Kisah Maha Kappina - Dhammapada
Kisah Biksu Maha Kappina
Dhammapiti sukham seti,
vippasannena cetasa,
aruyappavedite dhamme,
sada ramati pandito.
Orang yang meminum Dhamma,
akan hidup bahagia dengan pikiran yang tenang,
orang bijaksana selalu bersuka di dalam Dhamma,
yang telah dijelaskan oleh para ariya.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan biksu Maha Kappina.
Maha Kappina adalah raja kerajaan Kukkutavati. Ia memiliki seorang ratu yang bernama Anoja. Ia juga mempunyai 1.000 menteri yang membantunya memerintah.
Pada suatu hari, raja ditemani oleh 1.000 menteri itu sedang berjalan-jalan di taman. Di sana, mereka bertemu beberapa pedagang dari Savatthi. Setelah mendengar tentang Buddha, Dhamma, dan Sangha dari para pedagang itu, raja dan menteri-menterinya segera berangkat ke Savatthi.
Hari itu, saat Sang Buddha memperhatikan dunia dengan kesaktian-Nya, Ia melihat Maha Kappina dan para menterinya sedang menuju Savatthi. Sang Buddha juga tahu bahwa mereka akan segera mencapai kearahatan.
Sang Buddha pergi ke suatu tempat yang berjarak 120 yojana (1.800 km) dari Savatthi untuk bertemu dengan mereka. Di sana, Ia duduk di bawah sebatang pohon cemara di tepi sungai Candabhaga menungu kedatangan mereka.
Pada saat mereka melihat Sang Buddha yang tubuh-Nya memancarkan sinar 6 warna, mereka mendekati-Nya dan bersujud kepada-Nya. Sang Buddha lalu mengkhotbahkan Dhamma kepada mereka. Setelah mendengarkan khotbah itu, raja beserta menteri-menterinya mencapai kesucian sotapanna, dan mereka memohon kepada Sang Buddha untuk mengizinkan mereka memasuki keanggotaan Sangha.
Sang Buddha merenungkan kehidupan masa lampau mereka dan mendapati bahwa mereka pernah mempersembahkan jubah kuning pada salah satu kehidupan masa lampau mereka, lalu Sang Buddha berkata, "Ehi, bhikkhu." Dan mereka semua menjadi biksu.
Sementara itu, ratu Anoja yang mengetahui tentang kepergian raja ke Savatthi, memanggil istri-istri para menteri, dan bersama-sama mereka mengikuti jejak raja.
Mereka sampai di tempat di mana Sang Buddha berada dan melihat Sang Buddha yang memancarkan sinar 6 warna. Mereka lalu bersujud kepada-Nya.
Saat itu, Sang Buddha dengan kekuatan batin-Nya telah membuat raja dan para menterinya tak terlihat oleh istri-istri mereka. Ratu kemudian bertanya kepada Sang Buddha keberadaan suaminya dan menteri-menterinya.
Sang Buddha berkata kepada ratu dan rombongannya untuk menunggu sebentar dan raja akan segera datang beserta menteri-menterinya. Lalu Sang Buddha mengkotbahkan Dhamma. Di akhir kotbah-Nya, raja beserta menteri-menterinya mencapai kearahatan, sementara ratu beserta rombongannya mencapai kesucian sotapanna. Seketika itu juga ratu beserta rombongannya melihat biksu-biksu yang baru ditahbiskan dan mengenali mereka adalah suami-suami mereka.
Wanita-wanita itu juga meminta izin kepada Sang Buddha untuk menjadi anggota Sangha biksuni. Mereka lalu ditunjuk ke Savatthi. Di sana mereka ditahbiskan sebagai biksuni dan tak lama kemudian mereka mencapai kesucian arahat. Sang Buddha lalu kembali ke vihara Jetavana bersama 1.000 biksu itu.
Di vihara Jetavana, biksu Maha Kappina saat beristirahat pada malam atau siang hari sering berkata, "Betapa bahagianya (Aho sukham)."
Biksu-biksu yang mendengar biksu Maha Kappina begitu sering mengucapan kata itu, memberitahukan hal itu kepada Sang Buddha. Kepada mereka Sang Buddha berkata, "Putra-Ku, Maha Kappina, telah mencicipi Dhamma, hidup dengan bahagia dengan pikiran yang tenang. Kata-katanya yang diulang-ulang itu adalah ekspresinya sehubungan dengan nibbana."
Sang Buddha lalu mengucapkan ayat itu.
Dhammapada ayat 079 bab Syair Orang Bijaksana