Kisah Murid Pertapa Non-Buddhis - Dhammapada
Kisah Murid Pertapa Non-Buddhis
Avajje vajjamatino,
vajje cavajjadassino.
Micchaditthisamadana,
satta gacchanti duggatim.
Vajjanca vajjato natva,
avajjanca avajjato.
Sammaditthisamadana,
satta gacchanti suggatim.
Orang yang menganggap salah suatu yang benar,
dan menganggap benar suatu yang salah.
Karena pandangan salah ini,
akan menuju alam yang menyedihkan.
Orang yang tahu salah sebagai kesalahan,
dan benar sebagai kebenaran.
Karena pandangan benar ini,
akan menuju alam yang membahagiakan.
Sang Buddha mengucapkan kedua ayat ini pada saat berada di vihara Nigrodharama, di dekat kota Kapilavastu, sehubungan dengan beberapa orang pertapa Titthi yang non-buddhis.
Para umat ajaran Titthi melarang anak-anak mereka untuk bergaul dengan anak-anak para umat Buddha. Mereka selalu mengingatkan anak-anak mereka, "Jangan pergi ke Jetavana." "Jangan bersujud kepada biksu-biksu suku Sakya."
Pada suatu ketika, pada saat anak-anak umat Titthi sedang bermain dengan seorang anak laki-laki Buddhis di dekat pintu gerbang vihara Jetavana, mereka merasa haus. Anak-anak umat Titthi yang selalu diingatkan untuk tidak masuk ke vihara Jetavana, meminta kepada teman Buddhis mereka untuk masuk ke vihara dan membawakan air minum untuk mereka.
Anak Buddhis itu lalu masuk dan bersujud kepada Sang Buddha lalu minum, setelah itu memberitahu Sang Buddha tentang teman-temannya yang dilarang oleh orang tua mereka untuk memasuki vihara agama Buddha.
Sang Buddha lalu meminta anak itu untuk memberitahu teman-teman non-buddhisnya untuk datang dan minum di dalam vihara. Pada saat anak-anak itu masuk, Sang Buddha memberikan ajaran Dhamma yang sesuai dengan mereka untuk meluruskan perbedaan-perbedaan pandangan mereka. Akhirnya, anak-anak itu timbul keyakinan terhadap Triratna.
Pada saat anak-anak itu pulang ke rumah masing-masing, mereka membicarakan tentang kunjungan mereka ke vihara Jetavana dan tentang Sang Buddha yang mengajarkan kepada mereka Triratna. Orang tua-orang tua anak-anak itu, yang sesat itu, meratapi, "Anak-anak kami telah durhaka terhadap keyakinan kita, mereka telah dibinasakan," dan lainnya.
Beberapa orang tetangga mereka yang cukup bijaksana menasihati orang tua-orang tua yang bersedih itu untuk berhenti menangis dan mengirimkan anak-anak mereka kepada Sang Buddha. Entah bagaimana, mereka malah menyetujuinya dan anak-anak mereka beserta orang tua mereka pergi menghadap Sang Buddha.
Sang Buddha tahu benar mengapa mereka datang menghadap-Nya dan mengucapkan ayat-ayat itu. Setelah mendengar ucapan Sang Buddha, semua orang datang menyatakan keyakinan mereka terhadap Triratna, dan setelah suatu masa mendengar khotbah-khotbah Sang Buddha, mereka mencapai kesucian tingkat sotapanna.
Dhammapada ayat 318 dan 319 bab Syair Neraka