Kisah Putigatta Tissa-Dhammapada
Kisah Biksu Putigatta Tissa
Aciram vata' yam kayo,
pathavim adhisessati,
chuddho apetavinnano,
niratthamva kalingaram.
Tidak lama lagi, tubuh ini akan terbaring di tanah, tanpa kesadaran,
diterlantarkan bagaikan balok yang tak berguna.
Sang Buddha mengucapkan ayat itu pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan biksu Tissa, si biksu bertubuh bau busuk.
Setelah menerima petunjuk meditasi dari Sang Buddha, biksu Tissa dengan rajin berlatih meditasi, saat itu ia sedang menderita sakit. Bintik-bintik kecil terlihat di seluruh tubuhnya dan lama-lama berkembang menjadi bisul-bisul besar. Pada saat bisul besar itu pecah, jubah atas dan jubah bawahnya menjadi berbau busuk dan bernoda nanah dan darah. Itulah sebabnya ia dikenal dengan sebutan Putigatta Tissa, Tissa di biksu bertubuh bau busuk.
Saat Sang Buddha sedang memperhatikan dunia dengan kebijaksanaan-Nya, Ia melihat biksu Tissa. Sang Buddha melihat penderitaan biksu Tissa yang telah ditinggalkan murid-muridnya akibat bau busuk tubuhnya.
Pada saat yang bersamaan, Sang Buddha tahu bahwa Tissa akan segera mencapai kearahatan. Maka Sang Buddha pergi membuat perapian di dekat biksu Tissa berada.
Di sana, Sang Buddha merebus air, dan pergi ke tempat biksu Tissa berbaring, dan Ia memegang ujung dipannya. Setelah itu, sisa-sisa muridnya berkumpul mengelilinginya, dan sesuai petunjuk Sang Buddha, mereka menandu biksu Tissa menuju ke perapian.
Di sana biksu Tissa dibersihkan dan dimandikan. Pada saat biksu Tissa sedang dimandikan, jubahnya dicuci dan dikeringkan.
Setelah mandi, biksu Tissa merasa segar di sekujur tubuh maupun dalam pikirannya, dan segera mengembangkan konsentrasi terpusat. Sang Buddha yang sedang berdiri di depan dipannya berkata kepadanya bahwa saat tubuh ini tidak memiliki kehidupan maka akan sama sekali tidak berguna bagaikan sebuah balok yang tergeletak di atas tanah.
Lalu Sang Buddha mengucapkan ayat itu. Setelah mendengar ucapan Sang Buddha, biksu Tissa mencapai kearahatan beserta pandangan terang analistisnya, lalu meninggal dunia.
Dhammapada ayat 041 bab Syair Pikiran