Kisah Tiga Putri Mara - Dhammapada
Kisah Tiga Putri Mara
Yassa jitam navajiyati,
jitam yassa no'yati koci loke,
tam buddhamanantagocaram,
apadam kena padena nessatha.
Yassa jalini visattika,
tanha natthi kuhinci netave,
tam buddhamanantagocaram,
apadam kena padena nassetha.
Buddha ialah yang telah menyingkirkan keburukan moral,
yang tidak akan lagi muncul kekotoran batinnya,
yang kebijaksanaannya tiada batas,
yang tidak dapat diketahui ke mana ia pergi.
Buddha ialah yang tidak lagi memiliki nafsu,
bagaikan jaring yang membelenggu,
yang kebijaksanaannya tiada batas,
yang tidak dapat diketahui ke mana ia pergi.
Sang Buddha mengucapkan kedua ayat ini pada saat berada di pohon bodhi, sehubungan dengan tiga putri Mara. Sang Buddha mengulangi ayat-ayat ini kepada brahmana Magandiya pada saat melintasi negeri Kuru.
Brahmana Magandiya dan istrinya tinggal di kerajaan suku Kuru bersama dengan putri mereka yang amat cantik. Karena terlampau cantik, Magandiya dengan kasar menolak semua pria yang mau melamarnya.
Pada suatu hari, pagi-pagi sekali, pada saat Sang Buddha memperhatikan dunia, Ia mendapati bahwa Magandiya dan istrinya berkesempatan mencapai kesucian anagami. Lalu, Sang Buddha mengambil mangkuk dan jubah luar-Nya lalu pergi ke tempat di mana brahmana itu mempersembahkan api pengorbanan.
Pada saat Magandiya melihat Sang Buddha seketika itu juga ia merasa yakin jika Sang Buddha adalah orang yang cocok untuk putrinya. Ia meminta Sang Buddha menunggu di sana lalu buru-buru pulang untuk membawa istri dan putrinya.
Sang Buddha pergi ke tempat lain yang tidak jauh dari sana, dan Ia sengaja meninggalkan jejak kaki-Nya. Pada saat brahmana itu dan keluarganya tiba, mereka hanya menemukan jejak kaki Sang Buddha. Melihat jejak kaki itu, istri Magandiya mengatakan bahwa itu adalah jejak kaki dari seseorang yang telah terbebas dari nafsu keinginan. Kemudian, Magandiya melihat Sang Buddha dan ia menawarkan putrinya untuk Sang Buddha.
Sang Buddha tidak menolak maupun menerima tawaran Magandiya, tetapi, mula-mula Sang Buddha menceritakan kepada Magandiya bagaimana putri-putri Mara menggodanya sesaat setelah Ia mencapai kebuddhaan. Kepada putri-putri Mara yang sangat cantik, Tanha, Arati dan Raga, Sang Buddha berkata, "Tidak ada gunanya menggoda seseorang yang bebas dari nafsu, kemelekatan, dan keinginan. Karena ia tidak dapat dipikat dengan godaan apapun."
Sang Buddha lalu mengucapkan ayat-ayat itu.
Lalu Sang Buddha melanjutkan, "Brahmana Magandiya, bahkan saat Aku melihat ketiga putri Mara yang tiada bandingannya, Aku tidak merasakan adanya nafsu keinginan di dalam diri-Ku. Lagipula, apa yang terisi di dalam tubuh putrimu? Penuh air seni dan kotoran. Aku tidak sudi menyentuhnya walaupun dengan ujung kaki-Ku."
Mendengar kata-kata itu, brahmana Magandiya dan istrinya mencapai kesucian tingkat anagami. Kemudian mereka menjadi anggota Sangha dan tak lama kemudian mencapai kesucian arahat.
Dhammapada ayat 179 dan 180 bab Syair Buddha