Kisah Citta, Si Perumah Tangga - Dhammapada
Kisah Citta si Perumahtangga
Asantam bhavanamiccheyya,
purekkharanca bhikkhusu,
avasesu ca issariyam,
pujam parakulesu ca.
Mameva kata mannantu,
gihi pabbajita ubho,
mamevativasa assu,
kiccakiccesu kismici,
iti balassa sankappo,
iccha mano ca vaddhati.
Biksu bodoh mengharapkan pujian yang tak layak,
ingin menonjol di antara biksu,
berkuasa di dalam vihara,
dan dihormati semua orang.
"Umat perumah tangga dan para biksu akan mengira karena aku,
mereka akan mengharapkan aku di dalam semua persoalan,
yang besar maupun yang kecil."
Itulah pikiran si bodoh,
keserakahan dan keangkuhannya akan meningkat.
Sang Buddha mengucapkan ayat-ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan biksu Sudhamma dan Citta.
Citta, seorang perumah tangga, bertemu dengan biksu Mahanama, salah satu dari 5 murid pertama (pancavaggi) Sang Buddha, sedang menerima dana makanan, dan ia mengundang biksu itu ke rumahnya. Di sana, ia mempersembahkan dana makanan kepada sang biksu dan setelah mendengar Dhamma yang ia khotbahkan, Citta mencapai kesucian sotapanna.
Lalu, Citta membangun sebuah vihara di sekitar taman mangganya. Di sana ia memenuhi semua kebutuhan para biksu yang datang ke vihara dan biksu Sudhamma ditunjuk sebagai biksu tetap di sana.
Pada suatu hari, dua murid utama Sang Buddha, biksu Sariputra dan biksu Maha Moggallana, mengunjungi vihara itu dan setelah mendengar Dhamma yang dikhotbahkan oleh biksu Sariputra, Citta mencapai kesucian anagami.
Kemudian, Citta mengundang kedua murid utama itu ke rumahnya untuk memperoleh persembahan dana makanan esok hari. Ia juga mengundang biksu Sudhamma, namun biksu Sudhamma menolak dengan marah dan berkata, "Kau mengundangku setelah mengundang mereka berdua." Citta berkata kedua kalinya, namun tetap ditolak.
Akan tetapi, keesokan harinya biksu Sudhamma pergi ke rumah Citta lebih awal. Ketika dipersilakan masuk, biksu Sudhamma menolaknya dan berkata ia tidak duduk karena ia sedang berkeliling menerima dana makanan.
Saat biksu Sudhamma melihat makanan-makanan yang akan dipersembahkan kepada kedua murid utama itu, ia amat iri hati dan tidak dapat menahan amarahnya. Ia mencaci maki Citta lalu berkata, "Aku tidak akan tinggal di viharamu lagi." Lalu pergi meninggalkan rumah Citta.
Dari sana ia pergi mengunjungi Sang Buddha dan menceritakan semua kejadiannya. Sang Buddha berkata kepadanya, "Kau telah menghina seorang umat yang memiliki keyakinan dan kemurahan hati. Sebaiknya kau kembali ke sana dan meminta maaf."
Sudhamma melakukan sesuai kata-kata-Nya, namun Citta tidak menghiraukannya. Ia pun kembali lagi kepada Sang Buddha untuk kedua kalinya.
Sang Buddha tahu bahwa keangkuhan Sudhamma sudah berkurang saat ini, maka Ia berkata, "Putra-Ku, seorang biksu yang baik tidak akan terikat. Seorang biksu yang baik tidak akan sombong dan berkata, 'ini viharaku, ini tempatku, ini umatku', bagi mereka yang memiliki pikiran demikian, kemelekatan dan keangkuhannya akan bertambah."
Sang Buddha lalu mengucapkan kedua ayat itu. Setelah mendengar ucapan Sang Buddha, biksu Sudhamma kembali mengunjungi Citta, dan mereka kembali berdamai. Dalam waktu beberapa hari, Sudhamma mencapai kearahatan.
Dhammapada ayat 073 dan 074 bab Syair Orang Bodoh