Kisah Dewa Sakka - Dhammapada
Kisah Dewa Sakka
Sahu dassanamariyanam,
sannivaso sada sukho,
adasanena balanam,
niccameva sukhi siya.
Balasangtacari hi,
dighamaddhana socati,
dukkho balehi samvaso,
amitteneva sabbada,
dhiro ca sukhasamvaso,
natinam va samagamo.
Tasma hi,
dhiranca pannanca bahusutanca,
dhorayhasilam vatavantamatiram,
tam tadisam sappurisam sumedham,
bhajetha nakkhattapathamva candima.
Adalah sangat baik bila bertemu dengan orang suci,
hidup bersama mereka akan selalu menyenangkan,
tidak bertemu dengan orang bodoh,
juga adalah hal yang menyenangkan.
Ia yang berjalan bersama dengan orang-orang bodoh,
akan berduka dalam waktu yang lama,
hidup bersama orang-orang bodoh akan menyakitkan,
bagaikan hidup bersama musuh,
hidup bersama orang bijaksana akan membahagiakan,
bagaikan hidup bersama sanak saudara.
Oleh karena itu,
seseorang harus mengikuti orang-orang suci yang tegas,
pandai, terpelajar, tekun, dan patuh,
ikutilah orang yang suci dan bijaksana seperti itu,
bagaikan bulan mengikuti peredaran bintang-bintang.
Sang Buddha mengucapkan ayat-ayat ini pada saat berada di desa Veluva, sehubungan dengan raja dewa alam Trayasatrimsa, Sakka.
Sekitar 10 bulan sebelum Sang Buddha memasuki parinibbana, Sang Buddha melewati masa vassa (masa musim hujan) di desa Veluva, dekat kota Vesali. Saat berdiam di sana, Sang Buddha terserang penyakit disenteri.
Ketika dewa Sakka mengetahui bahwa Sang Buddha sedang sakit, ia mendatangi desa Veluva agar ia dapat secara langsung merawat Sang Buddha selama masa sakit-Nya.
Sang Buddha berkata kepada Sakka agar ia tidak khawatir pada kesehatan-Nya karena terdapat banyak biksu bersama-Nya. Namun Sakka tidak menghiraukan ucapan-Nya dan tetap merawat Sang Buddha hingga Ia sembuh.
Semua biksu terkejut dan terperangah mengetahui Sakka merawat Sang Buddha. Pada saat Sang Buddha mendengar pembicaraan mereka, Ia berkata, "Para biksu. Tidak ada hal yang mengejutkan tentang kecintaan dan bakti Sakka kepadaKu."
Sang Buddha melanjutkan, "Dahulu, pada saat Sakka yang terdahulu sudah menua dan menjelang ajalnya, ia mendatangi-Ku. Lalu Aku menguraikan Dhamma kepadanya. Saat mendengarkan Dhamma itu, ia mencapai kesucian tingkat sotapanna. Lalu ia meninggal dan terlahir sebagai Sakka yang sekarang ini. Semua ini terjadi padanya dikarenakan ia mendengarkan Dhamma yang telah Kuuraikan."
"Demikianlah, para biksu, adalah baik bertemu dengan Yang Arya, adalah bahagia hidup bersama mereka, hidup dengan yang bodoh adalah demikian menyakitkan."
Lalu Sang Buddha mengucapkan ayat-ayat itu.
Dhammapada ayat 206, 207, dan 208 bab Syair Kebahagiaan