Kisah Seorang Biksu Muda Yang Tidak Puas-Dhammapada
Kisah Seorang Biksu Muda Yang Tidak Puas
Na kahapana vassena,
titti kamesu vijjati,
appassada dukha kama,
iti vinaya pandito.
Api dibbesu kamesu,
ratim so nadhigacchati,
tanhakkhayarato hoti,
sammasambuddhasavako.
Walaupun hujan emas,
nafsu tidak dapat dipuaskan,
nafsu hanya mendatangkan sedikit kesenangan,
namun memuat banyak penderitaan.
Para umat Buddha,
orang bijaksana yang mengetahui hal itu,
tidak tertarik dengan kesenangan dewa sekalipun,
namun berbahagia di dalam pelenyapan kekotoran batin.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, sehubungan dengan seorang biksu muda yang tidak puas dengan kehidupan kebikhuannya.
Pada sutu ketika, di vihara Jetavana terdapat seorang biksu muda. Pada suatu hari, gurunya mengirimnya ke vihara lain untuk belajar.
Ayahnya sendiri telah menitipkan uang sebesar 100 kahapana (mata uang zaman itu) kepada paman biksu muda itu. Saat biksu muda itu kembali, pamannya menceritakan kepadanya tentang kematian ayahnya dan uang titipan itu.
Akhirnya, biksu muda itu berpikir bahwa lebih baik jika ia kembali hidup sebagai perumah-tangga, dan akibat pemikiran itu, ia menjadi tidak puas dengan kehidupan viharanya. Lama-kelamaan, ia mulai kehilangan hasrat terhadap kehidupannya dan tubuhnya menjadi kurus. Pada saat beberapa orang biksu tahu tentang hal itu, mereka membawa biksu muda itu untuk menghadap Sang Buddha.
Sang Buddha bertanya kepada biksu muda itu apakah benar ia merasa tidak suka lagi dengan kehidupan biksunya dan apakah ia memiliki modal untuk memulai hidup sebagai perumah-tangga. Biksu muda itu membenarkannya dan mengatakan bahwa ia memiliki uang sebesar 100 kahapana untuk memulai kehidupan perumah-tangganya.
Sang Buddha menjelaskan kepadanya bahwa ia perlu mencari makan, pakaian, keperluan rumah tangga, 2 ekor sapi, bajak, cangkul, pisau, dan lainnya. Uang 100 kahapana itu tidaklah cukup untuknya.
Lalu Sang Buddha memberitahukan kepadanya bahwa tidak ada rasa puas dalam diri makhluk hidup, termasuk raja dunia yang kapan saja dapat memunculkan koin-koin emas dan batu-batu pertama atau kekayaan yang tak terhitung.
Sang Buddha menceritakan kepadanya kisah Mandatu, raja dunia yang menikmati kesenangan para dewa di alam surga Catur Maha Rajika dan surga Trayastrimsa untuk masa yang lama sekali. Setelah melewati masa yang lama sekali di Trayastrimsa, pada suatu hari, Mandatu berharap dirinya dapat menjadi satu-satunya penguasa surga Trayastrimsa daripada harus berbagi dengan dewa Sakka. Tetapi sekali ini, keinginannya tidak tercapai dan malahan ia menjadi tua renta. Ia kembali ke alam manusia dan langsung meninggal dunia.
Sang Buddha lalu mengucapkan kedua ayat itu. Setelah mendengar ucapan Sang Buddha, biksu muda itu mencapai kesucian tingkat sotapanna.
Dhammapada ayat 186 dan 187 bab Syair Buddha