Kisah Sekumpulan Besar Biksu - Dhammapada

Dhammapada ayat 368 sampai 376 bab Syair Biksu
Kisah Sekumpulan Besar Biksu

Mettavihari yo bhikkhu,
pasanno buddhasasane,
adhigacche padam santam,
sankharupasamam sukham.

Sinca bhikkhu imam navam,
sitta te lahumessati,
chetva raganca dosanca,
tato nibbanamehisi.

Panca chinde panca jahe,
panca cuttari bhavaye,
panca sangatigo bhikkhu,
oghatinno ti vuccati.

Jhaya bhikkhu ma pamado,
ma te kamagune ramessu cittam,
ma lohagulam gili pamatto,
ma kandi dukkhamidan ti dayhamano.

Natthi jhanam apannassa,
panna natthi ajhayato,
yamhi jhananca panna ca,
sa ve nibbanasantike.

Sunnagaram pavitthassa,
santacittassa bhikkhuno,
amanusi rati hoti,
samma dhammam vipassato
.

Yato yato sammasati,
khandhanam udayabbayam,
labhati pitipamojjam,
amatam tam vijanatam.

Tatrayamadi bhavati,
idha pannassa bhikkhuno,
indriyagutti santutthi,
patimokkhe ca samvaro.

Mitte bhajassu kalyane,
suddhajive atandite,
patisantharavutyassa,
acarakusalo siya,
tato pamojjabahulo,
dukkhassantam karissati.

Biksu yang dipenuhi cinta kasih,
yang bergembira dalam ajaran Sang Buddha.
Mencapai keadaan damai dan bahagia,
berhentinya segala yang terkondisi.

Biksu, kosongkanlah perahumu,
maka kau akan berlayar dengan ringan.
Singkirkanlah nafsu dan kebencian,
maka kau akan mencapai nibbana.

Lima* yang harus dipatahkan dan ditinggalkan,
lima* yang harus dikembangkan.
Biksu yang telah melepaskan lima keterikatan*,
disebut orang yang telah melewati banjir*.

Lima yang harus dipatahkan adalah Lima Belenggu pertama (orambhagiya samyojana) dari Sepuluh Belenggu; 1. Pandangan salah tentang aku yang kekal; 2. Keragu-raguan terhadap Dhamma; 3. Melekat kepada ritual dan takhayul; 4. Nafsu indera; dan 5. Dendam dan kebencian.

Lima yang harus ditinggalkan adalah Lima Belenggu terakhir (uddhambhagiya samyojana) dari Sepuluh Belenggu; 6. Nafsu lahir di alam berbentuk; 7. Nafsu lahir di alam tidak berbentuk; 8. Kesombongan; 9. Kegelisahan; dan 10. Ketidaktahuan.

Lima kekuatan yang harus dikembangkan untuk mematahkan Sepuluh Belenggu itu adalah; 1. Keyakinan (saddha); 2. Kesadaran (sati); 3. Usaha (viriya); 4. Konsentrasi (samadhi); dan 5. Kebijaksanaan (panna).

Lima keterikatan; 1. Keserakahan; 2. Kemalasan; 3. Khayalan; 4. Kesombongan; dan 5. Pandangan salah.

Melewati banjir dimaksud adalah mencapai kesucian tingkat sotapanna.


Renungkanlah, biksu, jangan lalai,
jangan memusingkan kenikmatan indria.
Jangan lengah dan menelan bola api panas,
jangan sampai kau menangis dan berteriak ini menyakitkan.

Tiada samadhi pada ia yang tidak bijaksana,
tiada kebijaksanaan pada ia yang tidak samadhi.
Ia yang samadhi dan bijaksana,
sudah mendekati nibbana.

Biksu yang menyendiri di tempat sunyi,
yang telah menenangkan pikirannya,
yang mengerti dengan jelas kesunyataan,
akan merasakan sukacita melampaui manusia biasa.

Saat dapat melihat dengan jelas,
timbul dan lenyapnya Kelompok Kehidupan.
Ia akan merasakan sukacita dan kebahagiaan,
dan tiada lagi kematian baginya.

Inilah yang mula-mula harus dilakukan,
bagi seorang biksu yang cerdas.
Menjaga indera, merasa puas,
menahan diri sesuai aturan kebiksuan.

Bergaul dengan mereka yang mulia,
bersemangat dan menjalankan hidup suci.
Bersikap ramah tamah,
dan berperilaku lemah lembut.
Dengan sukacita melakukan hal-hal itu,
ia akan mengakhiri penderitaan.

Sang Buddha mengucapkan ayat-ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan sembilan ratus orang biksu.

Di kota Kuraraghara, yang berjarak 120 yojana (1 yojana = 15 km) dari Savatthi, hiduplah seorang wanita yang sangat kaya raya. Wanita itu mempunyai seorang putra yang menjadi biksu, namanya Sona.

Pada suatu ketika, biksu Sona melintas kota kelahirannya. Sekembalinya ke vihara Jetavana ibunya menemuinya dan merencanakan sebuah acara persembahan dana secara besar-besar untuk menghormatinya. Mendengar bahwa biksu Sona mahir dalam membabarkan Dhamma, ibunya memintanya untuk membabarkan Dhamma untuknya dan masyarakat dari kota kelahirannya. Biksu Sona mengabulkan permintaannya.

Sebuah gedung megah dibangun dan sebuah acara ceramah Dhamma yang akan dinarasumberi oleh biksu Sona akan digelar. Kerumunan besar orang-orang hadir di gedung megah itu, ibu biksu Sona juga hadir untuk mendengarkan Dhamma yang akan dibabarkan oleh anaknya. Ia mengajak seluruh anggota keluarganya bersamanya dan hanya meninggalkan seorang pelayan untuk menjaga rumahnya.

Pada saat wanita itu tidak ada di rumah, pada malam harinya, sekelompok pencuri menerobos masuk ke dalam rumahnya. Pemimpin pencuri, pergi ke gedung megah tempat di mana wanita pemilik rumah itu berada. Ia duduk dekat wanita itu dan mengawasi gerak-geriknya. Niatnya adalah menyingkirkan wanita itu jika ia kembali ke rumah saat mengetahui bahwa rumahnya sedang dijarah pencuri.

Pelayannya melihat sekelompok pencuri masuk ke dalam rumah. Ia segera pergi melaporkan hal itu kepada majikannya, namun wanita itu hanya berkata, "Biarkan saja pencuri-pencuri itu mengambil semua uangku. Aku tidak peduli, tetapi jangan datang dan menggangguku saat aku sedang mendengar Dhamma. Kau sebaiknya pulang."

Pelayannya pulang. Lagi-lagi ia melihat beberapa orang pencuri masuk secara paksa ke ruangan tempat majikannya menyimpan semua perhiasan peraknya. Ia pun kembali pergi ke gedung megah itu dan melaporkan kepadanya bahwa para pencuri sedang mencuri semua peraknya, akan tetapi wanita itu menjawab dengan hal yang sama seperti tadi. Maka pelayannya kembali ke rumah.

Di rumah, pelayannya melihat para pencuri masuk ke ruang penyimpanan emas dan segera ia pergi melaporkan hal itu kepada wanita itu. Kali ini, wanita itu dengan tegas berkata, "Pelayanku tersayang! Biarkan pencuri-pencuri itu mengambil apapun yang mereka inginkan. Mengapa kau harus datang dan mencemaskan diriku saat aku sedang mendengar Dhamma? Mengapa kau tidak pulang ke rumah sesuai yang kuperintahkan? Janganlah kau datang lagi dan berkata tentang pencuri-pencuri itu."

Pemimpin pencuri yang duduk dekat dengan wanita itu mendengar semua pembicaraannya dan ia sangat terkejut. Kata-kata wanita itu membuatnya berpikir, "Jika kami mencuri harta milik orang bijaksana dan mulia ini, kami pasti akan menerima hukuman, kami bisa saja disambar petir dan kepala kami pecah berkeping-keping."

Pemimpin pencuri menyadari kemungkinan itu dan ia buru-buru kembali ke rumah wanita itu dan memerintahkan semua anak buahnya untuk mengembalikan semua benda yang mereka ambil. Kemudian ia membawa semua anak buahnya ke gedung megah itu, di mana wanita itu masih di sana mendengarkan Dhamma.

Biksu Sona menyelesaikan ceramah Dhammanya di saat menjelang fajar dan turun dari podium tempat ia membabarkan Dhamma.

Pemimpin pencuri menghampiri wanita kaya dan mulia itu, menghormatinya dan memperkenalkan diri. Ia juga mengungkapkan kepada wanita itu bahwa mereka telah menjarah rumahnya dan mengembalikan seluruh jarahannya setelah mendengar pembicaraannya dengan pelayannya yang melaporkan pencurian itu tadi malam.

Lalu, pemimpin pencuri dan anak buahnya meminta maaf kepada wanita itu karena kelakuan mereka. Setelah itu, mereka memohon kepada biksu Sona untuk mentahbiskan mereka menjadi biksu. Setelah pentahbisan, masing-masing ke-900 biksu itu menerima petunjuk meditasi dari biksu Sona dan pergi ke hutan terdekat untuk melatih meditasi di tengah keheningan.

Dari jarak 120 yojana, Sang Buddha melihat biksu-biksu itu dan memancarkan sinar agung-Nya dan muncul jelmaan-Nya di hadapan mereka.

Sang Buddha lalu mengucapkan sembilan ayat itu. Setelah mendengar ucapan Sang Buddha, 100 dari 900 biksu itu mencapai kesucian tingkat arahat.

Dhammapada ayat 368 sampai 376 bab Syair Biksu



Sekilas Info


PEMBANGUNAN VIHARA MAHASAMPATTI


Vihāra Mahāsampatti mengajak para dermawan berhati mulia untuk menjadi penyokong Dhamma dan penganjur berdana dengan berdana COR LANTAI.


Luas bangunan Vihāra Mahāsampatti ± 5555 m2. Untuk itu Vihāra Mahāsampatti yang terletak di Jalan Pajang No. 1-3-5-7-9-11, Kel. Sei Rengas Permata, Kec. Medan Area, Medan, Sumatera Utara, masih sangat membutuhkan kedermawanan Anda.



Baca di situs resminya:

http://donasi.viharamahasampatti.or.id





MEDITASI VIPASSANA


Sukhesikarama Mindfulness Forest (SUMMIT), Bakom, Cianjur, Jawa Barat:

Tempat terbuka sepanjang tahun bagi yang ingin berlatih secara intensif baik mingguan, bulanan, maupun tahunan.



Selama masa pandemi Covid 19 retreat ditiadakan, namun bagi yang ingin berlatih meditasi silahkan datang.

Informasi Lengkap:
lihat di website Sukhesikarama


Informasi Guru Pembimbing:
simak tentang Bhante GUNASIRI

Channel di Youtube Sukhesikarama TV

“Bukan ada waktu baru bermeditasi, tetapi luangkanlah banyak waktu untuk bermeditasi”





PEMBANGUNAN RAKKHITAVANA BUDDHIST CENTER


Panitia pembangunan RAKKHITAVANA BUDDHIST CENTRE memberi kesempatan untuk berbuat kebajikan, demi terwujudnya pembangunan RAKKHITAVANA BUDDHIST CENTRE di Jl. LetJend Jamin Ginting KM 27, sebagai tempat meditasi yang terpadu, sunyi, segar, serta bernuansa asri dengan lokasi yang terjangkau dalam waktu 1 jam dari kota Medan.


Baca di halaman Facebooknya:

Rakkhitavana.