Kisah Seorang Pemuda - Dhammapada

Dhammapada ayat 060 bab Syair Orang Bodoh
Kisah Seorang Pemuda

Digha jagarato ratti,
digham santassa yojanam,
digho balana samsaro,
saddhammam avijanatam.

Malam terasa panjang bagi orang yang terjaga,
satu yojana terasa jauh bagi orang yang lelah,
lama di dalam kelahiran dan kematian bagi orang bodoh,
yang lalai dalam Dhamma Luhur.

Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan seorang pemuda dan raja Pasenadi dari kerajaan Kosala.

Pada suatu hari, raja Pasenadi sedang berpergian di kota, ia melihat seorang wanita cantik yang sedang berdiri di jendela rumahnya, dan seketika itu juga raja jatuh cinta padanya. Maka raja mencoba mencari cara untuk mendapatkannya.

Mengetahui bahwa wanita itu telah bersuami, raja memanggil suaminya dan menjadikannya seorang petugas di dalam istana. Kemudian, pemuda itu ditugaskan dengan sebuah tugas yang mustahil oleh raja.

Pemuda itu ditugaskan pergi ke suatu tempat sejauh 1 yojana (15 km) dari Savatthi, untuk mengambil beberapa tangkai bunga teratai kumuda serta sejumlah tanah merah yang disebut dengan arunavati dari tanah para naga. Tugas itu harus diselesaikan dalam waktu 1 malam, saat raja akan mandi.

Tujuan raja adalah membunuh pemuda itu jika ia gagal melaksanakan tugasnya sesuai jadwal, dan mengambil istrinya.

Pemuda itu bergegas mengambil sebuah keranjang yang berisi makanan dari istrinya, lalu berangkat menjalankan tugasnya. Di tengah perjalanan, pemuda itu membagikan bekal makanannya kepada seorang pengembara. Ia juga menaburkan sejumlah nasi ke dalam air.

Ia berkata dengan suara lantang, "Para malaikat penjaga dan para naga yang berdiam di sungai ini. Raja Pasenadi telah memerintahkanku untuk mengambil beberapa kuntum bunga teratai kumuda dan tanah merah arunavati untuknya. Hari ini aku telah berbagi makananku dengan seorang pengembara. Aku juga telah memberi makanan kepada ikan-ikan yang ada di dalam sungai ini. Kini aku membagikan buah kebajikan yang aku lakukan hari ini dengan kalian. Mohon, berikanlah teratai kumuda dan tanah merah arunavati kepadaku."

Raja naga mendengar ucapan pemuda itu, lalu ia menjelma dalam bentuk orang tua dan membawa teratai dan tanah merah.

Pada malam hari, raja Pasenadi yang cemas jika pemuda itu akan pulang tepat pada waktunya, memerintahkan gerbang kota ditutup lebih awal.

Pemuda itu, melihat gerbang kota telah tertutup, menempelkan tanah merah pada dinding kota dan menancapkan bunga-bunga teratai di tanah.

Lalu pemuda itu berkata dengan suara lantang, "Para penduduk. Jadilah saksiku. Aku telah melaksanakan tugasku tepat pada waktunya sesuai perintah raja. Raja Pasenadi, tanpa alasan, berencana membunuhku."

Setelah itu, pemuda itu pergi ke vihara Jetavana untuk bermalam dan merasakan suasana damai di vihara.

Sementara itu, raja Pasenadi yang tergoda oleh kenikmatan seksual, tidak bisa tidur dan selalu berpikir bagaimana ia menyingkirkan pemuda itu pada pagi hari nanti dan merebut istrinya.

Di tengah malam, raja mendengar beberapa suara rintihan, yang sebenarnya adalah suara kesedihan dari 4 orang yang menderita di neraka Lohakumbhi. Mendengar suara-suara itu, raja ketakutan.

Esok harinya, pagi-pagi sekali, raja mendatangi Sang Buddha sesuai dengan anjuran ratu Mallika. Saat Sang Buddha diceritakan tentang 4 suara yang didengar oleh raja semalam, Ia menjelaskan kepada raja bahwa itu adalah suara dari 4 makhluk yang dahulunya adalah putra-putra orang kaya pada masa Kassapa Buddha, dan kini mereka menderita di neraka Lohakumbhi karena telah melakukan perselingkuhan dengan istri-istri orang lain.

Lalu, raja menyadari akibat dari suatu perbuatan dan keparahan hukumannya. Maka ia memutuskan tidak akan tertarik lagi kepada istri orang lain selama-lamanya.

"Lagipula, karena hasratku kepada istri orang lain, aku tersiksa dan tidak bisa tidur semalaman," raja menjelaskan.

Raja lalu berkata, "Bhante, kini aku tahu sepanjang apa satu malam bagi seseorang yang tidak bisa tidur."

Pemuda itu yang berada di dekat mereka berkata, "Bhante, karena aku telah menempuh 1 yojana penuh kemarin, aku juga tahu seberapa jauh 1 yojana bagi seseorang yang merasa cemas."

Dengan menggabungkan kedua pernyataan itu, Sang Buddha mengucapkan ayat itu. Setelah mendengar ucapan Sang Buddha, pemuda itu mencapai kesucian sotapanna.

Dhammapada ayat 060 bab Syair Orang Bodoh



Sekilas Info


PEMBANGUNAN VIHARA MAHASAMPATTI


Vihāra Mahāsampatti mengajak para dermawan berhati mulia untuk menjadi penyokong Dhamma dan penganjur berdana dengan berdana COR LANTAI.


Luas bangunan Vihāra Mahāsampatti ± 5555 m2. Untuk itu Vihāra Mahāsampatti yang terletak di Jalan Pajang No. 1-3-5-7-9-11, Kel. Sei Rengas Permata, Kec. Medan Area, Medan, Sumatera Utara, masih sangat membutuhkan kedermawanan Anda.



Baca di situs resminya:

http://donasi.viharamahasampatti.or.id





MEDITASI VIPASSANA


Sukhesikarama Mindfulness Forest (SUMMIT), Bakom, Cianjur, Jawa Barat:

Tempat terbuka sepanjang tahun bagi yang ingin berlatih secara intensif baik mingguan, bulanan, maupun tahunan.



Selama masa pandemi Covid 19 retreat ditiadakan, namun bagi yang ingin berlatih meditasi silahkan datang.

Informasi Lengkap:
lihat di website Sukhesikarama


Informasi Guru Pembimbing:
simak tentang Bhante GUNASIRI

Channel di Youtube Sukhesikarama TV

“Bukan ada waktu baru bermeditasi, tetapi luangkanlah banyak waktu untuk bermeditasi”





PEMBANGUNAN RAKKHITAVANA BUDDHIST CENTER


Panitia pembangunan RAKKHITAVANA BUDDHIST CENTRE memberi kesempatan untuk berbuat kebajikan, demi terwujudnya pembangunan RAKKHITAVANA BUDDHIST CENTRE di Jl. LetJend Jamin Ginting KM 27, sebagai tempat meditasi yang terpadu, sunyi, segar, serta bernuansa asri dengan lokasi yang terjangkau dalam waktu 1 jam dari kota Medan.


Baca di halaman Facebooknya:

Rakkhitavana.