Kisah Pangeran Abhaya - Dhammapada
Kisah Pangeran Abhaya
Etha passathimam lokam,
cittam rajarathupamam,
yattha bala visidanti,
nattbi sango vijanatam.
Lihatlah dunia ini,
bagaikan kereta kuda kerajaan.
Orang-orang bodoh terjerat oleh dunia,
orang-orang bijaksana tidak melekat kepada hal itu.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Veluvana, sehubungan dengan pangeran Abhaya.
Pada suatu hari, pangeran Abhaya dengan gagah pulang ke istana setelah berhasil menumpas pemberontakkan yang terjadi di daerah perbatasan. Raja Bimbisara amat kagum kepadanya. Selama 7 hari diadakan pesta untuk memuliakan dan menghormati pangeran Abhaya, juga dihadiahkan seorang penari untuk menghibur dirinya.
Pada hari ketujuh, pada saat penari itu menghibur sang pangeran dan pengikut-pengikutnya di sebuah taman, ia terserang stroke, terjatuh dan meninggal di tempat.
Pangeran Abhaya terkejut dan amat tertekan. Dengan penuh kesedihan, ia menemuni Sang Buddha untuk menghilangkan kesedihannya.
Sang Buddha berkata kepada sang pangeran, "Pangeran, air mata yang telah kau teteskan selama berputar di lingkaran lahir-mati tidak dapat lagi dihitung. Dunia Kelompok Kehidupan (khandha) ini adalah tempat para orang bodoh terjerat."
Sang Buddha lalu mengucapkan ayat itu.
Dhammapada ayat 171 bab Syair Dunia