Kisah Biksu Belatthasisa - Dhammapada
Kisah Biksu Belatthasisa
Yesam sannicayo natthi,
ye parinnatabhojana,
sunnato animitto ca,
vimokkho yesam gocaro,
akaseva sakuntnam,
gati tesam durannaya.
Para arahat tidak lagi menimbun**,
mereka makan dengan penuh perhatian**,
mereka telah terbebas dari kemelekatan,
tanpa keinginan, niat jahat dan kelalaian,
tujuan mereka bagaikan burung terbang di langit,
yang jejaknya tak terlacak.
tidak lagi menimbun karma
makan sesuai dengan 3 parinna; (1) mengetahui sifat makanan yang dimakan, (2) menyadari jenis makanan, dan (3) melepaskan semua ikatan pada makanan.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, sehubungan dengan biksu Belatthasisa.
Biksu Belatthasisa, setelah berkeliling menerima dana makanan di dalam sebuah desa, berhenti dan memakan makanannya. Setelah makan, ia kembali berkeliling untuk menerima dana makanan lagi.
Setelah menerima cukup makanan ia pun kembali ke vihara, menjemur kering makanannya dan menyimpannya. Dengan demikian, ia tidak perlu berkeliling menerima dana makanan setiap hari.
Ia kemudian menetap dalam meditasi jhana selama 2 atau 3 hari. Bangkit dari meditasi jhananya, ia merendam makanan kering itu ke dalam air dan memakannya.
Beberapa biksu berprasangka buruk terhadap kelakuan biksu itu dan melaporkan hal itu kepada Sang Buddha tentang biksu yang menyimpan makanan. Semenjak saat itu, para biksu dilarang untuk menyimpan makanan.
Sedangkan biksu Belatthasisa yang menyimpan makanan sebelum peraturan itu dibuat dan karena ia melakukannya bukan atas dasar keserakahan terhadap makanan, namun hanya untuk menghemat waktu agar dapat melatih meditasi, Sang Buddha mengumumkan bahwa ia tidak bersalah dan tidak dapat dipersalahkan.
Sang Buddha lalu mengucapkan ayat itu.
Dhammapada ayat 092 bab Syair Arahat