Kisah Seorang Biksu(2)-Dhammapada
Kisah Seorang Biksu (2)
Dunniggahassa lahuno,
yatthakamanipatino,
cittassa damatho sadhu,
cittam dantam sukhavaham.
Pikiran amat sukar dikendalikan,
berubah-ubah dan gesit,
pikiran bergerak dan melekat ke segala tempat yang ia kehendaki,
pikiran yang terkendali akan membawa kebahagiaan.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan seorang biksu.
Pada suatu waktu, terdapat 60 biksu yang setelah memperoleh petunjuk meditasi dari Sang Buddha pergi ke desa Matika yang terletak di kaki gunung.
Di sana, Matikamata, ibu dari kepala desa, mempersembahkan dana makanan kepada mereka. Ia juga membangun sebuah vihara untuk mereka, maka mereka dapat tinggal di desa itu selama musim hujan.
Para biksu itu mengajari Matikamata meditasi terhadap 32 bagian tubuh untuk menyadari pelapukan dan penguraian tubuh. Ia berlatih dengan tekun dan akhirnya memperoleh 3 magga dan phala beserta pandangan terang dan kekuatan batin. Padahal ke-60 biksu itu masih belum mencapai keberhasilan seperti itu.
Dari berkah magga dan phala, ia melihat melalui kekuatan mata dewanya (dibbacakkhu) bahwa biksu-biksu itu masih belum memperoleh magga. Ia mempelajari dan mengetahui bahwa mereka sudah memiliki potensi untuk mencapai kesucian arahat, namun diperlukan makanan yang menunjang. Maka, ia menyiapkan bahan-bahan makanan pilihan, serta memilih menu yang sesuai untuk mereka.
Dengan makanan yang sesuai dan usaha yang benar, para biksu itu berhasil mengembangkan konsentrasi yang tepat dan akhirnya mencapai kearahatan.
Pada akhir musim hujan, para biksu itu kembali ke vihara Jetavana, tempat Sang Buddha tinggal. Mereka melaporkan kepada-Nya bahwa mereka dalam keadaan sehat dan nyaman, serta mereka tidak perlu khawatir soal makanan. Mereka mengatakan bahwa Matikamata amat peduli pada kemajuan mereka, sehingga ia menyediakan dan mendanakan makanan yang sesuai dengan yang mereka butuhkan.
Seorang biksu, setelah mendengar tentang Matikamata, memutuskan kalau ia juga akan mengunjungi desa itu. Maka, dengan membawa interuksi meditasi dari Sang Buddha, biksu itu mendatangi vihara desa itu.
Di sana, apa pun yang ia butuhkan akan diberikan oleh Matikamata, si upasika. Suatu saat, ia berharap Matikamata datang kepadanya, dan Matikamata pun datang ke vihara dengan membawa makanan yang terpilih.
Setelah selesai makan, biksu itu bertanya kepada Matikamata apakah ia dapat mengetahui apa yang orang lain pikirkan. Matikamata mengelak dengan berkata, "Mereka yang dapat mengetahui pikiran orang lain mempunyai ciri-ciri begini dan begitu."
Biksu itu berpikir, "Apakah diriku berlaku seperti umat awam yang diliputi keduniawian dan menuruti pikiran yang salah, ia pasti akan mengetahuinya."
Biksu itu pun ketakutan dan memutuskan untuk kembali ke vihara Jetavana. Biksu itu menceritakan kepada Sang Buddha bahwa ia tidak dapat tinggal di desa Matika karena ia takut kalau-kalau upasika itu dapat mengetahui pikiran tidak benarnya.
Sang Buddha menyuruhnya untuk merenungkan satu hal, yaitu, mengendalikan pikiran. Sang Buddha juga meminta biksu itu kembali ke vihara desa Matika, dan tidak memikirkan hal lain kecuali objek meditasinya.
Biksu itu kemudian kembali ke sana. Upasika itu kembali mendanakan makanan pilihan kepada biksu itu seperti biasanya. Karena itu, biksu itu dapat berlatih meditasi tanpa kekhawatiran. Dalam waktu singkat, ia juga mencapai kearahatan.
Sang Buddha lalu mengucapkan ayat itu. Setelah mendengar ucapan Sang Buddha, banyak yang mencapai kesucian sotapanna.
Dhammapada ayat 035 bab Syair Pikiran