Kisah Biksu Godhika - Dhammapada
Kisah Biksu Godhika
Tesam sampannasilam,
appamadaviharinam,
sammadanna vimuttanam,
maro maggam na vandati.
Mara tidak dapat menemukan jejak,
yang dilalui mereka yang suci,
yang hidup dengan penuh kesadaran,
dan telah terbebaskan dari kekotoran batin dengan pandangan benar.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Veluvana, sehubungan dengan biksu Godhika.
Pada suatu waktu, biksu Godhika dengan rajin berlatih samadhi dan pandangan terang di atas sebuah lempengan batu di sisi gunung Isigili di Magadha.
Pada saat ia mencapai pemusatan pikiran (jhana) ia jatuh sakit. Hal itu mengganggu latihannya. Tanpa mempedulikan sakitnya, ia terus berlatih dengan keras. Namun, setiap kali ia memperoleh sedikit kemajuan, sakit kembali menyerangnya. Demikianlah ia berkutat sebanyak 6 kali.
Akhirnya, ia mengarahkan pikirannya untuk mengenyahkan seluruh rintangan dan berusaha mencapai kearahatan walaupun ia harus mati. Maka, tanpa beristirahat ia melanjutkan latihannya dengan tekun. Pada akhirnya ia memutuskan untuk menyerah dengan membunuh dirinya sendiri. Pada saat mati ia mencapai kearahatan.
Mara mengetahui bahwa biksu Godhika telah meninggal dunia, ia mencoba mencari tahu di alam manakah biksu itu terlahirkan, namun ia gagal menemukannya. Maka, dengan menjelma sebagai seorang pemuda, mara mendatangi Sang Buddha dan bertanya di mana biksu Godhika berada.
Sang Buddha menjawab, "Itu tidak ada manfaat bagimu untuk tahu di mana biksu Godhika berada, karena ia telah melenyapkan kekotoran batin dan menjadi arahat. Orang sepertimu, mara, walau dengan seluruh kekuatanmu tetap tidak akan dapat mengetahui di mana seorang suci seperti arahat pergi setelah meninggal."
Sang Buddha lalu mengucapkan ayat itu.
Dhammapada ayat 057 bab Syair Bunga