Kisah Kosiya, si Kikir - Dhammapada
Kisah Kosiya, si Orang Kaya Yang Kikir
Yathipi bhamaro puppham,
vannagandhamahethayam,
paleti rasamadaya,
evam game muni care.
Bagaikan lebah mengisap madu dan terbang pergi,
tanpa merusak warna ataupun aroma bunga,
begitu jugalah, biksu tinggal dan berperilaku di dalam pedesaan.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavan, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan murid utama-Nya, Maha Moggallana dan Kosiya, si orang kaya yang kikir.
Di desa Sakkara, di dekat kota Rajagaha, hiduplah seorang yang kaya raya namun kikir bernama Kosiya, yang enggan berdana walaupun bagian terkecil dari sesuatu yang ia miliki.
Pada suatu hari, untuk menghindari berbagi dengan orang lain, Kosiya dan istrinya membuat kue di tingkat teratas rumahnya, di mana tidak ada seorang pun yang dapat melihat mereka.
Pada pagi harinya, di hari yang sama, Sang Buddha lewat kekuatan batin-Nya melihat Koliya dan istrinya, dan tahu bahwa mereka berdua akan segera mencapai kesucian sotapanna. Maka Sang Buddha mengutus murid utama-Nya, Maha Moggallana, pergi ke rumahnya untuk membawa mereka berdua ke vihara Jetavana pada saat makan siang.
Maha Moggallana dengan kekuatan batinnya, secepat kilat tiba di rumah Kosiya dan berdiri di depan jendelanya. Koliya melihatnya dan menyuruhnya untuk pergi. Maha Moggallana tetap berdiri di sana tanpa berkata sepatah kata pun.
Akhirnya, Kosiya berkata kepada istrinya, "Buatlah sebuah kue terkecil untuk biksu itu."
Istrinya pun mengambil sedikit adonan dan menuangkannya ke dalam wayan, namun anehnya, kuenya mengembang besar memenuhi seluruh wayan. Kosiya mengira istrinya menuangkan terlalu banyak adonan, maka ia mengambil sedikit adonan dan menuangkannya ke dalam wayan. Kuenya juga kembali mengembang besar. Itu terus menerus terjadi, sedikit apa pun mereka menuangkan adonan, mereka tidak mampu membuat kue ukuran kecil.
Akhirnya, Kosiya menyuruh istrinya mengambil salah satu kue dari dalam keranjang dan mempersembahkannya kepada biksu itu. Pada saat istrinya mencoba mengambil satu kue dari dalam keranjang, kue itu tidak dapat keluar karena semua kuenya menempel dan tidak dapat dipisahkan.
Setelah kejadian itu, Kosiya tidak berselera lagi dengan kue-kuenya dan mempersembahkan semuanya kepada Maha Moggallana. Setelah menerimanya, Maha Moggallana membalas kebaikan mereka dengan mengkotbahkan Dhamma. Ia juga memberitahukan kepada mereka bahwa Sang Buddha sedang menunggunya bersama 500 biksu di vihara Jetavana, 45 yojana (675 km) dari Rajagaha.
Maha Moggallana dengan kesaktiannya, membawa mereka berdua beserta sekeranjang penuh kue menghadap Sang Buddha. Sesampainya mereka di sana, mereka mempersembahkan kue-kue itu kepada Sang Buddha dan 500 biksu.
Setelah selesai makan, Sang Buddha membalas kebajikan mereka dengan membabarkan Dhamma. Kosiya dan istrinya mencapai kesucian sotapanna.
Sore berikutnya, pada saat para biksu sedang berbincang memuji Maha Moggallana, Sang Buddha datang dan berkata kepada mereka, "Para biksu. Kalian juga seharusnya tinggal dan berperilaku di pedesaan seperti Maha Moggallana, menerima persembahan dari penduduk tanpa menghilangkan kepercayaan dan kemurahan hati ataupun harta benda mereka."
Lalu Sang Buddha mengucapkan ayat itu.
Dhammapada ayat 049 bab Syair Bunga