Kisah Biksu Dari Kota Suku Vajji - Dhammapada
Kisah Biksu Dari Kota Suku Vajji
Duppabbajjam durabhiramam,
duravasa ghara dukha.
Dukkhosamanasamvaso,
dukkhanupatitaddhagu.
Tasma na caddhagu siya,
na ca dukkhanupatito siya.
Sulit hidup bahagia sebagai biksu,
sulit hidup berumah tangga.
Menderita berhubungan dengan orang yang tidak serasi,
mengembara dalam samsara membawa derita.
Karena itu, janganlah menjadi pengembara,
janganlah mengejar penderitaan.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Veluvana, di dekat kota Rajagaha, sehubungan dengan seorang biksu dari kota Vesali, sebuah kota suku Vajji.
Pada malam purnama di bulan Kattika (Oktober-November), masyarakat Vesali merayakan secara besar-besaran festival perbintangan (Nakkhatta). Seluruh kota terang benderang, dan banyak sekali penghibur yang bernyanyi, menari dan lainnya.
Seorang biksu dari viharanya memandang ke arah kota, ia merasa sangat kesepian dan tidak puas dengan nasibnya. Dengan lembut ia berbisik kepada dirinya sendiri, "Tiada yang nasibnya lebih buruk dibanding denganku."
Seketika itu juga arwah penunggu hutan muncul di depannya, dan berkata, "Makhluk-makhluk di alam neraka sangat iri kepada makhluk-makhluk yang ada di alam surga, begitu juga manusia sangat iri kepada mereka yang hidup sendirian di dalam hutan."
Biksu itu menyadari kebenaran kata-kata itu dan menyesal telah memikirkan hal yang tidak-tidak tentang kehidupan seorang biksu.
Keesokan paginya, biksu itu pergi menghadap Sang Buddha dan melaporkan masalah semalam. Sang Buddha menasihatinya tentang kesulitan hidup yang dialami semua makhluk hidup.
Sang Buddha lalu mengucapkan ayat itu. Setelah mendengar ucapan Sang Buddha, biksu itu mencapai kesucian tingkat arahat.
Dhammapada ayat 302 bab Syair Bunga Rampai