Kisah 500 Wanita Pengikut Visakha - Dhammapada
Kisah Para Wanita Melaksanakan Uposatha
Yatha dandena gopalo,
gavo pajeti gocaram,
evam jara ca maccu ca,
ayum pajenti paninam.
Bagaikan si penggembala menggunakan sebilah tongkat,
menggiring sapi-sapinya ke padang rumput,
begitu pun demikian,
penuaan dan kematian menggiring hidup semua makhluk.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Pubbarama, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan 500 orang wanita.
Pada suatu ketika, 500 orang wanita dari Savatthi mendatangi vihara Pubbarama untuk mengambil janji peraturan disiplin Uposatha. Wanita pendiri vihara yang terkenal itu, Visakha, bertanya kepada beberapa wanita dari berbagai kalangan usia tentang tujuan mereka menjalankan uposatha sila. Ia mendapatkan jawaban yang berbeda-beda sesuai dengan kelompok usia mereka tentang tujuan mereka datang ke vihara.
Kelompok wanita-wanita lanjut usia datang ke vihara untuk menjalankan uposatha sila karena mereka berharap memperoleh kekayaan dan kemakmuran di alam dewa pada kelahiran berikutnya.
Wanita-wanita separu baya datang ke vihara karena mereka tidak ingin tinggal seatap dengan istri-istri muda suami mereka.
Wanita-wanita muda yang sudah menikah datang ke vihara karena mereka ingin melahirkan putra sebagai anak pertama.
Sedangkan wanita-wanita muda yang masih belum menikah datang ke vihara karena mereka berharap dapat menikah dengan seorang pria yang baik.
Mendapat jawaban-jawaban itu, Visakha membawa semua wanita-wanita itu menghadap Sang Buddha. Ia memberitahukan kepada Sang Buddha mengenai beragam jawaban berbeda yang diterimanya sesuai kelompok umur mereka.
Sang Buddha berkata, "Visakha. Lahir, tua dan mati terjadi pada semua makhluk hidup. Karena seseorang lahir, maka ia menjadi subjek penuaan dan pelapukan, dan akhirnya mati. Sekarang mereka masih belum ingin berusaha membebaskan diri dari perputaran roda kelahiran (samsara). Mereka masih ingin berada di samsara."
Lalu Sang Buddha mengucapkan ayat itu.
Dhammapada ayat 135 bab Syair Hukuman