Kisah Pertanyaan Ananada - Dhammapada
Kisah Pertanyaan Ananda
Na pupphagandho pativatameti,
na candanam tagara mallika va,
satanca gandho pativatameti,
sabba disa sappuriso pavayati.
Cadanam tagaram vapi,
uppalam atha vassiki,
etesam gandhajatanam,
silagandho anittaro.
Keharuman bunga tidak dapat melawan hembusan angin,
begitu pun cendana, tagara, maupun melati,
hanya nama baik seseorang yang dapat melawan hembusan angin,
kemasyuran orang suci merebak ke segala penjuru.
Keharuman dari cendana, tagara,
bunga teratai dan melati,
dari semua keharuman,
aroma kebajikan melebihi segala kewangian.
Sang Buddha mengucapkan ayat-ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, sehubungan dengan pertanyaan biksu Ananda.
Pada saat biksu Ananda sedang duduk seorang diri di malam hari, masalah berkaitan dengan aroma dan keharuman muncul di dalam pikirannya.
Biksu Ananda berpikir, "Aroma kayu cendana, aroma bunga-bungaan, dan aroma akar-akaran menyerbak mengikuti arah hembusan angin namun tidak dapat melawan arah angin. Apakah ada aroma yang dapat menyebar dengan mengikuti dan melawan arah angin? Adakah aroma yang dapat meliputi seluruh dunia?"
Tanpa menjawab pertanyaannya sendiri, biksu Ananda menjumpai Sang Buddha dan memohon jawaban dari-Nya.
Sang Buddha berkata, "Ananda, seandainya, ada orang yang berlindung kepada Triratna, yang melaksanakan pancasila, yang murah hati dan tidak kikir. Orang seperti itu sungguh mulia dan layak dipuji. Reputasi orang suci itu akan menyebar jauh dan luas, dan para biksu, para brahma, dan para upasaka-upasika sering memuji dirinya, di mana pun ia berada."
Sang Buddha lalu mengucapkan kedua ayat itu.
Dhammapada ayat 054 dan 055 bab Syair Bunga