Kisah Bilalapadaka - Dhammapada
Kisah Bilalapadaka
Mavamannetha punnassa,
na mandam agamissati,
udabindu nipatena,
udakumbhopi purati,
dhiro purati punnassa,
thokam thokampi acinam.
Seseorang seharusnya tidak meremehkan kebajikan,
beranggapan bahwa kebajikan kecil tidak akan berpengaruh,
bagaikan tempayan yang terisi penuh air hujan,
demikian juga,
orang bijaksana penuh dengan kebajikan,
yang dihimpunnya sedikit demi sedikit.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan Balalapadaka, si orang kaya.
Pada suatu ketika, seorang pria asal Savatthi setelah mendengarkan Dhamma yang dikhotbahkan oleh Sang Buddha, merasa amat terkesan, lalu ia memutuskan untuk berlatih sesuai dengan ajaran Sang Buddha. Ajaran yang diberikan adalah tidak melakukan sendiri suatu perbuatan baik, namun mengajak banyak orang untuk melakukannya. Dengan melakukan hal itu seseorang akan memperoleh jasa kebajikan dan memperoleh banyak pengikut pada kehidupan selanjutnya.
Maka, orang itu mengundang Sang Buddha dan semua biksu yang berada di vihara Jetavana untuk menerima dana makanan esok hari. Lalu ia berkeliling dari rumah ke rumah untuk memberitahukan penduduk tentang persembahan dana makanan yang akan ia adakan esok hari kepada Sang Buddha beserta para biksu dan berharap para warga juga ikut berdana.
Balalapadaka melihat orang itu mendatangi rumah-rumah warga dan merasa tidak setuju dengan tindakannya dan merasa sangat tidak suka kepadanya.
Ia bergumam, "Orang malang. Mengapa ia tidak menundang biksu sebanyak makanan yang dapat ia danakan, daripada berkeliling menghasut penduduk?"
Lalu ia meminta orang itu membawa kemari mangkuknya dan dalam mangkuk itu ia masukkan sedikit nasi, sedikit mentega dan sedikit air. Semua yang diberikannya dibawa pergi orang itu tanpa dicampur aduk.
Balalapadaka tidak mengerti mengapa semuanya tidak dicampur aduk, dan ia menduga bahwa orang itu ingin orang-orang tahu bahwa orang sekaya dirinya hanya berdana sedikit saja dan mempermalukannya. Oleh sebab itu, ia mengutus seorang pelayannya untuk menyelidiki.
Orang itu, sebagai panitia dana, mengumpulkan segala sesuatu yang telah diberikan oleh Balalapadaka ke dalam beberapa kendi yang isinya berbeda; kendi nasi, kari, dan daging manis agar Balalapadaka dapat memperoleh banyak jasa kebajikan.
Pelayannya melaporkan apa yang telah ia saksikan, namun ia tidak mengerti dan tidak yakin pada apa tujuan dari orang itu.
Keesokan harinya, Balalapadaka mendatangi tempat berlangsungnya persembahan dana makanan. Pada saat yang bersamaan, ia membawa sebilah pisau untuk membunuh orang itu jika ia memperlihatkan kepada khalayak seberapa sedikitnya seseorang yang kaya seperti dirinya berdana.
Namun, panitia dana itu berkata kepada Sang Buddha, "Bhante, dana ini dipersembahkan oleh semua orang. Banyak-sedikitnya pemberian tidaklah masalah, setiap orang telah meyakini kemurahan hati, maka semoga kami semua memperoleh jasa kebajikan."
Saat Balalapadaka mendengar ucapan itu, ia menyadari kesalahannya berprasangka buruk terhadap orang itu dan jika ia tidak mengakui kesalahannya dan meminta maaf maka ia akan terlahir di 4 alam rendah (apaya).
Ia pun berkata, "Kawan, aku telah salah besar dengan berprasangka buruk terhadapmu, maafkanlah aku."
Sang Buddha mendengar permintaan maafnya dan bertanya tentang permasalahannya. Sang Buddha kemudian berkata, "Umat-Ku, kau seharusnya jangan meremehkan sebuah kebajikan, seberapa kecil pun hal itu, karena kebajikan kecil akan menjadi besar jika kau rutin melakukannya."
Sang Buddha lalu mengucapkan ayat itu. Setelah mendengar ucapan Sang Buddha, Bilalapadaka mencapai kesucian sotapanna.
Dhammapada ayat 122 bab Syair Kejahatan