Kisah Ariya, si Nelayan - Dhammapada
Kisah Ariya, si Nelayan
Na tena ariyo hoti,
yena panani himsati,
ahimsa sabbapapnam,
ariyo ti pavuccati.
Seseorang tidaklah mulia,
karena menyakiti makhluk lain.
Dengan memberikan manfaat bagi semua makhluk,
maka ia disebut dengan orang mulia.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan seorang nelayan yang bernama Ariya.
Pada suatu ketika, terdapat seorang nelayan yang tinggal di dekat gerbang utara Savatthi. Pada suatu hari, lewat kekuatan batin-Nya, Sang Buddha mengetahui bahwa kesempatan telah tiba bagi nelayan itu untuk mencapai kesucian tingkat sotapanna. Maka pada saat kembali dari menerima dana makanan, Sang Buddha dan beberapa orang murid-Nya berhenti dekat area nelayan itu menangkap ikan.
Pada saat nelayan itu melihat Sang Buddha, ia meletakkan jaringnya dan mendekati Sang Buddha. Di depannya, Sang Buddha mulai menanyai biksu-biksu yang mengikuti-Nya nama-nama mereka. Akhirnya, Ia juga bertanya nama nelayan itu.
Pada saat nelayan itu menjawab bahwa namanya adalah Ariya, Sang Buddha berkata bahwa para ariya (orang suci) tidaklah menyakiti makhluk hidup apapun, namun karena nelayan itu menghilangkan banyak nyawa ikan maka ia tidak pantas menggunakan nama itu."
Sang Buddha lalu mengucapkan ayat itu. Setelah mendengar ucapan Sang Buddha itu, nelayan itu mencapai kesucian tingkat sotapanna.
Dhammapada ayat 270 bab Syair Orang Adil