Kisah Biksu Revata - Dhammapada
Kisah Biksu Revata
Game va yadi varanne,
ninne va yadi va thale,
yattha arahato viharanti,
tam bhumiramaneyyakam.
Di pedesaan ataupun di hutan,
di lembah ataupun di bukit,
di mana pun arahat berdiam,
tempat itu akan penuh dengan kedamaian.
Sang Buddha mengucapkan ayat itu pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan Revata, si biksu dari hutan akasia.
Revata adalah adik terkecil dari murid utama Sang Buddha, biksu Sariputra. Ialah satu-satunya dari semua saudara-saudari biksu Sariputra yang belum meninggalkan rumah untuk menjalankan hidup tanpa berumah tangga.
Orang tuanya sangat ingin menikahkannya. Revata berusia 7 tahun pada saat orang tuanya menikahkannya dengan seorang gadis kecil. Di upacara pernikahannya, ia melihat seorang wanita tua yang berusia 120 tahun, dan ia menyadari bahwa semua makhluk hidup akan menua dan mati.
Makanya, ia melarikan diri dari rumah menuju sebuah vihara yang dihuni oleh 30 orang biksu. Biksu-biksu itu telah diminta oleh biksu Sariputra untuk menahbiskan adiknya menjadi samanera jika ia datang kepada mereka. Para biksu itu pun melaksanakan petunjuk biksu Sariputra dengan menahbiskan adiknya menjadi samanera.
Samanera Revata mendapatkan petunjuk meditasi dari biksu-biksu itu dan pergi ke hutan akasia yang berjarak 30 yojana (450 km) dari vihara. Pada akhir musim vassa, samanera Revata mencapai kesucian arahat.
Biksu Sariputra memohon izin dari Sang Buddha untuk mengunjungi adiknya, namun Sang Buddha berkata bahwa Ia juga akan pergi ke sana. Maka, Sang Buddha ditemani biksu Sariputra, biksu Sivali, dan 500 orang biksu lainnya memulai perjalanan untuk mengunjungi samanera Revata.
Perjalanannya amat panjang, jalan yang dilalui amat buruk dan daerah sekelilingnya tidak berpenghuni, namun para dewa memenuhi segala kebutuhan Sang Buddha dan para biksu selama perjalanan itu. Setiap 1 yojana, sebuah vihara dan makanan disajikan, dan rombongan itu menempuh jarak rata-rata 1 yojana sehari.
Samanera Revata mengetahui tentang kedatangan Sang Buddha. Ia juga membuat persiapan untuk menyambut kedatangan-Nya. Dengan kekuatan batinnya, ia menciptakan sebuah vihara khusus untuk Sang Buddha dan 500 vihara untuk setiap biksu, serta mengusahakan kenyamanan mereka selama mereka berada di sana.
Dalam perjalanan kembalinya, mereka melalui jalur yang sama, dan akhirnya, pada akhir bulan, mereka tiba di vihara Pubbarama yang terletak di sebelah timur kota Savatthi. Dari sana mereka mengunjungi rumah upasika Visakha, wanita yang mempersembahkan dana makanan kepada mereka. Setelah selesai makan, Visakha bertanya kepada Sang Buddha apakah tempat Revata di hutan akasia terasa nyaman.
Lalu Sang Buddha menjawabnya dengan mengucapkan ayat itu.
Dhammapada ayat 098 bab Syair Arahat