Kisah Biksu Tissa-Dhammapada
Kisah Biksu Tissa
Akkocchi mam avadhi mam,
ajini mam ahasi me,
ye ca tam upanayhanti,
veram tesam na sammati.
Akkocchi mam avadhi mam,
ajini mam ahasi me,
ye ca tam nupanayhanti,
veram tesupasammati.
"Ia menyakitiku, ia mengasariku, ia lebih dariku, ia merebut milikku."
Mereka yang menyimpan pikiran seperti itu, maka permusuhan tidak akan berakhir.
"Ia menyakitiku, ia mengasariku, ia lebih dariku, ia merebut milikku."
Mereka yang tidak menyimpan pikiran seperti itu, maka permusuhan akan berakhir.
Sang Buddha mengucapkan ayat-ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan biksu Tissa.
Tissa adalah putra dari bibi Sang Buddha. Pada suatu saat, ia tinggal bersama Sang Buddha. Ia kemudian menjadi biksu pada saat usianya sudah lanjut, namun ia bertingkah seolah-olah ia adalah seorang biksu senior, dan sangat senang bila ada biksu yang datang dan melayaninya.
Di sisi lain, ia gagal melaksanakan tugas-tugasnya yang harus dijalankannya selaku biksu junior. Selain itu, ia sering berselisih dengan biksu-biksu muda.
Saat ada yang menegur kebiasaan buruknya, ia akan mengadu kepada Sang Buddha, menangis dengan penuh ketidakpuasan dan menyedihkan. Biksu-biksu lainnya juga mengikutinya ke hadapan Sang Buddha.
Sang Buddha menyarankan kepada meraka untuk tidak terpancing oleh pikiran bermusuhan, karena permusuhan akan hanya diredakan dengan tidak memusuhi.
Lalu Sang Buddha mengucapkan ayat-ayat itu. Setelah mendengar ucapan Sang Buddha, 100.000 biksu mencapai kesucian sotapanna.
Dhammapada ayat 003 dan 004 bab Syair Berpasangan