Sigala Sutta
Sigalovada Sutta merupakan khotbah Buddha Sakyamuni yang berkaitan dengan etika di masyarakat, yang bersumber dari adat istiadat, kebudayaan, dan ajaran kebenaran menurut ajaran agama.
Sutta ini berisikan wejangan Buddha Sakyamuni kepada Sigala, seorang putera perumah tangga Buddhis yang tinggal di kota Rajagaha. Kedua orang tua Sigala adalah penganut agama Buddha yang taat dan berbakti kepada Buddha, tetapi mereka tidak berhasil mengajak putranya mengikuti jejak mereka. Ketika ayah Sigala akan meninggal dunia, ia berpesan kepada Sigala untuk melaksanakan permintaannya untuk menghormati 6 penjuru pada waktu subuh.
Demikianlah yang telah kudengar.
Pada suatu ketika, Sang Buddha berdiam di vihara Veluvana (Hutan Bambu) di Kandakavinapa (Suaka Tupai), di dekat kota Rajagaha.
Pada waktu itu, Sigala, seorang perumah tangga muda, bangun pagi-pagi sekali dan keluar dari Rajagaha. Lantas dengan rambut dan pakaian basah, sambil beranjali ia menyembah ke berbagai arah, yaitu arah timur, selatan, barat, utara, bawah dan atas.
Sementara pada pagi itu, Sang Buddha, setelah mengenangkan jubah serta membawa mangkuknya pergi ke Rajagaha untuk menerima dana makanan. Sang Buddha melihat Sigala menyembah ke berbagai arah dan bertanya padanya;
Anak muda, mengapa kau bangun pagi-pagi sekali, meninggalkan Rajagaha dengan rambut dan pakaian basah, serta sambil beranjali engkau menyembah ke berbagai arah; ke arah timur, selatan, barat, utara, bawah dan atas?
Sang Bhagava, ketika ayahku menjelang wafat, beliau berkata padaku bahwa keenam arah itu harus kau sembah. Demikianlah Sang Bhagava, karena menghormati, mengindahkan, menjunjung dan menganggap suci kata-kata ayahku itulah maka aku bangun pagi-pagi sekali dan keluar dari Rajagaha, dengan rambut dan pakaian basah, sambil beranjali saya menyembah ke enam arah.
Sang Buddha berkata;
Tetapi, anak muda, itu bukan caranya. Enam arah itu harus disembah dengan cara seperti yang dilakukan oleh orang-orang suci.
Sigala bertanya;
Sang Bhagava, bagaimanakah seharusnya enam arah itu disembah? Alangkah baiknya apabila Sang Bhagava berkenan mengajarkan kepada aku ajaran yang menguraikan cara menyembah enam arah itu sesuai dengan ajaran orang suci.
Baiklah, anak muda, dengarkan dan perhatikan dengan baik kata-kata-Ku ini.
Baik, Sang Bhagava,jawab Sigala.
Sang Bhagava lalu berkata;
Karena siswa Arya telah menyingkirkan empat kekotoran tingkah laku, karena ia tidak melakukan perbuatan jahat yang disadari oleh empat dorongan, karena ia tidak mengejar enam saluran yang memboroskan kekayaan, maka dengan menjauhi empat belas hal buruk itu ia adalah seorang pengayom enam arah itu, seorang penakluk; ia akan sejahtera dalam alam ini dan alam berikutnya. Pada saat kehancuran tubuhnya, setelah meninggal dunia, ia akan terlahir kembali ke alam bahagia, alam surga.
Apakah keempat kekotoran tingkah laku yang telah ia singkirkan itu? Yaitu membunuh makhluk hidup, mencuri, berzina dan berbohong.
Setelah selesai berkata demikian, Sang Buddha mengucapkan syair ini;
Sang Buddha lalu melanjutkan penjelasan-Nya;
Apakah keempat dorongan yang mendasari perbuatan jahat yang tidak ia lakukan? Perbuatan-perbuatan jahat yang dilakukan atas dorongan rasa kesenangan sepihak; atas dorongan kebencian; atas dorongan ketidaktahuan; dan atas dorongan rasa takut. Tetapi karena para siswa Arya tidak terseret oleh keempat dorongan tersebut maka ia tidak melakukan perbuatan jahat.
Setelah selesai berkata demikian, Sang Buddha mengucapkan syair ini;
Sang Buddha berkata,
Anak muda, apakah enam saluran yang memboroskan kekayaan itu?
1. Gemar minum minuman yang memabukkan,
2. Berkeliaran di jalan pada saat yang tidak pantas,
3. Mengejar tempat-tempat hiburan,
4. Gemar berjudi yang menyebabkan ketidakpedulian,
5. Berteman dengan orang-orang jahat,
6. Kemalasan.
Anak muda, terdapat enam akibat buruk gemar minum minuman yang memabukkan dan mengakibatkan hilangnya kesadaran;
- Kerugian harta,
- Menambah perseteruan,
- Tubuh rentan terhadap penyakit,
- Kehilangan sifat baik,
- Terlihat tidak sopan,
- Kecerdasan menurun.
Anak muda, terdapat enam akibat buruk berkeliaran di jalan pada saat yang tidak pantas;
- Dirinya tidak terjaga dan tidak terlindungi,
- Anak dan istrinya tidak terjaga dan tidak terlindungi,
- Harta kekayaannya tidak terjaga dan tidak terlindungi,
- Ia dapat dituduh sebagai pelaku kejahatan yang belum terbukti,
- Menjadi sasaran gosip,
- Ia akan menjumpai banyak kesulitan.
Anak muda, terdapat enam akibat buruk selalu mengejar tempat-tempat hiburan, yaitu ia akan selalu berpikir;
- Di mana ada tari-tarian?
- Di mana ada nyanyi-nyanyian?
- Di mana ada pertunjukan musik?
- Di mana ada pembacaan deklamasi?
- Di mana ada permainan tambur?
- Di mana ada permainan seruling?
Anak muda, terdapat enam akibat buruk gemar berjudi;
- Bila menang ia memperoleh kebencian,
- Bila kalah ia kehilangan harta kekayaannya,
- Kerugian harta benda secara nyata,
- Di pengadilan kata-katanya tidak dihargai,
- Ia dipandang rendah oleh teman-teman dan pejabat-pejabat pemerintah,
- Ia tidak disukai oleh orang-orang yang mencari menantu, karena mereka akan berkata bahwa seorang penjudi tidak akan dapat menghidupi istri.
Anak muda, terdapat enam akibat buruk berteman dengan orang-orang jahat, yaitu ia akan menjadi teman dan sahabat dari;
- Setiap penjudi,
- Setiap orang yang gemar berfoya-foya,
- Setiap pemabuk,
- Setiap penipu,
- Setiap pembohong,
- Setiap orang yang kejam.
Anak muda, terdapat enam akibat buruk mempunyai kebiasaan malas, yaitu agar tidak bekerja ia akan berkata;
- Terlalu dingin,
- Terlalu panas,
- Terlalu pagi,
- Terlalu siang,
- Aku terlalu lapar,
- Aku terlalu kenyang.
Dengan demikian, semua yang seharusnya ia kerjakan tetap tidak dikerjakannya. Harta kekayaan baru tidak ia peroleh, sementara harta kekayaan yang telah ada akhirnya habis.
Setelah selesai berkata demikian, Sang Buddha mengucapkan syair ini;
Sang Buddha kemudian menerangkan;
Anak muda, terdapat empat macam orang yang harus dianggap sebagai musuh, yang berpura-pura menjadi sahabat. Mereka adalah;
1. orang yang tamak,
2. orang yang banyak bicara tetapi sedikit berbuat,
3. penjilat, dan,
4. orang yang boros.
Anak muda, terdapat empat dasar yang menyebabkan orang tamak harus dianggap sebagai musuh, yang berpura-pura menjadi sahabat, yaitu:
- Ia menggunakan kekayaan temannya,
- Ia memberi sedikit dan meminta banyak,
- Ia melakukan kewajibannya hanya karena takut,
- Ia hanya ingat akan kepentingan dirinya sendiri.
Anak muda, terdapat empat dasar yang menyebabkan orang yang banyak bicara tetapi sedikit berbuat harus dianggap sebagai musuh, yang berpura-pura menjadi sahabat yaitu;
- Ia menyatakan persahabatan berkenaan dengan hal-hal yang lampau,
- Ia menyatakan persahabatan berkenaan dengan hal-hal yang akan datang,
- Ia berusaha untuk mendapatkan simpatik dengan kata-kata kosong,
- Bila ada kesempatan untuk membantu, dia mengatakan tidak sanggup.
Anak muda, terdapat empat dasar yang menyebabkan orang yang penjilat harus dianggap sebagai musuh, yang berpura-pura menjadi sahabat, yaitu;
- Ia menyetujui hal-hal yang salah,
- Ia tidak menganjurkan hal-hal yang benar,
- Ia memuji dirimu di hadapanmu,
- Ia membicarakan kejelekan dirimu di hadapan orang lain.
Anak muda, terdapat empat dasar yang menyebabkan orang boros harus dianggap sebagai musuh, yang berpura-pura menjadi sahabat, yaitu;
- Ia menjadi teman saat meminum minuman keras yang memabukkan,
- Ia menjadi teman saat berkeliaran di jalan pada waktu yang tidak pantas,
- Ia menjadi teman saat mengunjungi tempat-tempat hiburan dan pertunjukan,
- Ia menjadi teman saat berjudi yang menyebabkan ketidakpedulian.
Setelah selesai berkata demikian, Sang Buddha mengucapkan syair ini;
sahabat yang banyak bicara sedikit berbuat,
sahabat yang menjilat,
sahabat yang boros.
Keempat ini adalah musuh bagi orang bijak,
hindari mereka agar jauh dari jalan berbahaya.
Sang Buddha lalu menjelaskan,
Anak muda, terdapat empat macam teman yang harus dipandang berhati tulus, yaitu;
- ia yang penolong,
- ia yang hadir saat senang dan susah,
- ia yang memberi nasihat baik,
- ia yang bersimpati.
Anak muda, terdapat empat dasar ia yang penolong harus dipandang sebagai teman berhati tulus, yaitu;
- Ia menjaga dirimu sewaktu kau lengah,
- Ia menjaga milikmu sewaktu kau lengah,
- Ia menjadi pelindung dirimu sewaktu engkau dalam bahaya,
- Ia memberikan bantuan dua kali lebih banyak dari yang kau perlukan.
Anak muda, terdapat empat dasar ia yang hadir pada saat senang dan susah harus dipandang sebagai teman berhati tulus, yaitu;
- Ia menceritakan rahasia-rahasia dirinya kepadamu,
- Ia menjaga rahasia dirimu,
- Ia tidak akan meninggalkan dirimu sewaktu kau berada dalam kesulitan,
- Ia bersedia mengorbankan dirinya demi kepentinganmu.
Anak muda, terdapat empat dasar ia yang memberi nasihat-nasihat yang baik harus dipandang sebagai teman berhati tulus, yaitu;
- Ia mencegah kau berbuat jahat,
- Ia menganjurkan kau untuk berbuat baik,
- Ia memberitahukan apa yang belum kau ketahui,
- Ia menunjukkan kau jalan ke surga.
Anak muda, terdapat empat dasar ia yang selalu bersimpati kepadamu harus dipandang sebagai teman berhati tulus, yaitu;
- Ia tidak bergembira atas kesengsaraanmu,
- Ia merasa senang atas kesejahteraanmu,
- Ia mencegah orang lain membicarakan keburukan dirimu,
- Ia memuji orang lain memuji dirimu.
Setelah selesai berkata demikian, Sang Buddha mengucapkan syair ini;
Keempat macam teman inilah yang dipertahankan oleh orang bijak, dan dengan setia menghargai mereka, bagaikan seorang ibu terhadap anaknya.
Kekayaannya akan semakin meningkat, bagaikan gundukan sarang semut yang semakin besar.
Dengan membagi kekayaannya menjadi empat bagian, demikianlah, ia memperoleh kejayaan karena persahabatan.
Sang Buddha berkata,
Anak muda, bagaimana cara siswa Arya melindungi enam arah? Keenam arah itu harus dipandang sebagai berikut: Ibu dan ayah seperti arah timur. Para guru seperti arah selatan. Istri dan anak seperti arah barat. Sahabat dan teman seperti arah utara. Pelayan dan karyawan sebagai arah bawah. Guru rohani dan brahmana seperti arah atas.
Anak muda, terdapat lima cara seorang anak harus memperlakukan orang tuanya seperti arah timur;
- Aku harus merawat mereka,
- Aku akan memikul beban kewajiban-kewajiban mereka,
- Aku akan mempertahankan keturunan dan tradisi keluarga,
- Aku akan menjadikan diriku pantas menerima warisan,
- Aku akan melakukan perbuatan-perbuatan baik untuk menghormati keluargaku yang telah meninggal dunia.
Anak muda, dengan lima cara inilah orang tua, yang diperlakukan demikian oleh seorang anak seperti arah timur, menunjukkan cinta kasih mereka kepada anaknya;
- Mereka mencegah anaknya berbuat jahat,
- Mereka mendorong anaknya berbuat baik,
- Mereka melatih anaknya dalam suatu profesi,
- Mereka mencarikan anaknya pasangan yang pantas,
- Pada waktunya, mereka menyerahkan warisan kepada anaknya.
Anak muda, dengan lima cara inilah seorang anak memperlakukan orang tuanya seperti arah timur. Dengan lima cara inilah orang tua menunjukkan cinta kasih mereka pada anaknya. Demikianlah, arah timur dilindungi, diselamatkan dan diamankan olehnya.
Anak muda, terdapat lima cara siswa-siswa memperlakukan guru-guru mereka seperti arah selatan;
- Bangkit dari tempat duduk untuk memberi hormat,
- Melayani mereka,
- Bersemangat dalam belajar,
- Memberikan jasa-jasa mereka,
- Memberikan perhatian sewaktu menerima ajaran.
Anak muda, dengan lima cara inilah guru-guru, yang diperlakukan demikian oleh siswa-siswa mereka seperti arah selatan, menunjukkan cinta kasih mereka kepada murid-muridnya;
- Mereka melatih murid-muridnya dengan penuh disiplin,
- Mereka tahu apakah murid-muridnya mengerti ajarannya,
- Mereka mengajarkan ilmu seni dan ilmu alam,
- Mereka memperkenalkan murid-muridnya kepada teman-teman dan sahabat-sahabatnya,
- Mereka menjaga keselamatan murid-muridnya di segala tempat.
Anak muda, dengan lima cara inilah murid-murid memperlakukan gurunya seperti arah selatan. Dengan lima cara inilah guru-guru menunjukkan cinta kasih mereka kepada murid-muridnya. Demikianlah, arah selatan dilindungi, diselamatkan dan diamankan olehnya.
Anak muda, terdapat lima cara seorang suami memperlakukan istri mereka seperti arah barat;
- Bersikap sopan,
- Tidak membenci,
- Setia,
- Memberikan wewenang,
- Memberikan perhiasan.
Anak muda, dengan lima cara inilah seorang istri, yang diperlakukan demikian oleh suami mereka seperti arah barat, menunjukkan cinta kasih mereka kepada suaminya;
- Melakukan pekerjaan rumahnya dengan baik,
- Ramah tamah kepada sanak keluarga kedua belah pihak,
- Setia,
- Menjaga kekayaan keluarga,
- Mahir dan rajin menjalankan tugas-tugasnya.
Anak muda, dengan lima cara inilah seorang suami memperlakukan istrinya seperti arah barat. Dengan lima cara inilah seorang istri menunjukkan cinta kasih mereka kepada suami mereka. Demikianlah, arah barat dilindungi, diselamatkan dan diamankan olehnya.
Anak muda, terdapat lima cara seseorang memperlakukan teman-teman dan sahabat-sahabat mereka seperti arah utara;
- Murah hati,
- Berucap yang sopan santun,
- Berusaha membantu,
- Adil,
- Tulus.
Anak muda, dengan lima cara inilah teman-teman dan sahabat-sahabat, yang diperlakukan demikian oleh orang itu seperti arah utara, menunjukkan cinta kasih mereka kepada orang itu;
- Mereka melindungi dirinya pada saat ia lengah,
- Mereka melindungi kekayaannya pada saat ia lengah,
- Mereka menjadi pelindungnya pada saat bahaya,
- Mereka tidak meninggalkannya saat kesulitan,
- Mereka menghormati keluarganya.
Anak muda, dengan lima cara inilah seseorang memperlakukan teman-teman dan sahabat-sahabatnya seperti arah utara. Dengan lima cara inilah teman-teman dan sahabat-sahabat menunjukkan cinta kasih mereka kepada seseorang. Demikianlah, arah barat dilindungi, diselamatkan dan diamankan olehnya.
Anak muda, terdapat lima cara seorang majikan memperlakukan pelayan-pelayan dan karyawan-karyawannya seperti arah bawah;
- Memberikan tugas sesuai kemampuan mereka,
- Memberikan makanan dan gaji,
- Merawat yang sakit,
- Membagikan makanan lezat,
- Memberikan waktu libur.
Anak muda, dengan lima cara inilah pelayan-pelayan dan karyawan-karyawan, yang diperlakukan demikian oleh majikan mereka seperti arah bawah, menunjukkan cinta kasih mereka kepada majikan mereka;
- Mereka bangun terlebih dahulu,
- Mereka tidur lebih lambat,
- Mereka hanya mengambil apa yang diberikan,
- Mereka mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik,
- Mereka menjaga nama baik dan kemasyhuran majikan mereka.
Anak muda, dengan lima cara inilah seorang majikan memperlakukan pelayan-pelayan dan karyawan-karyawannya seperti arah bawah. Dengan lima cara inilah pelayan-pelayan dan karyawan-karyawan menunjukkan cinta kasih mereka kepada majikan mereka. Demikianlah, arah bawah dilindungi, diselamatkan dan diamankan olehnya.
Anak muda, terdapat lima cara seorang umat memperlakukan para pertapa dan brahmana seperti arah atas;
- Berbuat kebajikan,
- Berucap kebajikan,
- Berpikir kebajikan,
- Menyambut kedatangan mereka,
- Mempersembahkan kebutuhan mereka.
Anak muda, dengan enam cara inilah para pertapa dan brahmana, yang diperlakukan demikian oleh seorang umat mereka seperti arah atas, menunjukkan cinta kasih mereka kepada umat mereka;
- Mereka akan mencegah umatnya berbuat jahat,
- Mereka akan mendorong umatnya berbuat baik,
- Mereka sangat mencintai umatnya dengan tulus,
- Mereka mengajarkan apa saja yang umatnya belum pernah belajar,
- Mereka tahu kalau umatnya sudah mengerti ajarannya,
- Mereka menunjukkan kepada umatnya jalan menuju alam bahagia.
Anak muda, dengan lima cara inilah seorang umat memperlakukan para pertapa dan brahmana seperti arah atas. Dengan lima cara inilah para pertapa dan brahmana menunjukkan cinta kasih mereka kepada umat mereka. Demikianlah, arah atas dilindungi, diselamatkan dan diamankan olehnya.
Setelah selesai berkata demikian, Sang Buddha mengucapkan syair ini;
guru adalah arah selatan,
istri dan anak-anak adalah arah barat,
teman dan sahabat adalah arah utara.
pertapa dan brahmana adalah arah atas,
ia yang ingin pantas memimpin rumah tangga,
ia harus menghormati keenam arah itu.
lembut dan pandai,
rendah hati dan patuh,
pantaslah ia memperoleh penghormatan.
tak goyah di dalam kesengsaraan,
sempurna sikap dan pikirannya,
pantaslah ia memperoleh penghormatan.
murah hati dan tidak egois,
pemandu, pembina, dan pemimpin,
pantaslah ia memperoleh penghormatan.
ringan tangan untuk membantu,
adil terhadap siapapun,
bagaikan seorang penegak hukum.
bagaikan pasak berputar di tengah roda,
bila dunia ini tidak ada,
ibu maupun ayah tidak akan menerima,
penghargaan dan penghormatan dari anak-anak mereka.
orang bijak menghargai semua jalan itu,
mereka memperoleh keunggulan,
dan memuji pencapaian mereka.
Setelah mendengar penjelasan dari Sang Buddha, pemuda Sigala berkata,
Luar biasa, Sang Bhagava, Luar biasa! Sama seperti seseorang yang memperbaiki apa yang telah runtuh, atau menemukan sesuatu yang tersembunyi, atau menunjukkan jalan kepada orang yang tengah tersesat, atau menyalakan penerangan di tengah kegelapan, sehingga mereka dapat melihat. Ajaran ini telah Sang Bhagava jelaskan dengan cerdas.
Sang Bhagava, aku ingin berlindung kepada Buddha, Dhamma dan Sangha. Terimalah aku sebagai seorang upasaka (umat berumah tangga), yang seumur hidupku akan aku nyatakan berlindung kepada Buddha, Dhamma, dan Sangha.