Kisah Biksu Maha Kaccayana - Dhammapada
Kisah Biksu Maha Kaccayana
Yassinriyani samathangatani,
assa yatha sarathina sudanta,
pahinamassa anasavassa,
devapi tassa pihayanti tadino.
Seorang arahat yang inderanya tenang,
bagaikan kuda-kuda yang terkendali dengan baik oleh kusir,
yang bebas dari kesombongan dan kekotoran batin,
maka dewa pun mencintainya.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Pubbarama, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan biksu Maha Kaccayana.
Pada saat bulan purnama yang juga merupakan akhir musim vassa, dewa Sakka beserta serombongan besar dewa datang dan bersujud kepada Sang Buddha yang saat itu berdiam di vihara Pubbarama, vihara yang dipersembahkan oleh upasika Visakha.
Pada saat itu, Sang Buddha ditemani oleh dua murid utama-Nya dan semua biksu senior. Sementara itu, biksu Maha Kaccayana yang melewati musim vassa di Avanti belum tiba, namun sebuah tempat duduk kosong telah menunggunya di Pubbarama.
Sakka mempersembahkan bunga-bungaan, dupa wangi, dan wewangian kepada Sang Buddha. Karena melihat sebuah tempat duduk yang masih kosong, Sakka berkata bahwa ia amat berharap jika biksu Maha Kaccayana dapat segera tiba sehingga ia juga dapat mengadakan persembahan kepadanya.
Dengan seketika biksu Maha Kaccayana tiba. Sakka amat terkesan dan dengan penuh semangat mempersembahkan kepadanya bunga-bunga, dupa wangi dan wewangian.
Para biksu amat kagum karena dewa Sakka mengadakan persembahan kepada biksu Maha Kaccayana, namun beberapa biksu berpikir bahwa dewa Sakka hanya pilih kasih kepada biksu Maha Kaccayana.
Sang Buddha lalu berkata kepada para biksu itu, "Seseorang yang inderanya terkendali akan dicintai oleh manusia dan dewa."
Lalu Sang Buddha mengucapkan ayat itu.
Dhammapada ayat 094 bab Syair Arahat