Kisah Nandiya - Dhammapada
Kisah Nandiya
Cirappavsim purisam,
durato sotthimagatam,
natimitta suhajja ca,
abhinandanti agatam.
Tatheva katapunnampi,
asma loka param gatam,
punnani patiganhanti,
piyam nativa agatam.
Seseorang yang telah lama pergi,
dan kembali dengan selamat dari perjalanan jauhnya.
Kerabat, sahabat dan temannya akan bergembira,
dan menyambut kepulangannya dengan simpati.
Demikianlah, benih kebajikan yang diperbuat,
pergi dari dunia ini ke dunia yang lain.
Sama seperti para kerabat,
menyambut kembalinya orang yang mereka sayangi.
Sang Buddha mengucapkan kedua ayat ini pada saat berada di hutan Isipatana, 13 kilometer sebelah timur laut kota Baranasi, sehubungan dengan Nandiya.
Nandiya adalah orang kaya dari Baranasi. Setelah mendengar khotbah Dhamma dari Sang Buddha tentang pahala dari membangun vihara dan mempersembahkannya kepada para biksu, Nandiya membangun vihara Mahavihara di Isipatana.
Vihara yang dibangun Nandiya menjulang tinggi dan di dalamnya dipenuhi bermacam-macam perabotan. Tak lama setelah vihara itu disembahkan kepada Sang Buddha, di alam surga Trayastrimsa muncul sebuah bangunan mewah untuk Nandiya.
Pada suatu hari, biksu Maha Moggallana mengunjungi surga Trayastrimsa dan ia melihat sebuah bangunan mewah yang diperuntukkan bagi pendana vihara Mahavihara. Sepulangnya dari surga Trayastrimsa, biksu Maha Moggallana bertanya kepada Sang Buddha, "Bhante. Mereka yang telah melakukan perbuatan baik, apakah mereka akan memiliki bangunan mewah dan kekayaan lainnya yang menunggunya di alam dewa sementara orang itu masih hidup di dunia ini?"
Sang Buddha menjawabnya, "Putra-Ku. Mengapa kau bertanya demikian? Tidakkah kau sudah melihat secara langsung bangunan mewah dan kekayaan yang sedang menunggu Nandiya di alam surga Trayastrimsa? Para dewa selalu menunggu kedatangan orang-orang yang baik dan murah hati, bagaikan sanak keluarga menunggu kepulangan seseorang yang telah lama pergi. Pada saat orang baik itu meninggal dunia, mereka akan disambut dengan kegembiraan oleh para dewa."
Sang Buddha lalu mengucapkan kedua ayat itu.
Dhammapada ayat 219 dan 220 bab Syair Kecintaan