Dhammacakkapavattana Sutta
Dhammacakkappavattana Sutta adalah teks Buddhis yang dianggap oleh umat Buddha sebagai catatan pengajaran pertama yang diberikan oleh Buddha Gautama di Isipatana setelah ia mencapai pencerahan. Topik utama sutta ini adalah Empat Kebenaran Mulia, yang merujuk pada konsep Buddhis tentang Jalan Tengah, ketidakkekalan, dan kemunculan bergantungan.
Demikianlah yang telah kudengar.
Pada suatu ketika, Sang Bhagava bersemayam di Taman Rusa Isipatana, di dekat kota Baranasi. Di sana, Sang Buddha berkata kepada kelompok lima biksu;
Para biksu, ada dua ekstrim yang tidak boleh dipraktikkan oleh orang yang telah meninggalkan kehidupan rumah tangga, yaitu; pertama, mengumbar dan kecanduan pada kesenangan indera yang rendah, kasar, yang dilakukan oleh umat-umat awam, tidak layak, dan tidak bermanfaat. Kedua, melakukan penyiksaan diri, menyakitkan, tidak mulia, dan tidak bermanfaat.
Para biksu, sebaiknya menghindari kedua cara ekstrim ini. Tathagata telah merealisasikan Jalan Tengah yang memberikan penglihatan, pengetahuan, dan menuju ketenangan, menuju pandangan terang, pencerahan, dan nibbana.
Para biksu, apakah Jalan Tengah yang telah direalisasikan oleh tathagata, yang memberikan penglihatan, pengetahuan, dan menuju ketenangan, menuju pandangan terang, pencerahan, dan nibbana?
Inilah Jalan Mulia Berunsur Delapan, dan tidak ada jalan yang lain, yaitu; pengertian benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, usaha benar, perhatian benar, dan konsentrasi benar.
Para biksu, itulah Jalan Tengah yang direalisasikan oleh Tathagata, yang memberikan penglihatan, pengatahuan, dan menuju ketenangan, menuju pandangan terang, pencerahan, dan nibbana.
===
Para biksu, inilah kebenaran mulia tentang penderitaan.
Kelahiran adalah penderitaan, penuaan adalah penderitaan, penyakit adalah penderitaan, kematian adalah penderitaan, berkumpul dengan yang tidak disukai adalah penderitaan, berpisah dengan yang dicintai adalah penderitaan, tidak memperoleh apa yang diinginkan adalah penderitaan, dan singkatnya lima kelompok kehidupan adalah penderitaan.
Para biksu, inilah kebenaran mulia tentang penyebab penderitaan.
Inilah keinginan yang menyebabkan kelahiran kembali, disertai oleh kesenangan rendah, mencari kesenangan di sana-sini, yaitu; keinginan akan kesenangan indera, keinginan akan kesenangan kemunculan, dan keinginan akan kesenangan pelenyapan.
Para biksu, inilah kebenaran mulia tentang penghentian penderitaan.
Yaitu dengan memadamkan secara menyeluruh keinginan itu, meninggalkan, melepaskan, membebaskan, dan tidak terikat dengan kesenangan indera.
Para biksu, inilah kebenaran mulia tentang Jalan penghentian penderitaan.
Inilah Jalan Mulia Berunsur Delapan, yaitu; pengertian benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, usaha benar, perhatian benar, dan konsentrasi benar.
===
Para biksu, Aku telah mengetahui kebenaran mulia tentang penderitaan, mengenai hal-hal yang belum pernah terdengar sebelumnya, telah muncul penglihatan, pengetahuan, kebijaksanaan, ilmu pengetahuan, dan cahaya.
Para biksu, inilah kebenaran mulia tentang penderitaan yang harus dipahami sepenuhnya, telah muncul dalam diri-Ku mengenai hal-hal yang belum pernah terdengar sebelumnya, telah muncul penglihatan, pengetahuan, kebijaksanaan, ilmu pengetahuan, dan cahaya.
Para biksu, inilah kebenaran mulia tentang penderitaan yang telah dipahami sepenuhnya, telah muncul dalam diri-Ku mengenai hal-hal yang belum pernah terdengar sebelumnya, telah muncul penglihatan, pengetahuan, kebijaksanaan, ilmu pengetahuan, dan cahaya.
===
Para biksu, Aku telah mengetahui kebenaran mulia tentang penyebab penderitaan, mengenai hal-hal yang belum pernah terdengar sebelumnya, telah muncul penglihatan, pengetahuan, kebijaksanaan, ilmu pengetahuan, dan cahaya.
Para biksu, inilah kebenaran mulia tentang penyebab penderitaan yang harus dipahami sepenuhnya, telah muncul dalam diri-Ku mengenai hal-hal yang belum pernah terdengar sebelumnya, telah muncul penglihatan, pengetahuan, kebijaksanaan, ilmu pengetahuan, dan cahaya.
Para biksu, inilah kebenaran mulia tentang penyebab penderitaan yang telah dipahami sepenuhnya, telah muncul dalam diri-Ku mengenai hal-hal yang belum pernah terdengar sebelumnya, telah muncul penglihatan, pengetahuan, kebijaksanaan, ilmu pengetahuan, dan cahaya.
===
Para biksu, Aku telah mengetahui kebenaran mulia tentang penghentian penderitaan, mengenai hal-hal yang belum pernah terdengar sebelumnya, telah muncul penglihatan, pengetahuan, kebijaksanaan, ilmu pengetahuan, dan cahaya.
Para biksu, inilah kebenaran mulia tentang penghentian penderitaan yang harus dipahami sepenuhnya, telah muncul dalam diri-Ku mengenai hal-hal yang belum pernah terdengar sebelumnya, telah muncul penglihatan, pengetahuan, kebijaksanaan, ilmu pengetahuan, dan cahaya.
Para biksu, inilah kebenaran mulia tentang penghentian penderitaan yang telah dipahami sepenuhnya, telah muncul dalah diri-Ku mengenai hal-hal yang belum pernah terdengar sebelumnya, telah muncul penglihatan, pengetahuan, kebijaksanaan, ilmu pengetahuan, dan cahaya.
===
Para biksu, Aku telah mengetahui kebenaran mulia tentang jalan penghentian penderitaan, mengenai hal-hal yang belum pernah terdengar sebelumnya, telah muncul penglihatan, pengetahuan, kebijaksanaan, ilmu pengetahuan, dan cahaya.
Para biksu, inilah kebenaran mulia tentang jalan penghentian penderitaan yang harus dipahami sepenuhnya, telah muncul dalam diri-Ku mengenai hal-hal yang belum pernah terdengar sebelumnya, telah muncul penglihatan, pengetahuan, kebijaksanaan, ilmu pengetahuan, dan cahaya.
Para biksu, inilah kebenaran mulia tentang jalan penghentian penderitaan yang telah dipahami sepenuhnya, telah muncul dalam diri-Ku mengenai hal-hal yang tidak belum pernah terdengar sebelumnya, telah muncul penglihatan, pengetahuan, kebijaksanaan, ilmu pengetahuan, dan cahaya.
===
Para biksu, sepanjang pengetahuan-Ku mengenai sifat sebenarnya dari empat kebenaran mulia yang terdiri dari 3 tahap dan 12 ciri ini, jika tidak sesuai dengan kebenaran, maka kepada dunia, para dewa, mara, dan brahma, dalam masa ini bersama para pertapa, brahmana, dewa, dan manusia, tidak akan Ku-nyatakan bahwa Aku telah merealisasikannya, mencapai Penerangan Agung.
Para biksu, sepanjang pengetahuan-Ku mengenai sifat sebenarnya dari empat kebenaran mulia yang terdiri dari 3 tahap dan 12 ciri ini, sesuai dengan kebenaran, maka kepada dunia, para dewa, mara, dan brahma, dalam masa ini bersama para pertapa, brahmana, dewa, dan manusia, Ku-nyatakan bahwa Aku telah merealisasikannya, mencapai Penerangan Agung.
Para biksu, demikianlah penglihatan, pandangan terang yang muncul dalam diri-Ku.
Tak tergoyahkan kebebasan batin-Ku, inilah kelahiran-Ku yang terakhir, kini tiada lagi kelahiran.
===
Demikianlah apa yang dikatakan Sang Bhagava. Kelompok lima biksu itu sangat gembira dan bersuka cita mendengar apa yang Sang Bhagava katakan. Ketika khotbah ini dibabarkan, timbullah pada diri Kondanna mata dhamma, yang bersih tanpa noda. Apapun yang muncul karena faktor pembentuk, semuanya itu sewajarnya mengalami kemusnahan.
Ketika Sang Bhagava memutar roda dhamma, para dewa bumi mengucapkan,
Sadhu! Sadhu! Sadhu!
Sang Bhagava berada di Taman Rusa Isipatana, di dekat kota Baranasi, memutar Roda Dhamma yang tak tertandingi oleh para pertapa, brahmana, dewa, mara, brahma, dan siapapun di dunia ini.
Mendengar perkataan para dewa bumi itu, seluruh dewa Catummaharajika mengucapkan,
Sadhu! Sadhu! Sadhu!
Sang Bhagava berada di Taman Rusa Isipatana, di dekat kota Baranasi, memutar Roda Dhamma yang tak tertandingi oleh para pertapa, brahmana, dewa, mara, brahma, dan siapapun di dunia ini.
Mendengar perkataan para dewa Catummaharajika itu, seluruh dewa Tavatimsa mengucapkan,
Sadhu! Sadhu! Sadhu!
Sang Bhagava berada di Taman Rusa Isipatana, di dekat kota Baranasi, memutar Roda Dhamma yang tak tertandingi oleh para pertapa, brahmana, dewa, mara, brahma, dan siapapun di dunia ini.
Mendengar perkataan para dewa Tavatimsa itu, seluruh dewa Yama mengucapkan,
Sadhu! Sadhu! Sadhu!
Sang Bhagava berada di Taman Rusa Isipatana, di dekat kota Baranasi, memutar Roda Dhamma yang tak tertandingi oleh para pertapa, brahmana, dewa, mara, brahma, dan siapapun di dunia ini.
Mendengar perkataan para dewa Yama itu, seluruh dewa Tusita mengucapkan,
Sadhu! Sadhu! Sadhu!
Sang Bhagava berada di Taman Rusa Isipatana, di dekat kota Baranasi, memutar Roda Dhamma yang tak tertandingi oleh para pertapa. brahmana, dewa, mara, brahma, dan siapapun di dunia ini.
Mendengar perkataan para dewa Tusita itu, seluruh dewa Nimmanarati mengucapkan,
Sadhu! Sadhu! Sadhu!
Sang Bhagava berada di Taman Rusa Isipatana, di dekat kota Baranasi, memutar Roda Dhamma yang tak tertandingi oleh para pertapa, brahmana, dewa, mara, brahma, dan siapapun di dunia ini.
Mendengar perkataan para dewa Nimmanarati itu, seluruh dewa Paranimmitavasavatti mengucapkan,
Sadhu! Sadhu! Sadhu!
Sang Bhagava berada di Taman Rusa Isipatana, di dekat kota Baranasi, memutar Roda Dhamma yang tak tertandingi oleh para pertapa, brahmana, dewa, mara, brahma, dan siapapun di dunia ini.
Demikianlah, waktu itu, saat itu juga, seruan bahwa Roda Dhamma telah diputar menyebar sampai ke alam Brahma. Sepuluh ribu tata surya bergetar, berguncang. Bersinar sebuah cahaya agung tak terbatas yang melebihi kekuatan dewa yang ada di dunia.
Kemudian Sang Bhagava mengucapkan syair pujian dengan penuh sukacita,
Demikianlah, Kondanna mendapat sebutan Anna Kondanna, yang artinya; Kondanna Yang Pertama Mengerti.