Kisah Biksuni Uppalavanna - Dhammapada
Kisah Biksuni Uppalavanna
Madhumva mannati balo,
yava papam na paccati,
yada ca paccati papam,
atha dukkham nigacchati.
Saat benih karma buruk belum berbuah,
si bodoh menganggapnya manis bagaikan madu,
namun saat benih itu berbuah,
si bodoh akan menderita.
Sang Buddha mengucapkan ayat itu pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan biksuni Uppalavanna.
Pada suatu ketika, di Savatthi terdapat seorang putri orang kaya. Karena kecantikannya, penampilannya begitu lembut dan manis, bagaikan bunga teratai biru, ia dipanggil dengan nama Uppalavanna, si teratai biru.
Ketenaran kecantikannya menyebar secara luas dan jauh dan banyak sekali yang melamarnya, para pangeran, orang-orang kaya, dan lainnya. Namun ia memutuskan lebih baik menjadi seorang biksuni, wanita anggota Sangha.
Pada suatu hari, setelah menyalakan sebuah lampu, ia memusatkan pikirannya pada cahaya api dan bermeditasi pada api kasina (sebuah objek perenungan) ia mencapai pencerahan dan akhirnya mencapai kesucian arahat.
Beberapa waktu kemudian, ia pindah ke Hutan Gelap (Andhavana) dan hidup sendirian. Pada saat biksuni Uppalavanna sedang keluar berkeliling menerima persembahan, Nanda, putra pamannya, mendatangi viharanya dan bersembunyi di balik tempat duduk.
Nanda telah jatuh cinta kepada Uppalavanna sebelum ia menjadi biksuni. Niatnya adalah memperolehnya dengan paksaan.
Pada saat Uppalavanna pulang ia melihat Nanda dan berkata, "Kau bodoh. Jangan menyakiti, jangan menganiaya."
Namun, Nanda tidak berhenti. Dan setelah memuaskan dirinya, ia meninggalkan Uppalavanna. Saat ia menginjakkan kaki ke tanah, seketika bumi terbelah lebar dan ia ditelan.
Mendengar hal itu, Sang Buddha mengucapkan ayat itu. Setelah mendengar ucapan Sang Buddha, banyak yang mencapai kesucian sotapanna.
Kemudian Sang Buddha memanggil raja Pasenadi dari kerajaan Kosala dan memberitahukan kepadanya tentang bahayanya biksuni-biksuni hidup di dalam hutan-hutan, harus menghadapi perilaku orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang terhanyut dalam gairah. Raja kemudian berjanji hanya akan mendirikan vihara bagi para biksuni di dalam kota ataupun di dekat kota.
Dhammapada ayat 069 bab Syair Orang Bodoh