Kisah Kalayakkhini-Dhammapada
Kisah Kalayakkhini
Na hi berena verani,
sammantidha kudacam,
averena ca sammanti,
esa dhammo sanatano**.
Esa dhammo sanatano; mirip dengan poranako dhammo, doktrin yang dianut oleh Sang Buddha dan murid-muridnya. Tujuannya adalah tidak membenci kebencian, namun menaklukkan kebencian dengan cinta kasih.
Di dunia ini, kebencian tidak dapat dihilangkan dengan kebencian.
Kebencian hanya dapat dihilangkan dengan cinta kasih.
Inilah hukum abadi.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan seorang wanita yang mandul dan saingannya.
Pada suatu waktu, hiduplah seorang perumah-tangga yang istrinya mandul. Kemudian ia menikah lagi dengan seorang wanita lainnya. Perseteruan di mulai pada saat istri tuanya menyebabkan istri mudanya keguguran, dan akhirnya meninggal dunia saat melahirkan.
Pada kehidupan selanjutnya, mereka berdua terlahir sebagai seekor induk ayam dan seekor kucing, kemudian seekor rusa betina dan seekor macan tutul, dan akhirnya sebagai seorang putri dari keluarga bangsawan di Savatthi dan seorang raksasa wanita (kalayakkhini) bernama Kali.
Pada suatu hari, Kali sedang mengejar-gejar seorang wanita yang sedang menggendong bayi, dan kemudian wanita itu mengetahui bahwa Sang Buddha berada di sekitar situ, sedang membabarkan ajaran suci di vihara Jetavana.
Wanita itu pun bergegas melarikan diri ke vihara Jetavana, dan setelah sampai, ia meletakkan bayinya untuk berlindung di kaki Sang Buddha. Sementara itu, Kali berhenti di depan gerbang vihara karena dihadang dan dicegah untuk masuk oleh arwah penjaga vihara.
Sang Buddha lalu memanggil kedua-duanya, baik wanita itu maupun Kali, untuk menghadap-Nya. Sang Buddha memberitahukan kepada mereka tentang kehidupan-kehidupan lampau mereka, mulai dari perseteruan sebagai istri-istri seorang pria, sebagai seekor induk ayam dan seekor kucing, dan sebagai seekor rusa betina dan seekor macan tutul.
Mereka dinasihati bahwa membenci hanya akan memperdalam kebencian, dan kebencian hanya akan hilang dengan persahabatan, pengertian, dan niat baik.
Lalu Sang Buddha mengucapkan ayat itu. Setelah mendengar ucapan Sang Buddha, Kali mencapai kesucian sotapanna dan dendamnya berakhir.
Dhammapada ayat 005 bab Syair Berpasangan