Kisah Biksu Kondadhana - Dhammapada
Kisah Biksu Kondadhana
Mavoca pharusam kanci,
vutta pativadeyyu tam,
dukkha hi saramkakatha,
patidanda phuseyyu tam.
Sace neresi attanam,
kamso upahato yatha,
esa pattosi yatha,
sarambho te na vijjati.
Jangan berkata kasar kepada orang lain,
karena orang akan membalasnya,
kata-kata kasar** adalah penyebab derita,
dan akibatnya akan segera diterima.
Termasuk kata-kata yang meremehkan atau menghina orang lain.
Jika seseorang dapat menjaga dirinya tenang dan hening,
bagaikan sebuah tong pecah yang tidak lagi bersuara,
ia pasti akan mencapai nibbana,
dan kekerasan tidak lagi ia miliki.
Sang Buddha mengucapkan ayat-ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan biksu Kondadhana.
Sejak Kondadhana menjadi seorang biksu, bayangan seorang wanita selalu mengikutinya. Bayangan itu hanya dapat dilihat oleh orang lain, namun biksu Kondadhana sendiri tidak dapat melihatnya dan tidak mengetahui tentang hal itu.
Pada saat biksu Kondadhana sedang menerima dana makanan, masyarakat akan mempersembahkan 2 sendok penuh kepadanya dengan berkata, "Ini untukmu, bhante, dan yang ini untuk rekan wanita anda."
Melihat biksu berpergian dengan seorang wanita, masyarakat menghadap raja Pasenadi dari kerajaan Kosala dan melaporkan tentang biksu dan wanita itu.
Mereka berkata kepada raja, "Paduka raja. Usir biksu yang melanggar peraturan disiplin (sila) itu dari kerajaanmu."
Raja pun mendatangi vihara di mana biksu itu tinggal dan mengepungnya dengan pasukannya. Mendengar suara bising, para biksu keluar dan berdiri di depan pintu, dan bayangan itu masih berada di dekat Kondadhana. Tahu bahwa raja datang, biksu Kondadhana masuk ke ruangannya untuk menunggu raja.
Pada saat raja memasuki ruangan itu, bayangan itu tidak ada di sana. Raja bertanya kepada biksu Kondadhana di mana wanita itu berada dan biksu Kondadhana menjawab bahwa ia tidak melihat seorang wanita pun di sana.
Untuk memastikannya, raja menyuruh biksu Kondadhana keluar dari ruangan itu untuk sementara waktu. Biksu Kondadhana pun meninggalkan ruangan itu namun saat raja melihat ke luar ruangan, ia melihat wanita itu dekat biksu Kondadhana. Pada saat biksu Kondadhana masuk kembali ke ruangan itu wanita itu tidak lagi terlihat.
Raja menyimpulkan bahwa wanita itu tidaklah nyata, maka biksu itu tidaklah bersalah. Raja malahan mengundang biksu itu untuk datang ke istana setiap hari untuk menerima dana makanan.
Pada saat biksu-biksu lain mendengar tentang hal itu, mereka kebinggungan dan berkata kepada biksu Kondadhana, "Biksu tak bermoral. Kini raja bukannya mengusirmu keluar dari kerajaannya, malahan raja mengundangmu menerima dana makanan, kau terkutuk."
Biksu Kondadhana membalas perkataan mereka, "Kalianlah manusia yang tak bermoral. Kalianlah yang terkutuk karena kalian yang berpergian dengan para wanita."
Para biksu lalu melaporkan masalah itu kepada Sang Buddha. Sang Buddha lalu memanggil biksu Kondadhana dan berkata kepadanya, "Putra-Ku, apakah kau melihat seorang wanita bersama biksu-biksu lain seperti yang telah kau katakan kepada mereka? Kau tidak melihat seorang wanita pun bersama mereka, namun mereka melihat seorang wanita bersamamu. Aku tahu kau tidak menyadari bahwa kau telah dikutuk karena sebuah kejahatan yang telah kauperbuat pada kehidupan masa lampaumu. Kini dengarkanlah, Aku akan menceritakan kepadamu mengapa ada bayangan seorang wanita yang mengikuti dirimu."
"Pada salah satu kehidupan masa lampaumu, kau adalah seorang dewa. Pada saat itu, terdapat 2 orang biksu yang sangat akrab. Kau mencoba membuat masalah di antara mereka dengan menjelma menjadi seorang wanita dan mengikuti salah satu biksu. Karena benih karma buruk itu, kini kau diikuti oleh bayangan seorang wanita. Maka, putra-Ku, di masa mendatang, janganlah bertengkar dengan biksu-biksu lain. Diamlah bagaikan gong pecah dan kau akan mencapai nibbana."
Lalu Sang Buddha mengucapkan kedua ayat itu.
Dhammapada ayat 133 dan 134 bab Syair Hukuman