Kisah Biksu Channa - Dhammapada
Kisah Biksu Channa
Na bhaje papake mitte,
na bhaje purisadhame,
bhajetha mitte kalyyane,
bhajetha purisuttame.
Seseorang seharusnya tidak bergabung bersama teman-teman yang jahat,
atau bersama dengan orang-orang jahat,
seseorang seharusnya bergabung bersama teman-teman yang baik,
dan bersama mereka yang mulia.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, sehubungan dengan biksu Channa.
Channa adalah pelayan yang menemani pangeran Siddharta saat ia meninggalkan kehidupan duniawi dan meninggalkan istana dengan menunggang kuda putihnya. Saat pangeran mencapai kebuddhaan, Channa juga menjadi biksu.
Sebagai biksu, Channa amat sombong dan kasar karena ia merasa memiliki hubungan dekat dengan Sang Buddha. Ia sering berkata, "Aku bersama tuanku saat ia meninggalkan istana menuju hutan. Pada saat itu, hanya akulah yang menemani tuanku dan tidak ada yang lain. Namun kini, Sariputra dan Moggallana berkata, 'kami adalah murid utama', dan mereka menguasai semuanya."
Saat Sang Buddha memanggilnya dan menegurnya atas kebiasaan buruknya, ia diam namum tetap mencela dan mengejek kedua murid utama. Kemudian Sang Buddha memanggilnya dan menasihatinya hingga 3 kali. Tetap saja ia tidak berubah.
Sang Buddha kembali memanggil Channa dan berkata, "Channa, kedua biksu ini adalah teman baikmu, kau haruslah bersama dengan mereka dan memperlakukan mereka dengan baik."
Lalu Sang Buddha mengucapkan ayat itu.
Walaupun telah berulang kali dinasihati dan dibimbing oleh Sang Buddha, Channa tetap bertindak sesuka hatinya dan tetap bersikap kasar dan mengejek biksu-biksu.
Sang Buddha mengetahui hal itu dan berkata bahwa Channa tidak akan berubah selama Sang Buddha masih hidup, namun setelah diri-Nya parinibbana, Channa akan berubah.
Pada malam parinibbana-Nya, Sang Buddha memanggil biksu Ananda dan memberikan petunjuk kepadanya untuk memberikan hukuman Brahmadanda (semua biksu tidak menghiraukan dan tidak meladeni biksu tertentu) kepada Channa.
Setelah Sang Buddha parinaibbana, Channa merenungkan hukuman dari biksu Ananda, dan ia merasa kepahitan dan penyesalan yang mendalam karena telah bertindak salah dan ia tidak sadarkan diri sebanyak 3 kali.
Kemudian, ia mengakui kesalahannya kepada para biksu dan meminta maaf. Sejak saat itu, ia berubah sikap dan pandangannya. Ia juga menerima semua petunjuk mereka dalam latihan meditasi, tak lama kemudian ia mencapai kearahatan.
Dhammapada ayat 078 bab Syair Orang Bijaksana