Sutra Cularahulovada
Sang Buddha membabarkan Dhamma tentang ketidak-kekalan kepada Rahula. Beribu-ribu dewa datang ke hutan Jeta untuk mendengarkannya. Dewa-dewa itu adalah teman-teman pada kelahiran masa lampau Rahula. Pada kehidupan lampau itu, Rahula pernah bertekad di depan para dewa itu bahwa ia akan menjadi putra seorang Samma Sambuddha.
(( Bab 1 ))
Demikianlah yang telah kudengar.
Pada suatu ketika Sang Buddha berada di vihara Jeta, taman milik Anathapindika, di kota Savatthi.
(( Bab 2 ))
Pada saat itu, Sang Buddha yang sedang sendirian dalam meditasi muncul pemikiran di dalam diri beliau;
Kondisi-kondisi kebebasan di dalam diri Rahula telah matang. Mungkin sudah saatnya Aku membimbing Rahula untuk lebih jauh lagi dalam penghancuran noda-noda batinnya.
Kemudian, di pagi hari, Sang Buddha merapikan jubahNya, membawa mangkuk serta jubah luarNya, memasuki kota Savatthi untuk berdana makanan. Setelah mendapatkan dana makanan di Savatthi, pulang ke vihara dan menghabiskan makananNya Sang Buddha berkata kepada Rahula;
Bawalah alas dudukmu, Rahula. Kita akan memasuki hutan Orang Buta untuk melewatkan hari di sana.
Rahula menjawab Sang Buddha;
Baiklah, Sang Bhagava.
Rahula membawa alas duduknya dan mengikuti Sang Buddha. Pada saat itu, ribuan dewa mengikuti Sang Buddha. Mereka berpikir;
Hari ini Sang Bhagava akan membimbing Rahula lebih jauh lagi dalam pelenyapan noda-noda batin.
Setiba Sang Buddha di dalam hutan Orang Buta, Beliau duduk di sebuah akar pohon sebagai tempat duduk. Rahula bersujud kepada Sang Buddha kemudian duduk di satu sisi.
(( Bab 3 ))
Kemudian Sang Buddha bertanya kepada Rahula;
Apa pendapatmu, Rahula. Apakah mata itu kekal atau tidak kekal?
Tidak kekal, Sang Bhagava.
Apakah akibat dari ketidak-kekalan adalah kebahagiaan atau penderitaan?
Penderitaan, Sang Bhagava.
Cocokkah jika sesuatu yang berhubungan dengan ketidak-kekalan, penderitaan, mudah berubah, dipandang dengan;
"Ini milikku. Ini aku. Ini diriku." ?
Tidak, Sang Bhagava.
Apa pendapatmu, Rahula. Apakah bentuk itu kekal atau tidak kekal?
Tidak kekal, Sang Bhagava.
Apakah akibat dari ketidak-kekalan adalah kebahagiaan atau penderitaan?
Penderitaan, Sang Bhagava.
Cocokkah jika sesuatu yang berhubungan dengan ketidak-kekalan, penderitaan, mudah berubah, dipandang dengan;
"Ini milikku. Ini Aku. Ini diriku." ?
Tidak, Sang Bhagava.
Apa pendapatmu, Rahula. Apakah kesadaran mata itu kekal atau tidak kekal?
Tidak kekal, Sang Bhagava.
Apakah akibat dari ketidak-kekalan adalah kebahagiaan atau penderitaan?
Penderitaan, Sang Bhagava.
Cocokkah jika sesuatu yang berhubungan dengan ketidak-kekalan, penderitaan, mudah berubah, dipandang dengan;
"Ini milikku. Ini aku. Ini diriku." ?
Tidak, Sang Bhagava.
Apa pendapatmu, Rahula. Apakah kontak mata itu kekal atau tidak kekal?
Tidak kekal, Sang Bhagava.
Apakah akibat dari ketidak-kekalan adalah kebahagiaan atau penderitaan?
Penderitaan, Sang Bhagava.
Cocokkah jika sesuatu yang berhubungan dengan ketidak-kekalan, penderitaan, mudah berubah, dipandang dengan;
"Ini milikku. Ini Aku. Ini diriku." ?
Tidak, Sang Bhagava.
Apa pendapatmu, Rahula. Apakah perasaan, persepsi, bentuk-bentuk, dan kesadaran yang muncul dari kontak mata itu kekal atau tidak kekal?
Tidak kekal, Sang Bhagava.
Apakah akibat dari ketidak-kekalan adalah kebahagiaan atau penderitaan?
Penderitaan, Sang Bhagava.
Cocokkah jika sesuatu yang berhubungan dengan ketidak-kekalan, penderitaan, mudah berubah, dipandang dengan;
"Ini milikku. Ini aku. Ini diriku." ?
Tidak, Sang Bhagava.
(( Bab 4 ))
Apa pendapatmu, Rahula. Apakah telinga itu kekal atau tidak kekal?
Tidak kekal, Sang Bhagava.
Apakah akibat dari ketidak-kekalan adalah kebahagiaan atau penderitaan.
Penderitaan, Sang Bhagava.
Cocokkah jika sesuatu yang berhubungan dengan ketidak-kekalan, penderitaan, mudah berubah, dipandang dengan;
"Ini milikku. Ini aku. Ini diriku." ?
Tidak, Sang Bhagava.
Apa pendapatmu, Rahula. Apakah suara itu kekal atau tidak kekal?
Tidak kekal, Sang Bhagava.
Apakah akibat dari ketidak-kekalan adalah kebahagiaan atau penderitaan?
Penderitaan, Sang Bhagava.
Cocokkah jika sesuatu yang berhubungan dengan ketidak-kekalan, penderitaan, mudah berubah, dipandang dengan;
"Ini milikku. Ini aku. Ini diriku." ?
Tidak, Sang Bhagava.
Apa pendapatmu, Rahula. Apakah kesadaran telinga itu kekal atau tidak kekal?
Tidak kekal, Sang Bhagava.
Apakah akibat dari ketidak-kekalan adalah kebahagiaan atau penderitaan?
Penderitaan, Sang Bhagava.
Cocokkah jika sesuatu yang berhubungan dengan ketidak-kekalan, penderitaan, mudah berubah, dipandang dengan;
"Ini milikku. Ini aku. Ini diriku." ?
Tidak, Sang Bhagava.
Apa pendapatmu, Rahula. Apakah kontak telinga itu kekal atau tidak kekal?
Tidak kekal, Sang Bhagava.
Apakah akibat dari ketidak-kekalan adalah kebahagiaan atau penderitaan?
Penderitaan, Sang Bhagava.
Cocokkah jika sesuatu yang berhubungan dengan ketidak-kekalan, penderitaan, mudah berubah, dipandang dengan;
"Ini milikku. Ini aku. Ini diriku." ?
Tidak, Sang Bhagava.
Apa pendapatmu, Rahula. Apakah perasaan, persepsi, bentuk-bentuk, dan kesadaran yang muncul dari kontak telinga itu kekal atau tidak kekal?
Tidak kekal, Sang Bhagava.
Apakah akibat dari ketidak-kekalan adalah kebahagiaan atau penderitaan?
Penderitaan, Sang Bhagava.
Cocokkah jika sesuatu yang berhubungan dengan ketidak-kekalan, penderitaan, mudah berubah, dipandang dengan;
"Ini milikku. Ini aku. Ini diriku." ?
Tidak, Sang Bhagava.
(( Bab 5 ))
Apa pendapatmu, Rahula. Apakah hidung itu kekal atau tidak kekal?
Tidak kekal, Sang Bhagava.
Apakah akibat dari ketidak-kekalan adalah kebahagiaan atau penderitaan?
Penderitaan, Sang Bhagava.
Cocokkah jika sesuatu yang berhubungan dengan ketidak-kekalan, penderitaan, mudah berubah, dipandang dengan;
"Ini milikku. Ini aku. Ini diriku." ?
Tidak, Sang Bhagava.
Apa pendapatmu, Rahula. Apakah aroma itu kekal atau tiak kekal?
Tidak kekal, Sang Bhagava.
Apa akibat dari ketidak-kekalan adalah kebahagiaan atau penderitaan?
Penderitaan, Sang Bhagava.
cocokkah jika sesuatu yang berhubungan dengan ketidak-kekalan, penderitaan, mudah berubah, dipandang dengan;
"Ini milikku. Ini aku. Ini diriku." ?
Tidak, Sang Bhagava.
Apa pendapatmu, Rahula. Apakah kesadaran hidung itu kekal atau tidak kekal?
Tidak kekal, Sang Bhagava.
Apakah akibat dari ketidak-kekalan adalah kebahagiaan atau penderitaan?
Penderitaan, Sang Bhagava.
Cocokkah jika sesuatu yang berhubungan dengan ketidak-kekalan, penderitaan, mudah berubah, dipandang dengan;
"Ini milikku. Ini aku. Ini diriku." ?
Tidak, Sang Bhagava.
Apa pendapatmu, Rahula. Apakah kontak hidung itu kekal atau tidak kekal?
Tidak kekal, Sang Bhagava.
Apakah akibat dari ketidak-kekalan adalah kebahagiaan atau penderitaan?
Penderitaan, Sang Bhagava.
Cocokkah jika sesuatu yang berhubungan dengan ketidak-kekalan, penderitaan, mudah berubah, dipandang dengan;
"Ini milikku. Ini aku. Ini diriku." ?
Tidak, Sang Bhagava.
Apa pendapatmu, Rahula. Apakah perasaan, persepsi, bentuk-bentuk, dan kesadaran yang muncul dari kontak hidung itu kekal atau tidak kekal?
Tidak kekal, Sang Bhagava.
Apakah akibat dari ketidak-kekalan adalah kebahagiaan atau penderitaan.
Penderitaan, Sang Bhagava.
Cocokkah jika sesuatu yang berhubungan dengan ketidak-kekalan, penderitaan, mudah berubah, dipandang dengan;
"Ini milikku. Ini aku. Ini diriku." ?
Tidak, Sang Bhagava.
(( Bab 6 ))
Apa pendapatmu, Rahula. Apakah lidah itu kekal atau tidak kekal?
Tidak kekal, Sang Bhagava.
Apakah akibat dari ketidak-kekalan adalah kebahagiaan atau penderitaan?
Penderitaan, Sang Bhagava.
Cocokkah jika sesuatu yang berhubungan dengan ketidak-kekalan, penderitaan, mudah berubah, dipandang dengan;
"Ini milikku. Ini aku. Ini diriku." ?
Tidak, Sang Bhagava.
Apa pendapatmu, Rahula. Apakah rasa itu kekal atau tidak kekal?
Tidak kekal, Sang Bhagava.
Apakah akibat dari ketidak-kekalan adalah kebahagiaan atau penderitaan?
Penderitaan, Sang Bhagava.
Cocokkah jika sesuatu yang berhubungan dengan ketidak-kekalan, penderitaan, mudah berubah, dipandang dengan;
"Ini milikku. Ini aku. Ini diriku." ?
Tidak, sang Bhagava.
Apa pendaptmu, Rahula. Apakah kesadaran lidah itu kekal atau tidak kekal?
Tidak kekal, Sang Bhagava.
Apakah akibat dari ketidak-kekalan adalah kebahagiaan atau penderitaan?
Penderitaan, Sang Bhagava.
Cocokkah jika sesuatu yang berhubungan dengan ketidak-kekalan, penderitaan, mudah berubah, dipandang dengan;
"Ini milikku. Ini aku. Ini diriku." ?
Tidak, Sang Bhagava.
Apa pendapatmu, Rahula. Apakah kontak lidah itu kekal atau tidak kekal?
Tidak kekal, Sang Bhagava.
Apakah akibat dari ketidak-kekalan adalah kebahagiaan atau penderitaan?
Penderitaan, Sang Bhagava.
Cocokkah jika sesuatu yang berhubungan dengan ketidak-kekalan, penderitaan, mudah berubah, dipandang dengan;
"Ini milikku. Ini aku. Ini diriku." ?
Tidak, Sang Bhagava.
Apa pendapatmu, Rahula. Apakah perasaan, bentuk-bentuk, persepsi, dan kesadaran yang muncul dari kontak lidah itu kekal atau tidak kekal?
Tidak kekal, Sang Bhagava.
Apakah akibat dari ketidak-kekalan adalah kebahagiaan atau penderitaan?
Penderitaan, Sang Bhagava.
Cocokkah jika sesuatu yang berhubungan dengan ketidak-kekalan, penderitaan, mudah berubah, dipandang dengan;
"Ini milikku. Ini aku. Ini diriku." ?
Tidak, Sang Bhagava.
(( Bab 7 ))
Apa pendapatmu, Rahula. Apakah tubuh itu kekal atau tidak kekal?
Tidak kekal, Sang Bhagava.
Apakah akibat dari ketidak-kekalan adalah kebahagiaan atau penderitaan?
Penderitaan, Sang Bhagava.
Cocokkah jika sesuatu yang berhubungan dengan ketidak-kekalan, penderitaan, mudah berubah, dipandang dengan;
"Ini milikku. Ini aku. Ini diriku." ?
Tidak, Sang Bhagava.
Apa pendapatmu, Rahula. Apakah objek sentuhan itu kekal atau tidak kekal?
Tidak kekal, Sang Bhagava.
Apakah akibat dari ketidak-kekalan adalah kebahagiaan atau penderitaan?
Penderitaan, Sang Bhagava.
Cocokkah jika sesuatu yang berhubungan dengan ketidak-kekalan, penderitaan, mudah berubah, dipandang dengan;
"Ini milikku. Ini aku. Ini diriku." ?
Tidak, Sang Bhagava.
Apa pendapatmu, Rahula. Apakah kesadaran sentuhan itu kekal atau tidak kekal?
Tidak kekal,Sang Bhagava.
Apakah akibat dari ketidak-kekalan adalah kebahagiaan atau penderitaan?
Penderitaan, Sang Bhagava.
Cocokkah jika sesuatu yang berhubungan dengan ketidak-kekalan, penderitaan, mudah berubah, dipandang dengan;
"Ini milikku. Ini aku. Ini diriku." ?
Tidak, Sang bhagava.
Apa pendapatmu, Rahula. Apakah kontak tubuh itu kekal atau tidak kekal?
Tidak kekal, Sang Bhagava.
Apakah akibat dari ketidak-kekalan adalah kebahagiaan atau penderitaan?
Penderitaan, Sang Bhagava.
Cocokkah jika sesuatu yang berhubungan dengan ketidak-kekalan, penderitaan, mudah berubah, dipandang dengan;
"Ini milikku. Ini aku. Ini diriku." ?
Tidak, Sang Bhagava.
Apa pendapatmu, Rahula. Apakah perasaan, persepsi, bentuk-bentuk, dan kesadaran yang muncul dari kontak tubuh itu kekal atau tidak kekal?
Tidak kekal, Sang Bhagava.
Apakah akibat dari ketidak-kekalan adalah kebahagiaan atau penderitaan?
Penderitaan, Sang Bhagava.
Cocokkah jika sesuatu yang berhubungan dengan ketidak-kekalan, penderitaan, mudah berubah, dipandang dengan;
"Ini milikku. Ini aku. Ini diriku." ?
Tidak, Sang Bhagava.
(( Bab 8 ))
Apa pendapatmu, Rahula. Apakah pikiran itu kekal atau tidak kekal?
Tidak kekal, Sang Bhagava.
Apakah akibat dari ketidak-kekalan adalah kebahagiaan atau penderitaan?
Penderitaan, Sang Bhagava.
Cocokkah jika sesuatu yang berhubungan dengan ketidak-kekalan, penderitaan, mudah berubah, dipandang dengan;
"Ini milikku. Ini aku. Ini diriku." ?
Tidak, Sang Bhagava.
Apa pendapatmu, Rahula. Apakah objek pikiran itu kekal atau tidak kekal?
Tidak kekal, Sang Bhagava.
Apakah akibat dari ketidak-kekalan adalah kebahagiaan atau penderitaan?
Penderitaan, Sang Bhagava.
Cocokkah jika sesuatu yang berhubungan dengan ketidak-kekalan, penderitaan, mudah berubah, dipandang dengan;
"Ini milikku. Ini aku. Ini diriku." ?
Tidak, Sang Bhagava.
Apa pendapatmu, Rahula. Apakah kesadaran pikiran itu kekal atau tidak kekal?
Tidak kekal, Sang Bhagava.
Apakah akibat dari ketidak-kekalan adalah kebahagiaan atau penderitaan?
Penderitaan, Sang Bhagava.
Cocokkah jika sesuatu yang berhubungan dengan ketidak-kekalan, penderitaan, mudah berubah, dipandang dengan;
"Ini milikku. Ini aku. Ini diriku." ?
Tidak, Sang Bhagava.
Apa pendapatmu, Rahula. Apakah kontak pikiran itu kekal atau tidak kekal?
Tidak kekal, Sang Bhagava.
Apakah akibat dari ketidak-kekalan adalah kebahagiaan atau penderitaan?
Penderitaan, Sang Bhagava.
Cocokkah jika sesuatu yang berhubungan dengan ketidak-kekalan, penderitaan, mudah berubah, dipandang dengan;
"Ini milikku. Ini aku. Ini diriku." ?
Tidak, Sang Bhagava.
Apa pendapatmu, Rahula. Apakah perasaan, persepsi, bentuk-bentuk, dan kesadaran yang muncul dari kontak pikiran itu kekal atau tidak kekal?
Tidak kekal, Sang Bhagava.
Apakah akibat dari ketidak-kekalan adalah kebahagiaan atau penderitaan?
Penderitaan, Sang Bhagava.
Cocokkah jika sesuatu yang berhubungan dengan ketidak-kekalan, penderitaan, mudah berubah, dipandang dengan;
"Ini milikku. Ini aku. Ini diriku." ?
Tidak, Sang Bhagava.
(( Bab 9 ))
Dengan melihat demikan, Rahula, seorang siswa yang dibimbing oleh seorang suci menjadi tumbuh rasa kecewa terhadap mata, kecewa terhadap bentuk, kecewa terhadap kesadaran mata, kecewa terhadap kontak mata, dan kecewa terhadap perasaan, persepsi, bentuk-bentuk, dan kesadaran yang muncul dari kontak mata.
Dengan melihat demikian, Rahula, seorang siswa yang dibimbing oleh seorang suci menjadi tumbuh rasa kecewa terhadap telinga, kecewa terhadap suara, kecewa terhadap kesadaran telinga, kecewa terhadap kontak telinga, dan kecewa terhadap perasaan, persepsi, bentuk-bentuk, dan kesadaraan yang muncul dari kontak telinga.
Dengan melihat demikian, Rahula, seorang siswa yang dibimbing oleh seorang suci menjadi tumbuh rasa kecewa terhadap hidung, kecewa terhadap aroma, kecewa terhadap kesadaran hidung, kecewa terhadap kontak hidung, dan kecewa terhadap perasaan, persepsi, bentuk-bentuk, dan kesadaran yang muncul dari kontak hidung.
Dengan melihat demikian, Rahula, seorang siswa yang dibimbing oleh seorang suci menjadi tumbuh rasa kecewa terhadap lidah, kecewa terhadap rasa, kecewa terhadap kesadaran lidah, kecewa terhadap kontak lidah, dan kecewa terhadap perasaan, persepsi, bentuk-bentuk, dan kesadaran yang muncul dari kontak lidah.
Dengan melihat demikian, Rahula, seorang siswa yang dibimbing oleh seorang suci menjadi tumbuh rasa kecewa terhadap tubuh, kecewa terhadap objek sentuhan, kecewa terhadap kesadaran tubuh, kecewa terhadap kontak tubuh, dan kecewa terhadap perasaan, persepsi, bentuk-bentuk, dan kesadaran yang muncul dari kontak tubuh.
Dengan melihat demikian, Rahula, seorang siswa yang dibimbing oleh seorang suci menjadi tumbuh rasa kecewa terhadap pikiran, kecewa terhadap objek pikiran, kecewa terhadap kesadaran pikiran, kecewa terhadap kontak pikiran, dan kecewa terhadap perasaan, persepsi, bentuk-bentuk, dan kesadaran yang muncul dari kontak pikiran.
(( 10 ))
Dengan melihat demikian, seseorang tumbuh rasa kecewa. Kekecewaan membuat nafsu keinginan seseorang berkurang. Berkurangnya nafsu keinginan membuat seseorang melepaskan kemelekatan. Dengan melepaskan kemelekatan tumbuhlah kebijaksanaan "Pembebasan Agung". Dan ia akan memahami arti "Akhir dari kelahiran, mencapai pencerahan, pencapaian akhir. Tiada lagi kelahiran dan kematian."
Itulah yang dibabarkan Sang Buddha. Sangat puas sekali, Yang Arya Rahula bergembira dengan ajaran itu. Saat Dhamma itu dibabarkan, batin Rahula bebas dari kemelekatan dan noda-noda. Dan ribuan dewa memperoleh Mata Dhamma yang bersih tanpa noda.
"Segala sesuatu yang tunduk pada kemunculan, juga tunduk pada kelenyapan."