Kisah Biksu Lakundaka Bhaddiya - Dhammapada
Kisah Biksu Lakundaka Bhaddiya
Selo yatha ekaghano,
vatena na samitrati,
evam nindapasamsasu,
na samanjanti pandita.
Bagaikan gunung batu,
tak tergoyahkan oleh angin,
begitu jugalah, pujian dan hinaan,
tak dapat mempengaruhi orang bijaksana.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, sehubungan dengan biksu Bhaddiya.
Bhaddiya adalah salah seorang biksu yang tinggal di vihara Jetavana. Karena tubuhnya yang pendek ia dikenal dengan sebutan si kerdir (Lakundaka) oleh biksu-biksu lainnya.
Ia mempunyai sifat yang amat baik, bahkan para biksu muda sering menggodanya dengan menarik hidung dan telinganya, atau menepuk kepalanya. Sangat sering mereka bergurau dengan berkata, "Paman, apa kabar? Apakah kau bahagia, atau kau bosan dengan kehidupanmu sebagai biksu di sini?" dan lainnya.
Biksu Bhaddiya tidak pernah menanggapinya dengan marah, atau mengasari mereka. Bahkan di dalam hatinya ia tidak marah kepada mereka.
Pada saat membahas tentang kesabaran biksu Bhaddiya, Sang Buddha berkata, "Seorang arahat tidak pernah marah, ia tidak lagi memiliki keinginan untuk berkata kasar atau berkehendak jahat terhadap yang lain. Ia bagaikan sebuah gunung bebatuan, dan gunung itu tidak tergoyahkan, demikian juga, seorang arahat tak terpengaruh oleh hinaan maupun pujian."
Sang Buddha lalu mengucapkan ayat itu.
Dhammapada ayat 081 bab Syair Orang Bijaksana