Kisah Biksu Cakkhupala-Dhammapada
Kisah Biksu Cakkhupala
Manopubbangama dhamma,
manosettha manomaya,
manasa ce padutthena,
bhasati va karoti va,
tato nam dukkhamanveti,
cakkamva vahato padam.
Segala sesuatu dipelopori oleh pikiran**, dipimpin oleh pikiran, dan diciptakan oleh pikiran.
Jika seseorang berbicara atau bertindak dengan pikiran jahat, maka penderitaan akan mengikutinya,
bagaikan roda mengikuti jejak sapi yang menarik pedati.
... dipelopori oleh pikiran; semua fenoma mental dipelopori oleh pikiran dalam arti pikiran yang menyebabkan munculnya perasaan (vedana), persepsi (sanna), dan bentuk-bentuk mental (sankhara).
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan Cakkhupala, seorang biksu buta.
Pada suatu waktu, biksu Cakkhupala datang untuk bersujud kepada Sang Buddha di vihara Jetavana. Pada suatu malam, ketika sedang melakukan meditasi berjalan, ia tanpa sengaja menginjak mati beberapa ekor serangga.
Pagi harinya, beberapa biksu yang mengunjungi biksu Cakkhupala menemukan serangga-serangga yang tergeletak tak bernyawa. Para biksu itu berprasangka buruk terhadap biksu Cakkhupala dan melaporkan hal itu kepada Sang Buddha.
Sang Buddha bertanya kepada para biksu itu, bagaimana mereka tahu bahwa biksu Cakkhupala telah membunuh serangga-serangga itu. Mereka tidak dapat menjawab.
Sang Buddha lalu berkata, "Sama seperti kalian yang tidak melihat terjadinya pembunuhan itu, biksu Cakkhupala juga tidak melihat keberadaan serangga-serangga itu. Di samping itu, karena biksu Cakkhupala telah mencapai kearahatan, maka ia tidak lagi memiliki niat untuk membunuh, dan ia tidaklah bersalah."
Pada saat Sang Buddha ditanyai mengapa biksu Cakkhupala buta, padahal dirinya adalah seorang arahat, Sang Buddha menceritakan kepada mereka sebuah kisah kehidupan masa lampau.
Pada kehidupan masa lampaunya, biksu Cakkhupala adalah seorang tabib. Pada suatu hari, seorang wanita buta dan miskin datang kepadanya. Wanita itu berjanji palsu kepada sang tabib bahwa ia dan anak-anaknya akan menjadi pelayannya jika matanya dapat disembuhkan.
Karena wanita itu takut kalau dirinya dan anak-anaknya akan menjadi pelayannya, maka ia berbohong kepada sang tabib. Ia berkata kepada sang tabib bahwa kerusakan kedua matanya semakin parah, padahal pada kenyataannya, matanya telah sembuh total.
Tabib itu tahu kalau wanita itu mempermainkannya, dan sebagai balasan, tabib itu memberikan kepada wanita itu ramuan lain yang membuatnya benar-benar buta. Akibat tindakkan jahat itu sang tabib mengalami kebutaan selama beberapa kehidupan.
Lalu Sang Buddha mengucapkan ayat itu. Setelah mendengar ucapan Sang Buddha, banyak di antara para biksu mencapai kearahatan yang disertai dengan pandangan terang (pati sambhida).
Dhammapada ayat 001 bab Syair Berpasangan