Kisah Biksu Maha Panthaka - Dhammapada
Kisah Biksu Maha Panthaka
Yassa rago ca doso ca,
mano makkho ca patito,
sasaporiva aragga,
tamaham brumi brahmanam.
Seseorang yang telah menjauhkan dirinya,
dari nafsu, kebencian, kesombongan, dan kemunafikan,
bagaikan biji sesawi jatuh dari ujung jarum,
ia Kusebut orang suci.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Veluvana, di dekat kota Rajagaha, sehubungan dengan biksu Mahapanthaka, abang dari biksu Culapanthaka.
Kisah ini berhubungan dengan kisah biksu Cula Panthaka yang terdapat di dalam Dhammapada bab Syair Kewaspadaan
Biksu Mahapanthaka telah mencapai kesucian tingkat arahat pada saat adik laki-lakinya, Culapanthaka, bergabung ke dalam Sangha. Biksu Culapanthaka terlahir sebagai orang bodoh karena pada salah satu kehidupan masa lampaunya, ia mengolok-olok seorang biksu yang sangat bodoh. Akibatnya, kini Biksu Culapanthaka tidak mampu menghafal sebait syair pun dalam waktu 4 bulan. Biksu Mahapanthaka kecewa dengan adiknya dan menyarankan agar dirinya meninggalkan vihara karena ia tidak berkembang sebagai biksu.
Karena hal itulah, pada suatu kesempatan, beberapa orang biksu bertanya kepada Sang Buddha mengapa biksu Mahpanthaka, walaupun seorang arahat, mengusir adiknya keluar dari vihara. Mereka juga menambahkan, "Apakah para arahat masih bisa kehilangan kesabaran? Apakah mereka masih memiliki kekotoran batin seperti kebencian di dalam batin mereka?"
Sang Buddha berkata kepada mereka, "Para biksu! Para arahat tidak lagi memiliki kekotoran batin seperti keserakahan dan kebencian di dalam batin mereka. Putra-Ku, Mahapanthaka, bertindak sesuai apa yang seharusnya ia lakukan berdasarkan pandangan dari sisi kepentingan adiknya dan bukan berdasarkan kebencian."
Sang Buddha lalu mengucapkan ayat itu.
Dhammapada ayat 407 bab Syair Brahmana