan musuh yang berada di daerah bagian barat datang menemui raja dan berkata;
"Datanglah, maha raja dunia. Selamat datang, maha raja dunia. Semua ini adalah milikmu, maha raja dunia. Pimpinlah kami, maha raja dunia."
Raja memberi titah kepada mereka;
"Kalian janganlah membunuh makhluk hidup, jangan mengambil barang yang tidak diberikan, jangan berzinah, jangan berdusta, dan jangan mengkonsumsi makanan-minuman yang memabukkan. Nikmatilah apa yang menjadi hak kamu sekalian."
Semua raja yang merupakan musuh di daerah bagian barat menjadi taklukan sang maha raja dunia.
Para biksu. Kemudian roda permata surga terjun ke dalam lautan barat dan muncul kembali lalu berputar maju ke arah utara, dan raja mengikutinya. Raja berangkat bersama 4 kelompok bala tentaranya, yaitu pasukan infantri, pasukan kavaleri, pasukan bergajah, dan pasukan pemanah. Di setiap tempat roda permata surga berhenti maka raja dan pasukannya menginap di sana.
Semua raja yang merupakan musuh yang berada di daerah bagian utara datang menemui raja dan berkata;
"Datanglah, maha raja dunia. Selamat datang, maha raja dunia. Semua ini adalah milikmu, maha raja dunia. Pimpinlah kami, maha raja dunia."
Raja memberi titah kepada mereka;
"Kalian janganlah membunuh makhluk hidup, jangan mengambil barang yang tidak diberikan, jangan berzinah, jangan berdusta, dan jangan mengkonsumsi makanan-minuman yang memabukkan. Nikmatilah apa yang menjadi hak kamu sekalian."
Semua raja yang merupakan musuh di daerah bagian utara menjadi taklukan sang maha raja dunia.
Setelah roda permata surga mengelilingi seluruh dunia hingga ke batas lautan, ia kembali ke ibukota kerajaan dan berhenti. Ia menetap tanpa bergerak di depan gedung pengadilan di gerbang istana raja. roda permata surga menambah keagungan istana dengan berada di sana.
(( Bab 08 ))
Para biksu, demikian juga raja kedua, raja ketiga, raja keempat, raja kelima, raja keenam, dan raja ketujuh.
Setelah sekian ratusan tahun, dan ribuan tahun, raja memerintahkan seseorang;
"Bila kau melihat roda permata surga telah sedikit bergeser dari tempatnya, maka beritahukan hal itu kepadaku."
Orang itu menjawab;
"Baiklah, paduka raja."
Setelah sekian ratusan tahun, dan ribuan tahun, orang itu melihat roda permata surga telah sedikit bergeser dari tempatnya. Ia pun menghadap raja untuk melaporkan hal itu.
Raja kemudian memanggil putranya dan berkata kepadanya;
"Anakku, dengarlah. Roda permata surga telah sedikit bergeser dari tempatnya.
Seperti yang telah diberitahukan kepadaku bahwa hal itu menandakan aku tidak akan hidup lama lagi.
Aku telah menikmati kenikmatan duniawi, maka saya akan mencukur rambut serta janggutku, mengenakan jubah kuning, dan meinggalkan kehidupan duniawi untuk menjadi pertapa.
Anakku, pimpinlah dunia ini hingga batas lautan."
Setelah raja menyerahkan tahta kerajaan kepada putranya, ia mencukur rambut dan janggutnya, mengenakan jubah kuning, dan meninggalkan kehidupan duniawi untuk menjadi pertapa.
Pada hari ketujuh semenjak raja meninggalkan istana, roda permata surga lenyap.
(( Bab 09 ))
Kemudian seseorang menghadap raja dan melaporkan hal itu kepadanya.
Raja bersedih dan berduka mendengar kabar itu. Namun, raja tidak pergi menemui pertapa raja untuk menanyakan roda kewajiban maha raja yang suci.
Dengan idenya dan caranya sendiri ia memerintah rakyatnya. Rakyatnya diperintah dengan cara yang berbeda dengan apa yang mereka ikuti dahulu, menjadi tidak berhasil seperti apa yang mereka biasa capai pada masa raja-raja terdahulu yang melaksanakan roda kewajiban maha raja yang suci.
Para biksu. Kemudian para menteri, pegawai istana, pejabat keuangan, pengawal serta penjaga, serta orang-orang yang hidup dengan melaksanakan pembacaan mantra pergi menghadap raja;
"Wahai, raja. Rakyatmu diperintah berdasarkan ide dan cara raja sendiri, yang berbeda dengan cara-cara terdahulu. Tidak membuahkan hasil seperti yang dicapai raja-raja masa dahulu yang memerintah berdasarkan roda kewajiban maha raja yang suci."
"Di dalam kerajaan terdapat para menteri, pegawai istana, pejabat keuangan, pengawal serta penjaga, dan orang-orang yang hidup dengan melaksanakan pembacaan mantra. Kami semua memiliki pengetahuan tentang roda kewajiban maha raja yang suci. Apabila raja ingin menanyakan hal itu kepada kami, maka kami akan menerangkannya."
(( Bab 10 ))
Para biksu, raja kemudian mempersilahkan mereka duduk, lalu bertanya kepada mereka tentang roda kewajiban maha raja yang suci. Merekapun menerangkannya.
Setelah raja mengetahui tentang roda kewajiban maha raja yang suci, ia mulai memperhatikan, menjaga, dan melindungi rakyatnya dengan baik. Akan tetapi, raja tidak memberikan dana kepada orang-orang miskin. Dan karena raja tidak memberikan dana kepada fakir miskin maka kemelaratan bertambah.
Ketika kemiskinan meluas, mulai terdapat orang yang mengambil barang yang tidak diberikan kepadanya. Perbuatan itu disebut mencuri. Orang itu ditangkap dan dihadapkan kepada raja. Mereka berkata;
"Raja, orang ini telah mengambil barang yang tidak diberikan kepadanya. Perbuatan itu adalah mencuri."
Raja bertanya kepada pencuri itu;
"Apakah benar kamu telah mengambil barang yang tidak diberikan kepadamu?"
"Benar, raja."
"Mengapa kau melakukannya?"
"Saya tidak memiliki apa-apa untuk bertahan hidup, raja."
Raja kemudian memberikan dana kepada pencuri itu, dan berkata;
"Dengan dana ini kau dapat menyambung hidupmu. Rawatlah orang tuamu, anak-anak dan istrimu. Kerjakan pekerjaanmu dan berdanalah selalu kepada para sramana dan pertapa, karena berdana akan membuahkan pahala untuk terlahir kembali di alam surga."
"Baiklah, raja."
(( Bab 11 ))
Para biksu. Tak lama kemudian ada orang lain yang mencuri. Ia ditangkap dan dihadapkan kepada raja;
"Raja, orang ini telah mencuri."
Raja bertanya alasan orang itu mencuri, lalu raja memberikan dana kepadanya.
(( Bab 12 ))
Semua orang telah mendengar kabar bahwa mereka yang ketahuan mencuri akan mendapatkan dana dari raja. Orang-orang pun mulai berkata;
"Marilah kita mencuri."
Mereka pun mulai mencuri, kemudian orang-orang yang tertangkap dan dihadapkan kepada raja pasti akan memberikan alasan kalau mereka mencuri demi mempertahankan hidup.
Suatu kali raja berpikir;
"Jika saya memberikan dana kepada setiap orang yang melakukan pencurian maka pencuri akan semakin banyak. Saya harus menghentikan perbuatan ini, ia harus dijatuhi dengan hukuman berat."
Raja pun memberi perintah kepada anak buahnya;
"Pengawal. Ikat dengan erat tangan pencuri ini. Gunduli kepalanya lalu arak dia keliling kota. Tabuh genderang senyaring-nyaringnya di setiap jalan. Bawa dia mulai pintu gerbang selatan, dan berhenti di selatan kota. Hukum dia dengan hukum pancung kepala."
Pengawalnya melaksanakan semua perintah raja.
(( Bab 13 ))
Para biksu. Kemudian semua orang telah mendengar kabar bahwa mereka yang ketahuan mencuri akan mendapatkan hukum mati dari raja. Orang-orang pun mulai berkata;
"Kita harus membawa pedang dan kita pancung orang-orang yang hendak menangkap kita."
Mereka pun mempersenjatai diri mereka dengan beragam senjata tajam saat menjalankan aksi pencurian di desa-desa maupun di kota-kota. Bahkan orang yang dicuri atau dirampok juga dibunuh.
(( Bab 14 ))
Para biksu, jika dana tidak diberikan kepada orang miskin maka kemelaratan meluas sehingga bertambahlah pencuri. Karena pencuri bertambah maka tindak kekerasan pun semakin berkembang. Dan karena terjadinya kekerasan maka pembunuhan terjadi. Karena pembunuhan menjadi hal yang biasa terjadi maka batas usia kehidupan dan keanggunan manusia mulai berkurang. Batas usia yang sediakalanya mencapai usia 80.000 tahun kini keturunan mereka hanya berusia 40.000 tahun.
Kemudian orang-orang yang batas usia kehidupannya 40.000 tahun ada yang mencuri. Orang itu ditangkap dan dihadapkan kepada raja. Mereka berkata;
"Raja, orang ini telah mencuri."
Raja bertanya kepada pencuri itu;
"Apakah benar kamu telah mencuri?"
Pencuri itu berdalih;
"Tidak, raja."
Dengan menjawab seperti itu pencuri itu telah berdusta dengan sengaja.
(( Bab 15 ))
Para biksu, jika dana tidak diberikan kepada orang miskin maka kemelaratan meluas sehingga bertambah pencuri. Karena pencuri bertambah maka tindak kekerasan pun semakin berkembang. Dan karena terjadi kekerasan maka pembunuhan dan berbohong terjadi. Karena pembunuhan dan kebohongan menjadi hal yang biasa terjadi maka batas usia kehidupan dan keanggunan manusia mulai berkurang. Batas usia yang sediakalanya mencapai 40.000 tahun kini keturunan mereka hanya berusia 20.000 tahun.
Kemudian orang-orang yang batas usia kehidupannya 20.000 tahun ada yang mencuri. Beberapa orang melaporkan hal itu kepada raja sambil mengatakan hal-hal buruk tentang orang itu.
(( Bab 16 ))
Para biksu, jika dana tidak diberikan kepada orang miskin maka kemelaratan meluas sehingga bertambahlah pencuri. Karena pencuri bertambah maka tindak kekerasan pun semakin berkembang. Dan karena terjadinya kekerasan maka pembunuhan, kebohongan, dan fitnahan terjadi. Karena pembunuhan, kebohongan, dan fitnah menjadi hal yang biasa terjadi maka batas usia kehidupan dan keanggunan manusia mulai berkurang. Batas usia yang sediakalanya mencapai usia 20.000 tahun kini keturunan mereka hanya berusia 10.000 tahun.
Kemudian orang-orang yang batas usia kehidupannya 10.000 tahun ada yang cantik dan ada yang jelek. Mereka yang berparas jelek merasa iri terhadap mereka yang berparas cantik. Akibatnya orang-orang yang berparas buruk ini berzinah dengan istri tetangga mereka.
(( Bab 17 ))
Para biksu, jika dana tidak diberikan kepada orang miskin maka kemelaratan meluas sehingga bertambahlah pencuri. Karena pencuri bertambah maka tindak kekerasan pun semakin berkembang. Dan karena terjadinya kekerasan maka pembunuhan, kebohongan, fitnahan, dan perzinahan terjadi. Karena pembunuhan, kebohongan, fitnahan, dan perzinahan menjadi hal yang biasa terjadi maka batas usia kehidupan dan keanggunan manusia mulai berkurang. Batas usia yang sediakalanya mencapai usia 10.000 tahun kini keturunan mereka hanya berusia 5.000 tahun.
Kemudian orang-orang yang batas usia kehidupannya 5.000 tahun mulai berkembang dua hal buruk, yaitu kata-kata kasar dan bualan. Karena kedua hal buruk ini berkembang maka batas usia kehidupan dan keanggunan manusia mulai berkurang. Batas usia kehidupan keturunan mereka hanya 2.500 tahun, bahkan ada yang hanya 2.000 tahun.
Kemudian orang-orang yang batas usia kehidupannya 2.500 tahun mulai berkembang dua hal buruk, yaitu iri hati dan dendam. Karena kedua hal buruk ini berkembang maka batas usia kehidupan dan keanggunan manusia mulai berkurang. Batas usia kehidupan keturunan mereka hanya 1.000 tahun.
Kemudian orang-orang yang batas usia kehidupannya 1.000 tahun mulai berkembang sebuah hal buruk, yaitu pandangan sesat (Miccha Ditthi). Karena hal buruk ini berkembang maka batas usia kehidupan dan keanggunan manusia mulai berkurang. Batas usia kehidupan keturunan mereka hanya 500 tahun.
Kemudian orang-orang yang batas usia kehidupannya 500 tahun mulai berkembang tiga hal buruk, yaitu perzinahan antar saudara, keserakahan, dan pemuasan nafsu. Karena ketiga hal buruk ini berkembang maka batas usia dan keanggunan manusia mulai berkurang. Batas usia kehidupan keturunan mereka hanya 250 tahun, bahkan ada yang hanya 200 tahun.
Kemudian orang-orang yang batas usia kehidupannya 250 tahun mulai berkembang hal-hal buruk seperti tidak berbakti kepada orang tua, tidak menghormati para sramana dan pertapa, dan tidak patuh kepada pemimpin.
(( Bab 18 ))
Para biksu, jika dana tidak diberikan kepada orang miskin maka kemelaratan meluas sehingga bertambahlah pencuri. Karena pencuri bertambah maka tindak kekerasan pun semakin berkembang. Dan karena terjadinya kekerasan maka pembunuhan, kebohongan, fitnahan, perzinahan, kata-kata kasar, bualan, iri hati, dendam, pandangan sesat, perzinahan sesama saudara, keserakahan, pemuasan nafsu, tidak berbakti kepada orang tua, tidak menghormati sramana dan pertapa, serta tidak patuh kepada pemimpin pun terjadi.
Karena hal-hal buruk ini menjadi hal yang biasa terjadi maka batas usia kehidupan dan keanggunan manusia mulai berkurang. Batas usia yang sediakalanya mencapai usia 250 tahun kini keturunan mereka hanya berusia 100 tahun.
(( Bab 19 ))
Para biksu, akan tiba pada suatu masa saat manusia mempunyai batas usia kehidupan hanya 10 tahun. Saat itu usia 5 tahun bagi wanita adalah usia perkawinan. Pada saat itu makanan seperti dadi susu, mentega, minyak tila, gula, dan garam akan lenyap. Bagi mereka biji-bijian kudrusa merupakan makanan terbaik seperti nasi dan kari yang menjadi makanan terbaik pada masa sekarang.
Pada saat itu 10 perbuatan baik tidak ada lagi, sedangkan 10 perbuatan buruk berkembang dengan cepat. Mereka tidak lagi menyebut perbuatan baik, atau siapa yang berbuat baik. Mereka tidak lagi memiliki rasa bakti kepada orang tua, tidak menghormati sramana dan pertapa, serta tidak lagi patuh kepada pemimpin. Rasa bakti, hormat dan patuh tidak ada lagi pada orang-orang yang mempunyai batas usia 10 tahun.
(( Bab 20 ))
Para biksu, orang-orang yang mempunyai batas usia kehidupan 10 tahun tidak akan ada lagi ibu, bibi dari pihak ibu, bibi dari pihak ayah, bibi dari pihak ayah yang merupakan istri dari saudara ayah, atau istri guru. Dunia akan diisi dengan kebiasaan bersetubuh dengan siapa saja, bagaikan kambing, domba, burung, babi, anjing, dan serigala.
Orang-orang saling bermusuhan. Yang kuat akan menjadi hukum. Perasaan benci dan dendam yang amat kuat. Hasrat membunuh dari ibu terhadap anaknya, anak terhadap ibunya, ayah terhadap anaknya, anak terhadap ayahnya, kakak terhadap adiknya, adik terhadap kakaknya, dan lainnya. Hal ini terjadi bagaikan pikiran ingin menang dari para atlet yang bertanding di sebuah perlombaan.
(( Bab 21 ))
Para biksu, pada saat itu akan muncul suatu Masa Pedang selama seminggu. Selama Masa Pedang ini mereka akan melihat orang lain sebagai binatang liar. Pedang tajam akan tampak selalu tersedia di tangan mereka. Yang mereka pikirkan hanyalah bahwa orang itu adalah binatang liar, dan dengan pedang mereka akan saling membunuh.
Sementara itu, terdapat orang-orang yang berpikir;
"Sebaiknya kita jangan membunuh, dan juga tidak membiarkan orang lain membunuh kita. Marilah kita bersembunyi di semak belukar, di dalam hutan, di cekungan tepi sungai, di dalam gua gunung. Dan kita akan hidup dengan memakan akar-akaran atau buah-buahan di hutan."
Mereka kemudian bersembunyi selama seminggu. Selepas Masa Pedang mereka keluar dari persembunyian mereka dan mereka saling berangkulan dan berkata;
"Kita masih hidup. Bahagia sekali melihat anda masih hidup."
Para biksu, dalam diri orang-orang itu muncul keinginan-keinginan seperti ini;
"Karena kita melakukan hal-hal jahat maka kita kehilangan banyak sanak saudara. Marilah kita berbuat kebajikan-kebajikan. Kebajikan apakah yang dapat kita perbuat? Marilah kita berusaha untuk tidak melakukan pembunuhan. Itulah perbuatan baik yang dapat kita lakukan."
Mereka pun berusaha untuk tidak membunuh, hal yang baik yang mereka lakukan terus-menerus. Karena melakukan kebajikan ini maka batas usia kehidupan dan keanggunan manusia mulai bertambah. Batas usia yang sediakalanya hanya 10 tahun kini keturunan mereka sudah berusia 20 tahun.
(( Bab 22 ))
Para biksu. Kemudian terdapat orang-orang yang batas usia kehidupannya 20 tahun berpikir;
"Karena kita berbuat kebajikan maka batas usia kehidupan dan keanggunan kita bertambah. Marilah kita meningkatkan kebajikan kita.
Marilah kita menahan diri dari mencuri, berzinah, berbohong, memfitnah, berkata-kata kasar, membual, ketamakan, kebencian, pandangan sesat.
Marilah kita tidak melakukan tiga hal buruk; tidak bersetubuh dengan keluarga sendiri, tidak serakah, dan tidak memuaskan nafsu.
Marilah kita berbakti kepada ayah dan ibu kita, menghormati para sramana dan pertapa, serta mematuhi pemimpin.
Marilah kita melakukan kebajikan-kebajikan ini."
Lantas, karena mereka melakukan hal-hal positif tersebut maka batas usia kehidupan dan keanggunan mereka mulai bertambah. Batas usia yang sediakalanya hanya 20 tahun kini keturunan mereka sudah berusia 40 tahun.
Lantas, batas usia yang sediakalanya hanya 40 tahun kini keturunan mereka sudah berusia 80 tahun. Lantas, keturunan mereka sudah berusia 160 tahun. Lantas, keturunan mereka sudah berusia 320 tahun. Lantas, keturunan mereka sudah berusia 640 tahun. Lantas, keturunan mereka sudah mencapai 2.000 tahun. Lantas, keturunan mereka sudah mencapai 4.000 tahun. Lantas, keturunan mereka sudah mencapai 20.000 tahun. Lantas, keturunan mereka sudah mencapai 40.000 tahun. Dan akhirnya, keturunan mereka kembali memiliki batas usia kehidupan 80.000 tahun.
(( Bab 23 ))
Pada saat kehidupan mencapai 80.000 tahun, bagi wanita usia masa subur adalah 500 tahun. Pada masa itu orang-orang hanya akan diserang oleh 3 jenis penyakit, yaitu keserakahan, lupa makan, dan usia tua.
Orang-orang di Jambudvipa pada masa itu amat makmur dan berjaya. Desa-desa dan kota-kota saling berdekatan sehingga ayam jantan dapat terbang melintasi satu kota ke kota lainnya. Jambudvipa bagaikan neraka Avici, penuh dengan penduduk bagaikan hutan yang dipenuhi dengan semak dan belukar.
(( Bab 24 ))
Pada masa ini kota Baranasi yang sekarang kita kenal dengan nama Ketumati, merupakan ibukota kerajaan yang besar dan makmur, berpenduduk paling padat serta berpangan paling cukup. Jambudvipa akan terdapat 84.000 kota dengan Ketumati sebagai ibu kotanya.
Para biksu, pada masa itu, di ibukota kerajaan, Ketumati, akan muncul seorang raja dunia bernama Sankha yang jujur memerintah berdasarkan kebenaran. Raja dari empat penjuru dunia, penakluk, pelindung rakyat, dan pemilik 7 macam permata. Ia memiliki lebih dari 1.000 orang keturunan yang merupakan ksatria-ksatria perkasa penakluk musuh. Ia menguasai seluruh daratan hingga ke batas lautan yang ditaklukkan dengan kebenaran bukan dengan kekerasan.
(( Bab 25 ))
Para biksu, pada masa itu, di dunia akan muncul seorang Bhagava Arahat Samma Sambuddha bernama Maitreya yang sempurna dalam pengetahuan dan pelaksanaannya, sempurna menempuh jalan, pengenal segenap alam, pembimbing manusia yang tiada taranya, yang sadar serta yang patut dimuliakan, yang sama seperti Aku sekarang.
Ia, dengan dirinya sendiri akan mengetahui dengan sempurna dan melihat dengan jelas alam semesta bersama alam-alam kehidupan para dewa, para brahma, dan mara, serta para sramana, para pertapa, para pangeran, dan lainnya, seperti apa yang Aku tahu dengan sempurna dan lihat dengan jelas sekarang.
Dhamma adalah kebenaran yang indah pada permulaan, indah pada pertengahan, dan indah pada akhir akan dibabarkan dalam kata-kata dengan sempurna dengan penuh kesucian, seperti yang Aku lakukan sekarang.
Ia akan diikuti oleh beberapa ribu biksu sangha, seperti Aku sekarang ini yang diikuti oleh beberapa ratus biksu sangha.
(( Bab 26 ))
Para biksu, raja Sankha akan membangun kembali tempat suci yang pernah dibangun oleh raja Maha Panada. Tempat suci itu akan diberikannya sebagai dana kepada para sramana, pertapa, pengembara, pengemis, dan mereka yang membutuhkannya, tetapi sang raja kemudian akan tinggal di tempat suci itu.
Raja Sankha akan mencukur rambut dan janggutnya, mengenakan jubah kuning, meninggalkan kehidupan berumah tangga dan menjadi siswa Bhagava Arahat Samma Sambuddha Maitreya. Setelah raja Sankha meninggalkan kehidupan duniawi, ia akan hidup menyendiri dan dengan usaha sungguh-sungguh, tekad, penuh kewaspadaan berusaha menguasai dirinya.
Tidak lama kemudian raja Sankha akan mencapai tujuan yang merupakan cita-cita dari mereka yang meninggalkan kehidupan duniawi dan hidup sebagai pertapa. Masih dalam kehidupan dalam dunia ini, ia akan mencapai, mengetahui, merealisasi tujuan akhir dari penghidupan suci.
(( Bab 27 ))
Para biksu, jadikanlah dirimu sebagai pulau bagi dirimu sendiri. Berlindunglah pada dirimu sendiri, dan jangan berlindung pada hal yang lain. Hiduplah di dalam Dhamma sebagai pulau bagi dirimu sendiri. Hiduplah di dalam Dhamma sebagai pelindung bagi dirimu sendiri, dan jangan berlindung pada hal yang lain.
Para biksu, bagaimanakah seseorang bisa menjadi pulau bagi dirinya sendiri? Sebagai pelindung bagi dirinya sendiri, dan tidak berlindung pada hal yang lain? Bagaimanakah seseorang hidup di dalam Dhamma sebagai pulau bagi dirinya? Hidup di dalam Dhamma sebagai pelindung bagi dirinya sendiri, dan tidak berlindung pada hal yang lain?
Para biksu, seorang biksu harus dengan tekun, penuh pengertian, dan penuh perhatian mengamati tubuh sebagai tubuh, melenyapkan keserakahan dan ketidaksenangan dalam dunia.
Seorang biksu harus dengan tekun, penuh pengertian, dan penuh perhatian mengamati perasaan sebagai perasaan, melenyapkan keserakahan dan ketidaksenangan dalam dunia.
Seorang biksu harus dengan tekun, penuh pengertian, dan penuh perhatian mengamati kesadaraan sebagai kesadaran, melenyapkan keserakahan dan ketidaksenangan dalam dunia.
Seorang biksu harus dengan tekun, penuh pengertian, dan penuh perhatian mengamati pikiran sebagai pikiran, melenyapkan keserakahan dan ketidaksenangan dalam dunia.
Para biksu, begitulah cara seorang biksu menjadikan dirinya sendiri sebagai pulau bagi dirinya sendiri, menjadikan dirinya sendiri sebagai pelindung bagi dirinya sendiri, dan tidak berlindung pada hal yang lain.
Ia hidup di dalam Dhamma sebagai pulau bagi dirinya sendiri, ia hidup di dalam Dhamma sebagai pelindung bagi dirinya sendiri, dan tidak berlindung pada hal yang lain.
(( Bab 28 ))
Para biksu, berjalanlah di dalam lingkunganmu sendiri, yang pernah dijalani oleh para pendahulumu. Bila engkau berjalan di jalan itu maka usiamu akan bertambah, keanggunanmu akan bertambah, kebahagiaanmu akan bertambah, kekayaanmu akan bertambah, dan kekuatanmu akan bertambah.
Para biksu, apakah yang dimaksud dengan usia?
Dalam hal ini, seorang biksu mengembangkan empat dasar kemampuan batin (iddhipada) dengan membangkitkan (chanda), semangat (virya), kesadaran (citta), dan penyelidikan (vimamsa) tentang pelaksanaan, usaha, dan meditasi. Dengan dikembangkannya empat dasar kemampuan batin ini, maka bila ia menginginkan, ia dapat hidup selama satu kalpa atau selama masa kalpa di mana ia hidup.
Inilah yang dimaksud dengan usia.
Kalpa adalah rentang waktu yang dihitung mulai dari terbentuknya hingga musnahnya dunia. Rentang waktu itu kurang lebih 4,23 miliar tahun.
Para biksu, apakah yang dimaksud dengan keanggunan?
Dalam hal ini, seorang biksu melaksanakan peraturan-peraturan moral (sila), mengendalikan dirinya sesuai dengan patimokkha, sempurna dalam sikap dan tingkah laku, dapat melihat bahaya dalam kesalahan walaupun kecil, dan melatih diri dengan melaksanakan sila.
Inilah yang dimaksud dengan keanggunan.
Para biksu, apakah yang dimaksud dengan kebahagiaan?
Dalam hal ini, seorang biksu menjauhkan diri dari pemuasan nafsu, bebas dari pikiran-pikiran jahat, mencapai dan menetap pada jhana 1 dengan memiliki usaha untuk menangkap objek (vitakka), menguasai objek (vicara), kegiuran (piti), kebahagiaan (sukha), dan ketenangan (viveka) batin.
Dengan melenyapkan menangkap objek dan menguasai objek ia mencapai dan menetap pada jhana 2 dengan diliputi kegiuran, kebahagiaan, dan ketenangan batin.
Dengan melenyapkan kegiuran ia mencapai dan menetap pada jhana 3 dengan diliputi kebahagiaan dan ketenangan batin.
Dengan melenyapkan kebahagiaan ia mencapai dan menetap pada jhana 4 dengan pikiran terpusat dan penuh ketenangan batin.
Inilah yang dimaksud dengan kebahagiaan.
Para biksu, apakah yang dimaksud dengan kekayaan?
Dalam hal ini, seorang biksu membiarkan batinnya diliputi oleh cinta kasih (metha) yang dipancarkannya ke satu arah, dua arah, tiga arah, dan empat arah. Demikian juga ia mengarahkan cinta kasihnya ke arah atas, ke arah bawah, dan ke samping. Demikianlah seluruh dunia ia pancarkan cinta kasih yang tanpa batas, mulia, tak terukur, yang bebas dari kebencian dan iri hati.
Seorang biksu yang membiarkan batinnya diliputi oleh welas asih (karuna) yang dipancarkannya ke satu arah, dua arah, tiga arah, dan empat arah. Demikian juga ia mengarahkan welas asihnya ke arah atas, ke arah bawah, dan ke samping. Demikianlah seluruh dunia ia pancarkan welas asih yang tanpa batas, mulia, tak terukur, yang bebas dari kebencian dan iri hati.
Seorang biksu yang membiarkan batinnya diliputi oleh rasa simpati (mudita) yang dipancarkannya ke satu arah, dua arah, tiga arah, dan empat arah. Demikian juga ia mengarahkan rasa simpati ke arah atas, ke arah bawah, dan ke samping. Demikianlah seluruh dunia ia pancarkan rasa simpati yang tanpa batas, mulia, tak terukur, yang bebas dari kebencian dan iri hati.
Seorang biksu yang membiarkan batinnya diliputi oleh ketenangan batin (upekkha) yang dipancarkannya ke satu arah, dua arah, tiga arah, dan empat arah. Demikian juga ia mengarahkan ketenangan batin ke arah atas, ke arah bawah, dan ke samping. Demikianlah seluruh dunia ia pancarkan keseimbangan batin yang tanpa batas, mulia, tak terukur, yang bebas dari kebencian dan iri hati.
Inilah yang dimaksud dengan kekayaan.
Para biksu, apakah yang dimaksud dengan kekuatan?
Dalam hal ini, seorang biksu melenyapkan kekotoran batin (asava) sehingga pada kehidupan sekarang ini ia mencapai dan menetap dalam keadaan batin yang suci dan kebijaksanaan yang suci.
Inilah yang dimaksud dengan kekuatan.
Para biksu, tiada kekuatan lain yang sulit ditaklukkan selain kekuatan Mara, akan tetapi, perbuatan baik (kusala) yang dikembangkan akan menjadi cara paling baik untuk menaklukkan Mara.
Demikianlah yang diucapkan oleh Sang Buddha. Para biksu merasakan kegembiraan setelah mendengar uraian itu.