Kisah Ayuvaddhana Kumara - Dhammapada
Kisah Ayuvaddhanakumara
Abhivadanasilissa,
niccam vuddhapacayino,
cattaro dhamma vaddhanti,
ayu vanno sukham balam.
Seseorang yang selalu menghormati,
dan menghargai mereka yang lebih tua dan lebih suci,
maka akan memperoleh empat manfaat,
umur panjang, keanggunan, kebahagiaan dan kekuatan.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara pedesaan di dekat Dighalanghika, sehubungan dengan Ayuvaddhanakumara.
Pada suatu waktu, terdapat dua orang pertapa yang hidup bersama-sama dalam melatih pertapaan keras (tapacaranam) selama 48 tahun. Akhirnya, salah satu pertapa meninggalkan kehidupan petapa dan menikah.
Setelah putranya lahir, mereka sekeluarga mengunjungi pertapa tua itu dan menghormatinya. Kepada mereka pertapa itu berkata, "Semoga kalian panjang umur." Namun ia tidak berkata apa-apa kepada anak itu.
Mereka heran dan bertanya kepada pertapa itu alasannya. Pertapa itu memberitahukan kepada mereka bahwa anak itu hanya akan hidup 7 hari lagi, dan ia tidak tahu cara untuk menahan kematiannya, namun, Gotama Buddha mungkin tahu caranya.
Maka mereka membawa anaknya kepada Sang Buddha. Pada saat mereka bersujud menghormati Sang Buddha, Ia juga berkata kepada mereka, "Semoga kalian panjang umur," dan tidak berkata demikian kepada anak mereka. Sang Buddha juga memberitahukan tentang kematian anak mereka.
Untuk menghindari kematian, mereka dianjurkan untuk membangun sebuah paviliun di dekat pintu masuk rumah mereka, dan meletakkan anak mereka pada sebuah tempat duduk di dalam paviliun itu.
Kemudian, beberapa biksu dikirim ke sana untuk membaca parita-parita selama 7 hari. Pada hari ketujuh Sang Buddha juga datang ke paviliun itu. Para dewa yang ada di alam semesta ini juga datang.
Pada saat itu raksasa Avaruddhaka juga berada di sana, menunggu kesempatan untuk membawa pergi anak itu. Namun kekuatan para dewa melebihinya, sehingga raksasa itu harus mundur dan menjaga jarak dengan para dewa, akhirnya ia harus berdiri pada tempat yang berjarak 2 yojana (30 km) dari anak itu. Selama semalaman, pembacaan parita tetap berlangsung, sehingga dapat melindungi anak itu.
Hari berikutnya, anak itu dibawa keluar dari paviliun dan bersujud menghormati Sang Buddha. Kali ini Sang Buddha berkata, "Semoga kau panjang umur." kepada anak itu.
Pada saat ditanya seberapa lama anak itu akan hidup, Sang Buddha berkata bahwa anak itu akan hidup selama 120 tahun. Oleh karena itu ia dinamakan Ayuvaddhana.
Pada saat anak itu tumbuh semakin besar, ia pergi ke seluruh negeri bersama dengan 500 orang biksu. Pada suatu hari, mereka tiba di vihara Jetavana, dan para biksu di sana mengenalinya dan bertanya kepada Sang Buddha, "Bagi para makhluk hidup, apakah ada cara memperpanjang umur?"
Sang Buddha menjawab pertanyaan itu, "Dengan menghormati dan menghargai orang yang lebih tua dan mereka yang bijaksana dan suci, seseorang bukan hanya akan memperoleh panjang usia, juga akan memperoleh keanggunan, kebahagiaan, dan kekuatan."
Lalu Sang Buddha mengucapkan ayat itu. Setelah mendengar ucapan Sang Buddha, Ayuvaddhana beserta ke-500 rekannya mencapai kesucian tingkat sotapanna.
Dhammapada ayat 109 bab Syair Ribuan