Kisah Sariputra-Dhammapada
Kisah Biksu Sariputra
Asare saramatino,
sare casaradassino,
te saram nadhigacchanti,
micchasankappagocara.
Sarana sarato natva,
asaranca adhigacchanti,
te saram adhigacchanti,
sammasankappagocara.
Mereka yang menganggap ketidakbenaran sebagai kebenaran,
menganggap kebenaran sebagai ketidakbenaran,
maka orang seperti itu tak akan mencapai kebenaran,
karena mereka berpedoman pada pandangan salah.
Mereka yang menganggap kebenaran sebagai kebenaran,
menganggap ketidakbenaran sebagai ketidakbenaran,
maka orang seperti itu akan mencapai kebenaran,
karena mereka berpedoman pada pandangan benar.
Sang Buddha mengucapkan ayat-ayat ini pada saat berada di vihara Veluvana (Taman Bambu), di dekat kota Rajagaha, sehubungan dengan Sanjaya, mantan guru murid utama-Nya, biksu Sariputra dan biksu Maha Moggallana.
Upatissa dan Kolita adalah dua orang pemuda dari Upatissa dan Koliya, dua desa yang berdekatan dengan kota Rajagraha. Pada saat menonton sebuah pertunjukan mereka menyadari ketanpa-intian semua benda, dan mereka memutuskan untuk mencari jalan pembebasan.
Awalnya, mereka mengunjungi Sanjaya, pertapa pengembara dari Rajagaha. Namun mereka tidak merasa puas dengan ajaran gurunya itu. Maka mereka melanglang buana dan akhirnya kembali ke kampung halaman mereka. Setelah mencari kemana-mana, mereka tidak menemukan ajaran yang benar.
Mereka pun membuat kesepakatan, bila salah seorang di antara mereka berhasil menemukan ajaran yang benar, maka orang itu harus segera memberitahukannya kepada yang lain.
Pada suatu hari, Upatissa lewat di depan biksu Assaji, dan dari biksu itu ia mengetahui intisari Dhamma pada saat sang biksu mengucapkan suatu syair yang diawali dengan, "segala sesuatu muncul karena sebab dan akibat". Setelah mendengar syair itu, Upatissa mencapai kesucian sotapanna.
Kemudian, sesuai dengan kesepakatan, Upatissa mengunjungi temannya, Koliya, menjelaskan kepadanya bahwa dirinya telah mencapai keadaan Tanpa Kematian, dan ia pun mengulangi syair itu kepada Koliya. Koliya juga mencapai kesucian sotapanna setelah mendengar syair itu.
Mereka teringat kepada guru mereka, Sanjaya. Mereka kemudian pergi menemuinya dan berkata kepadanya, "Kami telah menemukan seseorang yang dapat menunjukkan kepada kita Jalan menuju Ketanpa Matian. Seorang Buddha telah muncul di dunia ini. Dhamma telah muncul. Sangha telah muncul. Mari, kita mencari Guru itu."
Mereka amat berharap mantan guru mereka mau pergi bersama mereka bertemu dengan Buddha dan mendengarkan ajaran-Nya, hingga dapat mencapai kesucian. Namun, Sanjaya menolaknya.
Maka Upatissa dan Kolita bersama dengan 250 pengikutnya, pergi menjumpai Sang Buddha di vihara Veluvana. Di sana mereka ditahbiskan dan bergabung di dalam persamuan sebagai biksu. Upatissa, putra Rupasari, diberi nama Sariputra. Kolita, putra Moggali, diberi nama Maha Moggallana.
Tujuh hari setelah ditahbiskan, Maha Moggallana mencapai kearahatan. Sedangkan Sariputra dalam waktu 2 minggu mencapai kearahatan. Pada hari itu, Sang Buddha menyatakan bahwa mereka berdua adalah Murid Utama-Nya.
Kedua murid utama itu membahas dengan Sang Buddha tentang kunjungan mereka ke festival Giragga, pertemuan mereka dengan biksu Assaji, hingga pencapaian kesotapanaan. Mereka juga bercerita tentang mantan guru mereka, Sanjaya, yang menolak untuk bergabung dengan mereka berdua.
Sanjaya pernah berkata, "Setelah menjadi guru dari banyak murid, bagiku, untuk menjadi murid seseorang bagaikan kendi yang berubah menjadi cangkir. Selain itu, orang yang bijaksana hanya sedikit, sedangan orang bodoh begitu banyak. Biarlah mereka yang bijaksana berguru kepada Gotama yang bijaksana, sedangkan yang bodoh tetap berguru kepadaku. Pergilah, jalanilah pilihanmu, murid-muridku."
Oleh sebab itu, seperti yang Sang Buddha utarakan, harga diri Sanjaya telah menghalangi dirinya untuk melihat kebenaran sebagai kebenaran. Ia melihat ketidakbenaran sebagai kebenaran, dan tidak akan pernah tiba pada kebenaran sejati.
Lalu Sang Buddha mengucapkan ayat-ayat itu. Setelah mendengar ucapan Sang Buddha, banyak orang yang mencapai kesucian tingkat sotapanna.
Dhammapada ayat 011 dan 012 bab Syair Berpasangan